Chapter 46 - His Rose Garden

82 11 0
                                    

Up date : 21st April 2019

********
Cerita sebelumnya ......

Ami menyetujui permintaan Jacobs Brother untuk menyerahkan semua aset Miles di Bali karena Ami tidak tahan jika harus melihat Miles dipukuli. Setelah menandatangani surat, Parco mengajaknya untuk berkeliling di tanah proyek Miles. Disaat Ami tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan impian Miles, justru ajakan Parco itulah, keadaan berbalik memihak pada Ami. Masalah selesai setelah interpol menyerbu Jacobs Brother dan membawa mereka pergi.

Sekarang setelah transaksi gagal, Ami dapat kembali ke rumah dan menghadap Miles yang marah. Dan Ami tidak tahu apa Miles benar-benar bahagia setelah semua tindakannya yang berhasil merebut kembali impian Miles.

*********

Uap mengepul memenuhi boks kaca yang menyembunyikan tubuhnya. Disela suara air yang menhujaninya dari shower, suara desisan yang tertahan menyusup keluar dari celah giginya yang mengatup. Setiap kali air menimpa permukaan punggung tangannya, ia meringis menahan sakit. Kini ia terpaku ketika berhadapan dengan pantulan dirinya di kaca.

Tidak pernah tubuh Lord Artington tampak semenyedihkan ini. Bahkan di hari-harinya sebagai pembalap pun, ia selalu pulang tanpa luka. Kali ini justru luka bertengger di tubuhnya ketika menjadi seorang suami. Seorang pria yang mempertahankan impian. Hembusan nafas meninggalkan tubuhnya, diiringi dadanya yang mengempis, ia menyayangkan fakta bahwa untuk beberapa hari kedepan dirinya tidak akan bisa berkeramas. Di dalam topi mandi yang terbuat dari plastik, berlindung kepalanya yang masih dililit perban untuk proses penyembuhan luka pukulan benda tumpul. Pukulan itu cukup keras hingga meninggalkan lebam dan gegar otak ringan, tapi tidak cukup keras untuk membuatnya mengalami pendarahan. Ia bersyukur karena itu.

Is this how a piñata feels when it gets hit? Kedua tangannya menutup wajah. Beruntung ia masih pulang dengan isi kepala yang utuh.

Utuh dengan pikiran-pikiran serta detail setiap kejadian yang menimpanya tadi.

Sejujurnya, ia ingin senang atas usaha maupun keberhasilan Ami dalam mempertahankan impiannya. Well, it's just a coincidence, okay?! Tapi kebetulan apa yang terjadi lebih dari sekali? Ia heran entah kenapa Ami selalu berhasil lolos dari situasi genting apapun yang menimpa gadis itu. Some kind of superpower I bet?

Tapi dirinya tidak bisa senang atas semua ini.

Masih teringat jelas dalam ingatannya panas yang dihasilkan dari rona merah yang menjalar hingga kedua telinganya ketika menjawab pertanyaan Ami.

Beruntung pintu yang tertutup menyembunyikan wajahnya. Menyembunyikan dirinya yang terluka secara tampak maupun tidak tampak.

Luka kasat mata itulah yang bersarang di hatinya, yang paling membuatnya sakit, yang menderanya dengan berbagai perasaan menyesakkan. Sedih. Kecewa. Ia merasa seperti dikhianati.

Dengan mudahnya Ami menyerahkan semua yang ia usahakan, semua yang diraihnya dengan penuh perjuangan dan keringat, seakan di mata Ami keringat yang ia kucurkan di bawah panas terik matahari Bali saat itu tidak ada artinya. Ami lebih memilih dirinya dibanding impiannya. Tapi apa bedanya? Impian yang dimilikinya juga merupakan hidupnya. Nyawanya. Ia bangun dan bernafas setiap pagi untuk hidup juga untuk memeriksa proyeknya. Tapi dengan mudah Ami memutuskan untuk menyerahkan segala.

Sekarang hidupnya tampak sama buruk dengan berita di koran tentang pria asing yang didepak oleh istri sendiri. Meskipun dirinya masih disini, dan semua asetnya masih utuh, sedikit tidaknya ia mengerti bagaimana perasaan pria asing tersebut.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang