Prolog - Ten Pink Roses

599 39 3
                                    

Up date : 10th August 2018

*******

Prolog duluu...

*******

Rumah besar berwarna putih berdiri dalam kebisuan sebagai saksi. Saksi atas sebuah senyum tuan rumahnya yang penuh arti. Kali ini, sama seperti hari-hari sebelumnya yang sudah ditelan Sang Kala. Matahari mulai bersinar, merayap dari tempat peraduan, mengusir setiap embun pagi yang meninggalkan jejak di setiap helai dedaunan tumbuhan yang menghiasi pekarangan rumah itu. Hanya ada satu jenis tumbuhan, dengan satu warna yang tumbuh subur, hampir mengelilingi setiap jengkal tanah pekarangan.

Mawar berwarna merah muda.

Beberapa kuntum tampak mekar dengan indahnya. Perjuangan setiap kuntum itu untuk tumbuh dan mekar adalah sesuatu yang patut diapresiasi di tengah tanah gersang berkapur ini. Tapi sepertinya, tuan rumah tidak peduli dengan perjuangan itu.

Pantulan cahaya matahari membuat kilatan pada salah satu bilah gunting pemotong rumput. Gunting itu begitu besar di tangan kanan tuan rumah. Saking besarnya hingga mungkin tidak hanya satu tangkai tumbuhan yang mampu di gunting, tapi seluruh tumbuhan di pekarangan ini jika tuan rumah mau. Hari ini, senyum yang sama masih menghiasi wajah pria itu. Senyum yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Pria itu berhenti di salah satu hamparan rumpun dengan kuntum mekar yang paling banyak.

Gunting itu terangkat, suara kecil mengiringi putusnya sebuah bagian kehidupan dari tumbuhan berduri itu. Sebelum potongan tersebut jatuh di atas tanah, dengan hati-hati tuan rumah meraih tangkai bunga tersebut. Pria itu meringis ketika duri mawar menusuk salah satu jari dari Si Penjahat yang sudah melukai tumbuhan itu. Meskipun sudah pernah terluka, tuan rumah tetap menggunting sisa mawar yang lain.

Tangga kecil menuju pintu samping rumah menjadi pilihan bagi pria itu untuk duduk. Di bagian bangunan yang menghadap selatan ini, membuat cahaya matahari pagi yang menyengat tidak mampu mengenai tuan rumah.

Hari ini, sekali lagi ia menjadi saksi.

Di tempat yang sama, saat yang sama, orang yang sama, dan aktivitas yang sama. Tidak memerlukan waktu lama bagi tuan rumah untuk menghilangkan seluruh duri dari tangkai-tangkai mawar yang sudah digunting tadi. Miris, dari sebuah fakta bahwa manusia dibekali kemampuan untuk mengendalikan atau mengubah sesuatu demi menunjang keinginan.

"Edward, bungkus bunga ini." Ujar Si Tuan Rumah.

Pelayan tua yang sama.

Datang dan meraih bunga-bunga itu dari lantai. Tidak lama, sebuah buket yang didominasi warna merah muda, diserahkan kepada tuan rumah. Senyuman kembali tersungging di wajah tuan rumah ketika menerima buket tersebut. Sambil sesekali mengayunkan buket mawar pink, pria itu berjalan dengan santai ke halaman belakang rumah. Beberapa pasang mata pelayan yang menyaksikan, mengernyit ketika melihat majikan mereka yang tanpa rasa takut apapun mengayun-ayunkan buket indah tersebut di udara. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, selain berharap-harap agar tuan rumah tidak menjatuhkan buket tersebut.

Buket tersebut mendarat sebentar di atas bahu lebar pria itu.

Aktivitas yang sama.

Setiap pagi, tuan rumah selalu dihadapkan pada sebuah dilema yang sama. Dilema yang berawal dari sebuah pertanyaan konyol.

Mobil apa yang harus dipakai sekarang?

Pria itu meletakkan satu jari di bibir sembari berpikir. Hingga suara petikan jari memanggil seorang pelayan pria yang tampak masih muda, menyerahkan kunci mobil yang dipilih tuan rumah tadi. Mobil sedan bongsor beratap terbuka itupun melaju pelan melewati bagian samping rumah hingga ke halaman depan. Ketika gerbang dibuka, seakan ada sebuah peluit yang ditiup sebagai aba-aba, mobil melaju dengan kecepatan tinggi menerobos angin.

Spirit of Ecstasy

Seorang wanita berwarna perak tampak berdiri diatas radiator mobil. Mobil yang melaju dengan kencang, membuat ilusi seakan baju wanita itu memang terbang karena kecepatan laju kendaraan tuan rumah. Senyuman tersungging di wajah Sang Pengemudi. Tidak ada yang membuat pria itu berada di awang-awang selain mengemudi dengan cepat.

Buket bunga mawar berwarna pink di kursi samping pengemudi, entah kepada siapa bunga-bunga itu akan diberikan.

Tuan rumah ini, mungkin tidak mengerti bahasa bunga mawar berwarna merah muda.

Atau mungkin, tuan rumah memang mengerti? Karena itu mawar merah muda-lah yang dipilih?

Jumlah bunga yang sama setiap harinya, juga membuat siapapun bergidik penasaran.

Sepuluh.

Sepuluh tangkai bunga mawar merah muda.

********

Gimana? Gimana? Ada yang penasaran?
Malem gini siapa yang baca yaa, hahaha...

Ngomong-ngomong ada yang bisa nebak gak gimana selanjutnya dari prolog ini? Ayo share pendapatmu disini yaw!

Anyway, bab selanjutnya udah ready lhoo.. Aku post sampai bab 2 yaa, sebagai pemanasan.

Get ready!

VIE.Tjan

********

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang