Chapter 33 - Her Savior

86 17 6
                                    

Up date : 27th January 2019

************
Cerita sebelumnya ........

Berdasarkan video rekaman kamera pengawas di ruang pribadi hotel tempatnya menginap di London dulu, Miles tahu bahwa pelaku yang menculik Ami adalah Jacobs Brother. Anak buah mereka mencopet handphone Komang Widhi, ayah Ami, untuk memancing gadis itu ke perangkap yang sudah mereka siapkan di rumah Ami.

Miles berhasil melacak keberadaan Jacobs bersaudara, yang sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Tanpa kepastian apakah Ami memang ikut bersama Jacobs Brother atau tidak, Miles memutuskan untuk mengikuti instingnya tentang tempat tujuan mereka. Kemudian pesan misterius yang Miles terima secara tiba-tiba, juga memperkuat kebenaran insting Miles.

Berbekal kepercayaannya, diiringi kekhawatiran terhadap tindakan nekat Ami yang mungkin saja dilakukan, Miles dalam perjalanan untuk menolong gadis itu.

**********

Di tengah kegelapan, disela nafasnya yang mulai terputus-putus, ia dapat mendengar suara laut yang tidak biasa didengarnya, hingga ia tidak dapat mendengar apapun. Dadanya terasa sesak, bernafas yang seharusnya mudah terasa sulit, tubuhnya mulai mengejang bak sedang menari di sebuah tempat tanpa gravitasi. Tubuhnya begitu ringan dalam pelukan laut, begitu terlindungi dalam kegelapan.

Ia tidak mampu memikirkan apapun selain berbagai hal yang terkilas balik dalam benaknya, hingga gelap.

Ia sudah kehilangan kesadarannya. Dan tidak lama lagi, namanya mungkin akan menghiasi halaman utama surat kabar. Itupun kalau mereka berhasil menemukan tubuhnya.

Tiba-tiba semua terasa seperti mimpi yang amat panjang ketika dirinya berjalan menuju cahaya yang begitu terang. Entah darimana dan apa asalnya, ia tidak tahu. Cahaya misterius di ujung jalannya yang gelap, begitu misterius hingga mencurigakan, tapi anehnya, ia tetap melangkah seakan hanya itu pilihan satu-satunya. Sekarang dirinya berpikir, kenapa ia tidak menjauhi cahaya itu?

Dalam balutan cahaya, ia dapat melihat seorang wanita asing berambut hitam panjang yang lurus. Kulit pucat, jemari lentik, berpakaian putih. Ia merasa wanita itu memiliki tinggi yang sama dengannya, tapi kenapa ia harus mendongak untuk menatap wanita itu? Ah! Dia melayang! Ia sedikit beringsut ketika wanita itu mendekatinya, jarak yang semakin berkurang seiring dengan berkurangnya rasa takut dalam dirinya.

Ah, dingin.

Sentuhan wanita itu di pipinya begitu dingin. Berkebalikan dengan cahaya hangat yang melingkupinya saat ini.

Jika diperhatikan, wajah wanita itu tampak tidak jelas, seperti sebuah foto yang buram dimakan waktu, tapi entah bagaimana, ia merasa mengenal wanita ini. Ia merasa wanita itu tersenyum padanya dengan penuh kehangatan, penuh kasih sayang, seperti senyum yang ditunjukkan oleh seorang ibu pada anaknya.

"I ... Mama?" Ia bersuara.

Ingin ia memanggil wanita itu dengan sebutan 'Ibu' tapi rasanya Heo Liú Xing lebih cocok dipanggil 'Mama'.

Wanita itu tidak mengiyakan panggilannya, tidak juga bersuara selain menggeleng. Eh? Bukan ya?

Seakan bisa membaca pikirannya, wanita itu menggeleng. Kalau gitu kamu memang ibuku?

Tiba-tiba kedua tangan wanita itu mencengkeram bahunya, mengguncang tubuhnya berkali-kali, ia ingin mendengar penjelasan wanita itu, ia ingin mendengar wanita itu memanggil namanya, ia ingin mendengar suara wanita itu, tapi apa yang didapatnya? Selain kepedihan karena cengkeraman di bahunya semakin erat, dan guncangan itu semakin hebat.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang