Chapter 6 - His True Self

109 21 1
                                    

Up date : 20th August 2018

*********
Cerita sebelumnya......

Setelah menikah, Miles mengajak Ami untuk menunjukkan impiannya. Yang ternyata adalah tanah di beberapa lokasi di Bali dalam bentuk surat yang harus Ami tandatangani agar nama pemilik tanah itu menjadi dirinya karena Miles tidak dapat menggunakan namanya sendiri. Tibalah saat untuk pertama kalinya Ami mengunjungi rumah Miles. Tidak disangka disana sudah menunggu seorang wanita bernama Alice. Dan wanita itu mencium Miles?!

**********

Rencana yang sudah dipikirkannya matang-matang hancur begitu saja begitu seseorang itu menyambutnya. Menciumnya. Bagaikan berada dibawah pengaruh sihir, ia tidak kuasa menolak setiap ciuman itu. Pikirannya mungkin bisa kesal dan mengutuki kehadiran orang itu, tapi hati dan tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Ia tidak akan menyangkal kalau ada bagian dirinya yang merindukan kehadiran orang itu. Tapi perasaan itu ditepisnya ketika melihat wajah gadis yang sudah menjadi istrinya.

Bukan sebuah ekspresi yang ingin dilihatnya. Seberapa pun rindu dirinya terhadap Alice, bukanlah sesuatu yang adil terhadap Ami. Dirinya baru menikah beberapa jam lalu, tapi rencananya harus berakhir secepat ini. Shit. Shit. Shit.

"Mi-Miles, senang bertemu adikmu." Ucap Ami. "Aku baru tahu kamu punya adik perempuan."

Kalimat seperti itulah yang tidak ingin didengarnya. Ia tahu betul kemana percakapan ini akan mengarah. Ia mendengus sembari mengacak rambutnya.

"Geez, cut the crap already ...." Ucap Alice. Ia tersentak ketika perempuan itu melingkarkan tangan di lengannya. Tubuh mereka menempel lebih dekat dari sebelumnya.

Selamat tinggal hari damai. Ia menghembuskan nafas dengan lesu.

"Dia bukan adikku." Ucapnya lirih.

"Sepupumu?" Tanya Ami.

Ia menggeleng. "Dia tunanganku."

Bom sudah dilempar, sekarang ia hanya tinggal menunggu hingga bom itu meledak. Hatinya terasa sesak, kedamaian yang sudah direncanakannya, semua, tidak akan terjadi setelah hari ini. Kenapa setiap rencana yang dibuatnya selalu berantakan setiap kali berhubungan dengan Ami? Ia tidak pernah seceroboh ini sebelumnya. Kalau sudah seperti ini, untuk apa menyembunyikan semuanya? Sekalian saja jika ia membeberkan segalanya. Setelah jam berlalu, hari ini akan berakhir, dan hatinya akan tenang karena tidak memiliki beban apapun yang harus disembunyikan.

"Tunangan?" Ucap Ami sambil berjalan mendekatinya. "Tapi bagaimana bisa Miles?" Suara gadis itu mulai bergetar. Ia dapat melihat mata Ami yang dipenuhi oleh kebingungan.

Entah kenapa dadanya terasa sesak ketika dihadapkan pada sebuah fakta bahwa mungkin ia sudah menyakiti Ami. Bukan mungkin, tapi pasti. Sejujurnya, membuat gadis yang selalu tersenyum dihadapannya ini menjadi sedih, tidak pernah ada dalam rencananya. Ia tidak ingin menyakiti siapapun. Tapi ternyata dunia tidak seideal yang diharapkannya. Ketika hidup seseorang sudah berada dalam genggamannya, ia akan jauh lebih mudah menyakiti. Menggenggam terlalu erat, ia akan menyakiti orang tersebut. Jika ia melonggarkan genggamannya, maka orang itu akan kabur.

Ia memilih pilihan pertama.

"Kamu bilang kamu nggak punya pacar, Miles!" Suara Ami meninggi. Sepertinya gadis itu mulai gelisah dengan kebisuannya.

Ia menarik nafas dalam-dalam. Menelan setiap kepalsuan yang dipakainya sepuluh hari ini. Biarlah semuanya terbongkar sekarang. What's the point of regretting?

"Ya, aku memang nggak punya pacar. Tapi bukan berarti aku nggak punya tunangan." Sahutnya.

Mata Ami membelalak, gadis itu mungkin terkejut dengan jawabannya. "Kenapa kamu nggak bilang apa-apa?!"

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang