#46 : Percaya

43 4 0
                                    

#Introvert Fact : Introvert temannya sedikit. Bukan karena mereka pemilih, hanya saja mereka berteman kepada orang-orang yang mereka anggap memberikan kenyamanan.

💙💙💙

[13 hari menjelang pengumuman]

Sepertinya saya harus mengajukan diri untuk berhenti jadi tangan kanannya pak Tarno. Bisa-bisa para guru bosan melihat saya datang keruang guru setiap mata pelajaran pak Tarno usai.

Bapak guru satu itu, memangnya tidak bosan memberi latihan soal.

Saya berjalan keluar dari ruang guru. Untungnya tas sudah saya bawa, jadi saya bisa langsung pulang.

Saya melihat Nanta berdiri di koridor sekolah. Sesekali ia melirik jam tangannya. Kadang ia menggaruk tengkuk. Atau melempar senyum pada kumpulan siswi penggemarnya.

"Kamu sedang apa, Nan?" sapa saya.

"Nah, akhirnya datang juga. Kamu dari mana aja, Ngit? Aku cariin dari tadi."

"Ruang guru, antar tugas pak Tarno."

"Yaudah, nonton Arga kuy!"

Nanta langsung merangkul saya menuju lapangan futsal, tempat Arga biasa berlatih. Saya mendengus pelan melihat tingkahnya sembari menyerentakkan langkah kaki dengan pemuda petakilan itu.

Tunggu, di sana ada Aka, kan?

Sungguh saya tidak tahu tentang kelanjutan hubungan Nanta dan Aka.

Terakhir kali saya bertemu Aka, ketika di bangku di bawah pohon. Dan saat itupun, dia hanya meminta saya untuk memperhatikan Arga dan Nanta.

Dua orang itu, benar-benar tidak ada yang mau menceritakannya dengan saya, ya?

"Nanta, sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu dan Aka?"

Nanta sedikit mengendurkan senyum kecil yang biasa ia pasang. "Ya, gitu deh." Lalu ia tertawa kecil.

Rasa penasaran saya sebenarnya tidak dangkal. Hanya saja, raut wajah Nanta yang seolah menolak arah pembicaraan kami membuat saya terpaksa menahan diri untuk tahu lebih banyak.

"Duduk di sudut lapangan aja, ya, Ngit," ajak Nanta.

Dari sudut lapangan, kami justru lebih mudah melihat performa Arga. Laki-laki yang berlaga dengan seragam khusus semakin terlihat keren ketika berhasil menangkap bola dari tendangan striker lawan.

Sesaat pandang saya melihat Aka yang sibuk menyiapkan minuman isotonik untuk para pemain. Gadis itu duduk di sisi lapangan dengan beberapa lipatan handuk pada tangannya.

Beberapa menit kemudian, waktu set pertama habis.

Arga langsung terduduk di dekat gawang. Pasti ia lelah sekali. Saya tidak mengerti kenapa banyak laki-laki yang menyukai olahraga penguras tenaga. Seperti Arga yang memilih futsal, atau Nanta dengan ekstra basketnya.

Kalau saya lebih memilih pertandingan catur.

"Arga kereeen!!!"

Wow, teriakan Nanta luar biasa.

Luar biasa memekakkan telinga.

Arga melambai ke arah kami berdua. Sambil tersenyum lebar.

Dari arah lain, saya lihat Aka berjalan mendekati Arga. Membawa sebotol minuman isotonik dan sebuah handuk. Lalu mereka terlibat percakapan kecil.

Saya memandang Nanta. Kukira ia akan heboh menyapa Aka seperti yang biasa ia lakukan.

Sebenarnya waktu itu mereka pacaran tidak, sih? Kalau mereka benar-benar pacaran, perkiraan saya dan Nadhifa salah? Lalu kalau mereka betulan pacaran, mereka sudah putus sekarang?

VERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang