#53 : Pintu yang Hancur

37 8 0
                                    

Extrovert Fact : Orang Ekstrovert menyukai pujian bahkan cenderung menarik perhatian untuk mendapatkannya. Ia suka menjadi Pusat Perhatian.

Nanta’s POV

[8 Hari Menjelang Pengumuman]

Aku menegak ludah berat saat melihat Arga dengan lahapnya menyantap mi goreng yang Bu Herlina pesankan untuk para anggota klub sastra.

Baunya benar-benar menggoda.

Kalau saja tidak teringat Mama yang akan memasakkan makanan untukku, sudah pasti tak akan sungkan-sungkan aku terima tawaran Bu Herlina. Makanya, supaya mereka tidak ngotot buat belikan yang aku juga, terpaksa aku berbohong dan bilang kalau sedang puasa.

Maafin, Nanta, Ya Allah. Nggak bermaksud jahat kok.

“Gapapa nih, Nan, kita makan depan kamu?” tanya Arga sambil menarik mi gorengnya. Sengaja ingin mengusiliku. Memang kadang suka bikin kesel bocah satu itu.

Dengan senyum berat, aku mengangguk kecil. Tidak seperti Arga, Arisa dan Langit yang lebih berperasaan, memilih untuk makan mi jauh dariku bersama Bu Herlina.

AGH! Pokoknya lihat saja. Suatu hari nanti aku bakal balas juga perbuatan Arga ini!

**

“Ma?”

Mataku mencari sosok seorang wanita.

Setelah tadi harus berperang dengan diri sendiri lantaran bau mi goreng yang masih menguar di ruangan meski tak ada lagi wujudnya, akhirnya aku bisa pulang ke rumah.

Bertemu Mama. Dan siap makan masakannya. Apalagi tadi pagi aku hanya sempat makan satu roti panggang dengan margarin. Tentu asupan sedikit itu tidak cukup untukku yang sedang bertumbuh.

“Iya.”

“Nanta udah pulang.”

“Hm.” Mama menjawab dingin dengan ponsel yang menempel pada telinganya. Beliau masih belum ingin memalingkan wajah, menyambut kedatanganku.

Tak apa. Mungkin Mama sedang fokus berbicara dengan kliennya?

“Mama udah masak?"

“Iya, iya.”

Sebuah rasa bahagia tiba-tiba saja muncul memenuhi ragaku. Aku berlari cepat mendekati Mama dan mengecup singkat pipi wanita itu. Nampak dia terkejut. Meski setelah itu, tak kutahu raut macam apa yang Mama buat, karena cepat-cepat aku berlari menuju meja makan.

Sepertinya sudah cukup lama Mama masak, sampai-sampai tak ada lagi sisa baunya.

Begitu perutku kembali meronta-ronta minta segera dimanjakan, apa yang ada di bawah tudung malah semakin memperparah keadaan.

Udara. Hanya ada zat tak kasat mata itu yang berdiam di bawah tudung saji. Apa Mama menyimpan makanan di tempat lain?

“Makanannya di ma—“

“Iya, sayang. Ini Mama udah siap-siap mau pulang kok. Adek mau makan apa?”

Rasanya tubuhku menjadi sangat lemas seketika. Saat sadar bahwa jawaban Mama tadi bukanlah untukku, melainkan untuk anak-anak barunya. Yang lebih dia sayang.

VERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang