#55 : Bayi Kecil

40 5 0
                                    

#Introvert Fact : Saat marah, introvert cenderung tak ingin berurusan denganmu dan menghindari segala interaksi denganmu. (Brilio.net)

💙💙💙

Langit’s POV

[7 hari menjelang pengumuman]

“Ngit... kamu tersinggung dengan pesanku kemarin malam, ya?”

Saya tersentak. Ia membaca suasana hati saya?

Memang sejak pemuda itu mengirimkan pesan satu hari yang lalu, saya sepertinya jadi lebih sering diam. Memikirkan beberapa hal yang enggan saya ingat dan telusuri.
Kata orang tua yang sudah lama dihindari, sekarang menjadi dominan di benak saya. Terbuang sia-sia pengorbanan saya selama sepuluh tahun untuk menghapuskan kata itu dari kamus hidup saya jika seseorang membantu merasakan kehadiran kata itu lagi.

Ditambah lagi dengan kehadiran Nanta dan Arga kemarin. Entahlah hanya perasaan atau memang benar adanya. Perasaan terasingkan yang sempat saya rasa semakin kuat. Seolah saya adalah orang yang tidak mampu mengemban amanah, ketika mereka menceritakan suatu hal pada saya.

Akhir-akhir ini, Nanta menjadi lebih tertutup. Arga juga, terlihat tidak memiliki minat untuk menjelaskan apa yang tidak saya tahu.

Tapi saya masih mencoba untuk tidak peduli dengan prasangka-prasangka yang tak terbukti.

Namun, sepertinya suasana hati saya kali ini tidak bisa berbohong. Dengan alaminya menuntun saya agar menampilkan wajah murung sejak fajar terbit pagi tadi.

“Langit?”

Panggilan Arga barusan menyadarkan saya yang terhanyut dalam pikiran. Haruskah saya katakan semua pada Arga? Melepas segalanya yang bisa jadi hanya kesalahpahaman semata?

Sayang, emosi yang sedikit terpendam dalam diri membuat saya menggeleng pelan untuk kedua kalinya.

“Maaf, saya sedang tidak ingin membahas hal itu.”

Saya berdalih sembari berbalik agar bisa menjauh secepatnya.

“Tidak semua harus kamu pendam sendiri, Ngit.”

Sahutan Arga barusan hanya ibarat angin lalu. Bagaimana bisa saya membuka diri jika kalian yang terlebih dahulu mengasingkan?

***

Saya menghempaskan diri di atas tempat tidur. Langit-langit kamar menjadi hal yang paling menarik untuk terus dipandang saat ini.

Langit, coba renungkan... siapa yang salah? Mereka dan sesuatu yang tak saya tahu? Ataukah saya yang terlalu cepat menyimpulkan keadaan?

Saya mengusap wajah dengan kedua tangan saya. Jika terus-terusan saya pikirkan, bisa-bisa saya sakit kepala nanti.

Samar-samar, saya mendengar suara bunda yang datang kemari. Benar saja, bunda membuka sedikit pintu kamar dan tersenyum. “Kamu kenapa?”

Cepat-cepat saya menggeleng, lalu membalas senyum bunda. “Tidak apa-apa, bun.”

Setelah itu bunda benar-benar masuk ke kamar. Bersama seorang bayi kecil.

“Lucu, kan, Ngit? Tampan juga.” Dengan penuh kasih sayang beliau menimang-nimang bayi itu.

“Bayi siapa, bun?”

“Enggak tahu.”

Saya menatap bayi itu dalam. Setengah ragu saya bertanya, “Bunda... ketemu dimana?”

“Tadi ada polisi yang mengantar. Bayi ini, tadinya korban penculikan. Dan identitas orang tuanya belum diketahui. Jadi dititipkan disini.”

Meski kisah bayi ini sedikit menyedihkan, hati kecil saya sedikit mengucap syukur.

VERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang