Chapter 38 - His Universe

76 13 3
                                    

Up date : 26th February 2019

********
Cerita sebelumnya .....

Ami dan Miles sampai di Chatsworth House, Derbyshire, tempat Miles dilahirkan dan dibesarkan. Setelah sambutan berupa tamparan di wajah Miles dari Maréna, siapa sangka ternyata ibu Miles tersebut juga mempermasalahkan semua hal yang dilakukan oleh Miles di Bali. Setelah mengurungkan niat untuk meminta Miles meninggalkan Ami, Maréna mengatakan bahwa semua impian Miles di Bali tidak berasal dari hati pria itu.

Berbagai pertanyaan terlontar dari Ami dan Maréna untuk menguak alasan Miles yang sebenarnya. Meskipun Miles menjawab, tetap saja alasan itu tersembunyi. Ami menyadari hal itu ketika melihat wajah Miles yang memerah.

Untuk pertama kali sejak pernikahan Ami dan Miles, mereka tidur di kamar yang terpisah!

*********

Sama seperti Kota London, rumah ini selalu mengambil apa yang berharga untuknya. Ralat. Setiap tempat di Inggris.

Pertama ayahnya, yang selalu larut dalam kesibukan sebagai seorang duke, pengusaha, pemimpin beberapa organisasi di Inggris, tapi tidak sebagai seorang ayah. Lucu, pria itu tidak sadar samasekali.

Kedua, kebahagiaan ibunya. Setelah kejadian itu ibunya selalu menangis tanpa tahu waktu. Ia tahu senyum yang terulas di wajah wanita itu hanya akan berada di sana sebentar. Apa ibunya juga kebingungan seperti dirinya? Ingin membenci tapi tidak bisa?

Ketiga, jati dirinya. Ia menghilang dalam setiap pasang mata yang menatapnya dengan pose sama setiap harinya. Siap menilainya kapanpun yang mereka mau. Ia tidak pernah tahan tinggal di rumah ini, tidak ketika kebingugan menenggelamkannya bak lumpur hisap, tidak ketika ia menyadari bahwa topeng yang dikenakannya selama ini terasa menyiksa. Ia juga ingin membenci tapi tidak bisa. Dan jika keinginan itu menghilang, ia merasa tidak rela.

Keempat, Ami. Istrinya yang tercinta. Baru malam pertama di rumah ini, ketika ia membuka mata, tempat kosong yang luas menyambutnya. Untuk pertamakalinya ia merasa begitu terikat dengan seseorang. Dan setelah beberapa ketukan pintu yang tanpa jawaban, ranjang kosong di kamar sebelah menyambutnya. Rumah ini benar-benar menelan setiap hal yang diciptakan berharga untuknya.

Karena itu ia pergi.

Pergi sejauh mungkin, melewati berbagai negara, melintasi benua, hingga mendarat di Bali.

Hari-harinya disana selalu menyenangkan, seru, mendebarkan, selalu cukup. Ia tidak ingin rumah ini ikut campur dalam kebahagiaan yang sudah dibangunnya. Karena itu, sekarang ia harus pergi. Dengan lesu nafasnya berhembus.

Tidak tanpa istrinya.

Ia mengusap tengkuknya, dirinya harus segera menemukan Ami.

"Her Grace offers My Lady a tour through this house." Ucap salah seorang pelayan setelah ia bertanya.

"Tour? Like ... a tour? For tourist?"

"Yes, My Lord."

Ia mendesah lesu.

Hal terakhir yang diinginkannya adalah menjelajahi rumah ini, dan itulah yang harus ia lakukan untuk segera menemukan Ami. Ia bisa saja menunggu di ruang keluarga, atau di taman, tidak harus di dalam rumah, tapi setelah membayangkan menunggu tanpa melakukan apapun akan terasa lebih mengerikan, ia memutuskan untuk menyongsong sesuatu yang selalu ia hindari setiap kali menjejakkan kaki di rumahnya sendiri, Chatsworth House.

Menjelajahi tempat bersejarah ini dari pintu masuk.

You can do it Miles. This is the only way, remember? Kalau seperti ini alangkah bagus jika dirinya bangun kesiangan hingga Ami akan tega membangunkannya.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang