Chapter 28

10.1K 675 22
                                    

Happy reading

Di sebuah ruangan VVIP bernuansa biru pucat, terlihat seorang pria yang umurnya hampir memasuki setengah abad, bersama dengan istrinya yang umurnya tidak jauh beda dengan pria tersebut.

Dapat dilihat pria itu sedang duduk di kursi roda dengan jarum infus yang menancap di punggung tangan kirinya. Sedangkan sang istri, dia sedang duduk di samping wanita yang umurnya masih sangat muda dengan posisi terbaring lemah di kasur dengan tangan yang saling bertautan.

Bisa dilihat, wanita muda yang sedang terbaring tersebut di penuhi dengan berbagai alat penunjang kehidupan yang menempel di tubuhnya.

Mereka adalah, Tuan Min, Nyonya Min, dan Jihyo yang sedang terbaring lemah di kasur tersebut.

Suasana di ruangan tersebut hening. Hanya suara elektrodiograf yang setia menunjang kehidupan Jihyo. Hingga keheningan tersebut terpecah saat seseorang membuka pintu ruang rawat Jihyo.

Membuat sepasang suami istri itu menoleh ke sumber suara. Disana. Berdiri putra mereka. Suami dari wanita yang sedang terbaring lemah. Pria yang membuat istrinya tak berdaya. Min Yoongi.

Membuka pintu dengan hati-hati dan menutupnya kembali, di ikuti kedua sahabatnya. Memandang sayu wanita yang tak berdaya di atas kasur tersebut dengan alat-alat penunjang hidup yang menempel di tubuhnya. Berjalan gontai, mendekati istrinya tanpa menghiraukan pandangan iba dari empat pasang mata yang memperhatikannya sejak awal ia masuk.

Duduk di pinggir kasur dan mengulurkan tangannya untuk mengusap sayang surai istrinya, dan tidak terasa satu tetes air mata lolos dari mata sipitnya. Dialah yang menyebabkan istrinya terbaring lemah. Dialah yang sudah membuat semua orang kecewa dengannya. Dialah seorang pembunuh. Pembunuh yang tidak memiliki hati kemanusiaan. Membunuh malaikat kecil yang bahkan tidak bersalah.

"Yoongi ah.." suara berat namun tegas tersebut menghentikan langkah Yoongi yang sedang berjalan di koridor rumah sakit dengan kedua sahabatnya yang berjalan berdampingan dengannya.

Yoongi dan juga sahabatnya menoleh ke sumber suara tersebut dan mendapati seorang pria yang belum cukup tua berada sepuluh meter darinya. Dia adalah Tn.Park, ayah dari Jihyo.

Ayah Jihyo perlahan-lahan melangkah mendekati Yoongi. Hingga dia tiba tepat satu meter dari kubin yang di pijaki Yoongi.

"Ikut aku. Ada yang akan aku sampaikan." kata ayah Jihyo sambil menatap Yoongi. Yoongi mengangguk, mungkin sekarang waktunya. Gumamnya.

Kemudian dia berputar untuk melihat sahabatnya, tersenyum seakan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Terbukti dari wajah khawatir sahabatnya yang melihat tatapan tajam dari ayah Jihyo.

"Kalian duluanlah, hyung akan berbicara empat mata." kata Yoongi yang menyebabkan Namjoon menggelengkan kepalanya.

"Kami akan menunggu disini, hyung." final Namjoon membuat Yoongi menghela nafas pasrah.

Dia hanya mengangguk, dan mengikuti langkah ayah Jihyo, menjauh dari kedua sahabatnya.

Ayah Jihyo membawa Yoongi ke taman yang lumayan sepi. Karena, posisi mereka sekarang adalah di bawah pohon besar pojok kanan rumah sakit.

"Duduklah." ujar ayah Jihyo sambil menunjuk bangku panjang yang tepat berada di bawah pohon. Di hadapan mereka. Yoongi hanya mengangguk dan duduk, membuat ayah Jihyo melakukan hal yang sama.

"Kau tahu? Raga ku seperti melayang entah kemana. Saat mengetahui kabar putri ku satu-satunya." kata ayah Jihyo setelah duduk di samping Yoongi. Menghadap bunga-bunga yang bermekaran tidak jauh dari mereka. Bunga yang tampak sangat indah, dengan warna yang bermacam-macam.

'Jika Jihyo melihat ini, pasti dia akan sangat bahagia.' fikir ayah Jihyo menatap bunga tersebut dengan pandangan kosong.

Sedangkan Yoongi? Dia masih terdiam. Menunggu ayah Jihyo menyelesaikan ucapannya. Walau jantungnya sudah sangat ingin keluar dari tempatnya. Rasanya benar-benar seperti dejavu.

"Janin Jihyo tidak bisa selamat.."

Deg..

Jantung Yoongi semakin berdetak dengan kencang saat mendengar penuturan ayah Jihyo. Janin Jihyo seperti itu karenanya, dia benar-benar ayah yang buruk. Dia adalah pembunuh. Karenanya, semua orang sedih dan kehilangan.

Namun, Yoongi belum juga menyela ucapan ayah Jihyo. Walau dia sangat ingin mengetahui(juga) kabar Jihyo.

"Dan Jihyo, dia koma. Karena kehilangan terlalu banyak darah." lanjut ayah Jihyo, masih memandang kosong bunga-bunga cantik di hadapannya.

Lagi-lagi jantung Yoongi terasa akan keluar dari tempatnya saat mendengar ucapan ayah Jihyo.

Jihyo koma? KOMA! Dan itu karenanya. Terkutuklah dia.

"Seandainya aku mendengarkan perkataan putriku. Seandainya aku menerima penolakannya. Seandainya aku bisa lebih dekat dengannya. Seandainya aku lebih bisa mengerti perasaannya. Seandainya, tetap seandainya. Dan aku menyesal, telah percaya kepadamu sepenuhnya untuk menjaga putriku. Aku harap, setelah Jihyo sembuh. Kau harus menceraikan putriku. Aku tidak ingin putriku menderita untuk kedua kalinya dengan orang yang sama." kata ayah Jihyo sambil beranjak dari duduknya dan menatap tajam Yoongi.

Bagai seribu anak panah yang menghujam langsung di jantungnya. Perkataan ayah Jihyo membuatnya semakin merasa bersalah. Perkataan ayah Jihyo semakin membuatnya terluka. Semua perkataan ayah Jihyo memang benar.

Yoongi langsung saja mendongak dan menatap sayu tepat di retina ayah Jihyo. Tampak matanya berkaca-kaca.

"sshhh...." desis Yoongi saat air matanya mengalir di luka lebam yang berada di pipinya, membuat Yoongi tersadar dari lamunannya.

Setelah selesai dengan perbincangannya dengan ayah Jihyo di taman rumah sakit beberapa saat yang lalu, Yoongi langsung saja mendapatkan hukumannya.

"Apa sangat menyakitkan?" suara rendah tersebut membuat Yoongi menggeleng dan memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang bertanya kepadanya.

"Ani. Hatiku lebih sa.. Appa? Gwenchana?" tanya Yoongi dengan mata kecilnya yang membola. Terdapat kekhawatiran dalam tatapannya. Bahkan dia tidak menyelesaikan kalimatnya saat melihat ayahnya.

"Aku tidak lemah. Jangan memandangku seperti itu." kata ayah Yoongi ketus.

Bagaimana Yoongi tidak menatap ayahnya dengan raut wajah khawatir? Jika ayahnya sedang duduk di kursi roda dengan infus yang tertancap di punggung tangan kirinya?

Yoongi menghela nafas dan menundukkan kepalanya. Karena dia ayahnya sampai duduk di kursi itu. Karena dia ayahnya harus merasakan sakit akibat penyakit jantungnya. Karena dia sakit yang sangat ingin di sembuhkan ayahnya kambuh.

Pipi Yoongi semakin basah oleh air mata saat mengetahui kenyataan pahit yang di alaminya.

Terlebih saat mendengar ucapan ayah mertuanya yang menginginkan perpisahan dirinya dengan istrinya.

Yoongi tidak akan pernah sanggup untuk menanggungnya.

T
B
C

Gimana? Setuju kalau Jihyo sama Yoongi pisah? Nantikan aja kelanjutannya.

Maafin typonya yaa..

Next chap all.

My Husband is GRUMPY |Yoongi × Jihyo|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang