Chapter 32

9.9K 654 9
                                    

Happy reading

Karena sibuk, aku triple update. Spesial untuk ReaderNim. Maaf yaa.. Aku sibuk banget soalnya.

Jihyo sedang duduk termenung di taman belakang rumah sakit, seorang diri. Walau sahabatnya bersikeras untuk menemaninya. Namun, dia tetap menolaknya dengan mengatakan bahwa dia ingin sendiri dan menangkan pikirannya.

Sudah dua hari semenjak dia siuman dari komanya. 8 hari. Jihyo koma selama 8 hari. Dan dia rasa, 8 hari adalah waktu yang sangat panjang.

Dan selama 2 hari ini. Jihyo tidak melihat Yoongi. Bukan karena dia merindukannya. Namun, dia juga mengkhawatirkan keadaan pemuda itu. Dia tidak akan lupa jika dia dulu sangat mencintai prince ice tersebut. Walau rasa cintanya masih bersemayam dengan baik di relung hatinya saat ini.

Jihyo bingung dengan perasaannya. Antara benci dan cinta. Dia benci dengan perbuatan yang pernah pemuda itu lakukan. Namun, dia juga sangat mencintainya.

Jihyo merasakan seseorang duduk di samping bangku yang ditempatinya.

Dari bau parfume yang digunakan. Dia mengenalinya. Sangat mengenalinya. Namun, dia harus memastikan jika spekulasinya salah. Yaa... Dia berharap jika apa yang di spekulasikannya tidak sesuai dengan realita.

Jantungnya berdegup kencang kala melihat pemuda di sampingnya. Ternyata benar spekulasinya. Dia sangat mengenal pemuda ini walau hanya dari bau tubuhnya.

Dapat dilihatnya, rahang kokoh, kulit putih yang sedikit pucat, bibir kering pecah-pecah, pipi tirus, rambut acak-acakan, baju yang tidak rapi, bekas luka yang sudah mengering, wajah lebam, dan pandangan kosong kedepan.

Hati kecilnya nyeri melihat objek yang berada di hadapannya. Min Yoongi, lelaki yang di cintai sekaligus di bencinya itu berada di hadapannya, tepat di sampingnya duduk.

"Mian. Mianhae." gumam Yoongi, namun Jihyo masih dapat mendengarnya dengan jelas karena taman tersebut cukup sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang berada di taman tersebut untuk mencari udara segar.

"Aku tahu. Kesalahan ku sangat fatal. Aku Tahu. Kata maaf tidak akan cukup. Aku tahu. Kau begitu terpukul dengan keadaan. Dan aku tahu. Kau begitu marah, kecewa, dan benci kepada ku. Tapi. Tidak bisa kah kau memaafkan ku?" kata Yoongi, jika semua orang mendengar perkataannya. Maka, mereka akan tahu. Jika Yoongi sedang memohon.

Well.. Memohon? OMG... Itu bukanlah typenya. Dia sangat benci memohon dengan orang. Kecuali Namjoon dan Hoseok, sahabatnya.

Namun, saat ini. Dia sedang memohon. Memohon untuk memaafkan kesalahannya. Memohon dengan seorang wanita yang statusnya merupakan istrinya. Memohon kepada wanita yang selalu di sakitinya.

Jihyo hanya bisa diam membeku mendengar kata permohonan Yoongi. Dia tertegun, karena Yoongi yang memohon kepadanya. Itu sangat-sangat langka.

"Jebal. Untuk kali ini saja. Maafkan aku. Dan aku akan pergi. Aku akan membiarkanmu melakukan apapun. Aku tidak akan datang kehadapanmu. Kecuali kau yang datang kepadaku. Bukan maksud egois. Tapi, aku benar-benar ingin membebaskanmu. Aku akan pergi. Membiarkanmu bahagia. Datanglah, jika kau sudah memaafkan ku. Aku akan menerima mu dengan lapang. Aku akan membuka pintu selebar mungkin untukmu. Jebal. Mianhaeyo."

Setelah mengatakan perkataan yang menurut Jihyo sangat panjang itu. Langsung saja dia meninggalkan Jihyo yang mematung di tempat. Meninggalkannya dengan pelupuk mata yang di genangi air. Dia tidak akan menangis lagi. Terlebih di hadapan Jihyo. Dia bisa menanggung semua ini. Dia sudah yakin dengan keputusannya.

Sepeninggalan Yoongi, Jihyo meraung. Menangis sejadi-jadinya. Dengan memukul dadanya yang sesak. Berharap, dadanya yang berdenyut nyeri dapat perlahan mereda. Namun, dadanya semakin nyeri dan sesak. Hingga dia sulit untuk bernafas.

Dia masih sangat mencintai suaminya itu. Dia tidak ingin suaminya pergi. Dia ingin selalu bersama suaminya. Dia menyayangi suaminya. Namun, ego dalam dirinya menolak untuk mengejar Yoongi dan memeluknya. Egonya menyadarkannya kesalahan yang diperbuat Yoongi sangatlah besar. Itu sebabnya dia tidak mengejar Yoongi.

Dia hanya menenangkan dirinya untuk menghilangkan rasa nyeri di dadanya. Setelah di rasa cukup. Dia kembali ke kamar rawat yang di tempatinya selama satu minggu terakhir.

.
.
.

Yoongi menjalani aktivitasnya kembali. Tubuhnya sudah jauh lebih baik sejak pertemuannya dengan Jihyo 3 hari yang lalu.

Yoongi tidak tinggal di rumahnya dan Jihyo. Dia lebih memilih untuk tinggal di apartemennya yang tidak jauh dari perusahaan yang di jalankannya.

Pribadi Yoongi saat ini sangat jauh berbeda dengan Yoongi sebelumnya. Dimana, sekarang Yoongi semakin dingin. Berbicara seperlunya, cuek dengan keadaan sekitar, memilih menyibukkan diri dengan tumpukan berkas-berkas dan komputer atau laptop di hadapannya.

Bahkan, Yoongi tidak menggunakan sekretaris. Dan hal tersebut sangat membuat orang tua serta sahabatnya khawatir.

Oleh karena itu, Namjoon memilih untuk meninggalkan pendidikannya di London. Dia sangat mengkhawatirkan sahabat sekaligus hyungnya itu. Karena, hanya Namjoon seorang yang dapat membuat suasana hati Yoongi tenang. Walau terkadang Hoseok juga bisa menenangkan hatinya. Tapi, Hoseok tidak sejenius Namjoon. Jadi, dia tidak bisa untuk menetap di Seoul.

Sedangkan Namjoon, dia mengambil kelas akselerasi dan pindah di salah satu Universitas ternama di Seoul. Orang tua dan kakaknya tidak mempermasalahkan itu. Karena, mereka tahu. Bagaimana perasaan baby boy mereka melihat sahabatnya yang terpuruk.

Cklekk..

Pintu ruangan Yoongi terbuka. Namun, Yoongi sangat tidak menyadarinya. Dia masih sibuk dengan deretan angka yang terdapat di kertas-kertas tersebut. Maupun menggerakkan tangannya, membentuk tanda tangan.

"Hyung." panggil seorang pemuda. Yang dapat membuat Yoongi menghentikan kegiatannya. Dia mengenal suara ini.

"Joonie?" panggil Yoongi tidak percaya.

"Wae? Kau pasti bingung kan? Bagaimana aku disini dan tidak ikut pulang dengan Hoseokie hyung. Karena, aku pindah disini." jelas Namjoon sambil tersenyum manis.

Yoongi mengernyit.

"Pindah? Waeyo?" tanya Yoongi bingung.

"Tentu saja untuk menjagamu. Hyung." sungut Namjoon kesal dengan pertanyaan Yoongi.

"Aku sudah besar. Joonie. Tidak perlu di jaga." jawab Yoongi sambil menghela nafas.

Namjoon semakin kesal dengan perkataan Yoongi. Dan membuat Yoongi mau tidak mau tersenyum gemas.

Dia berjalan mendekati Namjoon dan mengusap surainya serta mencubit pipinya. Menariknya hingga terduduk di sofa hitam.

"Aku hanya ingin menjagamu. Hyung."

"Arraseo. Kau boleh menjaga hyung." kata Yoongi masih mengusap surai Namjoon.

Mata Namjoon berbinar.

"Jinjja?" tanya Namjoon tidak percaya. Yoongi mengangguk sebagai jawaban. Dan mendekap tubuh sahabatnya itu.

Bersama sahabatnya, Yoongi bisa jauh lebih tenang. Dan bisa sedikit melupakan masalahnya.

T
B
C

Bagaimana sama chapter ini?

Aku udah di maafin kan? Aku triple update loo...

Setelah ini, aku usahain biar bisa update tiap hatinya. Eh harinya masudnya😅. Mudah-mudahan. Semoga gak sibuk-sibuk amat lagi.

Udah ah..

Next chap aja.

See you.

My Husband is GRUMPY |Yoongi × Jihyo|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang