Chapter 13 - Her Plan

115 17 0
                                    

Up date : 15th September 2018

*********
Cerita sebelumnya.......

Miles menyadari sebuah perasaan di hatinya setelah 'berpisah' dari Alice, yang dia simpulkan sebagai akibat dari dirinya yang 'kurang menunjukkan rasa terima kasih pada Ami'.

Karena itu, Miles berniat berterima kasih pada Ami dengan cara membuat gadis itu bahagia, dimulai dari ajakannya pada Ami ke sebuah studio rekaman, agar gadis itu dapat mengeluarkan segala unek-unek, maupun kekesalan karena dirinya.

Akankah cara Miles berhasil dan memunculkan senyum di wajah Ami?

***********

Sungguh laki-laki yang aneh!

Sejak awal pernikahannya, suaminya tidak pernah jauh dari kata aneh. Pria yang tidak suka berbasa-basi, bertele-tele, atau berputar-putar, ternyata lebih memilih jalan yang berliku ketika hendak menyampaikan suatu maksud. Setelah bersusah payah bangkit dari kebingungan, ia memutuskan untuk mengikuti saran Edward.

Menceritakan semua yang terjadi di pesta, minus apa yang dirasakannya. Ya, Miles berhak tahu jika salah satu teman laki-laki pria itu bukan orang yang baik. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang salah dengan kehadiran pria bernama Parco tersebut.

Setelah bersusah-payah untuk mematangkan keputusannya, memutuskan urat malunya untuk menarik Miles ke tempat tersembunyi, semua berakhir sia-sia ketika suaminya yang aneh itu mendorongnya ke depan mikrofon. Miles tahu kalau dirinya selalu memendam setiap kesedihan yang ada, dan Miles tahu ada sesuatu yang dirinya tidak ingin Miles tahu.

Miles yang membawanya ke ruangan kedap ini, adalah jalan berliku-liku yang ditempuh oleh Miles untuk menunjukkan kepedulian pria itu padanya. Sungguh aneh ketika hatinya terasa ringan dan bergetar dengan sentuhan Miles di bahunya, dan ketika pintu tebal itu memisahkannya, bukan berarti dirinya terpisahkan dari kehangatan tangan Miles yang dirasakannya tadi.

Karena setiap kehangatan pria itu yang masih tersisa untuknya, menjelma dalam bentuk udara yang mengisi setiap sudut ruangan kedap ini. Udara tersebut menyapu wajahnya, membuatnya menyisakan senyuman yang sangat lebar di wajahnya ke arah Si Pelaku.

Aku harus ngeluarin setiap kesedihanku. Batinnya ketika musik mulai diputar.

Musik yang tidak dikenalinya, tapi sangat berisik dengan berbagai suara instrumen yang saling bersahut-sahutan. Mungkin ini adalah dua lagu atau mungkin lebih yang dijadikan satu dan diputar untuknya. Ia tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak menggeleng. Miles ... caramu memang aneh, tapi aku ngerti maksudmu. Hatinya terasa hangat dengan setiap detik yang dilaluinya di ruangan ini, seakan setiap bagian lagu berisik tersebut terdengar begitu merdu di telinganya. Ia mengepalkan tangannya. Oke deh. Let's do it!

Tiba-tiba keraguan menyusupi hatinya, dalam bentuk pertanyaan dengan jawaban yang harus dicarinya. Apa ruangan ini benar-benar kedap?

Ia membuka mulutnya, bersuara datar, tapi musik yang diputar tetap mengalahkan suaranya. Ia berteriak, tapi reaksi dua orang yang menatapnya dari kaca tidak berubah.

Senyuman tersungging di wajahnya. "Miles jelek!!" Serunya. Tapi suaminya itu tetap fokus pada pembicaraan entah apa dengan Arno.

"Miles kakinya bau!" Serunya lagi sambil tertawa cekikikan. Ekspresi kesal yang tidak tergurat pada wajah Miles cukup membuktikan kekedapan ruangan ini.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang