Chapter 34 - His Worth

72 14 0
                                    

Up date : 3rd February 2019

***********
Cerita sebelumnya .......

Ami berpikir akan mati ketika melihat Heo Liú Xing, tapi wanita itu sekali lagi meninggalkannya ketika Ami tersadar setelah diselamatkan dari laut oleh penculiknya. Mau tidak mau Ami menahan diri karena tidak ada yang bisa diperbuat.

Ketika sampai di tempat tujuan, Jacobs Brother mulai mengucapkan syarat mereka sebagai ganti atas keselamatan dirinya, yaitu, memintanya untuk pergi dari sisi Miles. Tapi dengan berani Ami menolak, hingga membuat Jacobs Brother memaksa Krisna untuk melakukan hal itu lagi pada Ami.

Dibawah ancaman pistol, Ami yang ketakutan tiba-tiba menyadari bahwa dia percaya pada Miles. Bahwa Miles akan menolongnya apapun yang terjadi.

Benar saja, ketika suara tembakan terdengar meletus dari gua di belakangnya, Ami mendapati sosok Miles keluar dari kegelapan.

**********

Setelah menembakkan peluru ke tangan Jacobs Brother, ia melangkah keluar dari persembunyiannya. Ya, perlu waktu selama itu bagi dirinya untuk bertindak. Semua tidak lain dan tidak bukan adalah karena istrinya sendiri, yang sedari awal selalu dengan berani menyongsong ajal, dengan berdiri di depan moncong pistol Parco.

Jarak yang terpaut cukup jauh, angin yang berhembus tidak menentu, ia adalah orang gila jika memutuskan untuk melepaskan peluru saat istrinya sendiri sedang berdiri tepat di depan targetnya. Hingga entah apa yang mereka bicarakan di kejauhan, setelah Parco melepaskan beberapa tembakan untuk menggertak Ami, gadis itu akhirnya beringsut mundur.

Tibalah kesempatan baginya untuk bertindak.

Ia berbagi tugas dengan Edward, dirinya bertugas menembak tangan Jacobs Bersaudara, kemudian Edward bertugas menembaki mesin kapal mereka dengan senapan laras panjang. Sekarang mereka tidak bisa kabur kemana-mana.

Angin berhembus menyapu butiran keringat di dahinya, gua itu bagaikan neraka di dunia. Lembab dan panas.

Tangannya masih menggenggam erat pistol yang dengan dingin sudah melukai dua orang.

"Hi!" Serunya. Suaranya menggema.

"Hi-Hi!" Sahut Marco dengan gagap. Parco tampak masam karena saudara kembar pria itu masih menyempatkan diri membalas sapaannya.

"I don't know you're here, Miles." Ucap Parco dengan tubuh gemetar menahan sakit.

Ia menelengkan kepala. "I guess that's the point."

Dahinya berkerut, bahkan disaat seperti ini pun Marco masih menatapnya dengan tatapan memuja. Ia tidak tahu harus merasa jijik atau biasa saja karena perhatian yang terlalu berlebihan ini. Sementara Parco mengedarkan pandangan dengan liar, menilai segala hal, menimang celah untuk kabur. Hingga tiba-tiba pria itu tertawa seperti seorang maniak. Marco tidak tampak heran dengan tindakan saudara kembar pria itu.

Alih-alih heran, Marco malah mengedikkan bahu. "He always like that."

Persaudaraan yang aneh.

"Aku tahu ...." Desis Parco penuh kemarahan. Pria itu mengangguk berkali-kali sambil mengucapkan kalimat yang sama.

Ia bertukar pandang dengan Edward yang masih berjongkok di belakang batu karang, dengan laras sniper mengarah pada Jacobs Brother. "Did the pain makes him crazy?"

Edward menggeleng pelan. "He's crazy long before this." Ia terkekeh mendengar ucapan Edward.

"Kalian pikir aku bodoh?! Aku! Pewaris perusahaan farmasi yang paling laris di negara ini ... Sampai tidak tahu siapa dalang dibalik semua ini?!" Parco kembali bersuara.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang