Chapter 4 part 2 - A Yes from Her

97 16 0
                                    

Up date : 21st August 2018

**********
Sudut pandang Ami sebelum pesta pernikahan. Aku kelupaan up chapter ini hehehe. Khusus chapter 4 nya aja yg ada part 2 nya yaa. Sisanya biasa. Klo pun ada part 2 itu akan ada di works lain bagian explicit chapter. Iyyaa, ada explicit chapter nya hwahaha 🙈🙈🙈

Aku buat chapter ini belakangan pas lagi revisi, dan rasanaya aneh aja scene Ami langsung nikah tanpa bahas perasaannya dia. Apalagi sama orng yg baru dia kenal, hoh.

Jadilah chapter iniihh.. happy reading 😊

**********

Kepalanya masih sedikit pusing akibat pingsan tadi.

Jika Miles sedang ikut perlombaan tentang cara melamar yang paling unik, pria itu pasti menang. Cincin di dalam nasi ....

Otaknya yang cerdas membantunya menyadari sesuatu, tentang rencana awal Miles. Senyuman terulas di wajahnya, mungkin awalnya Miles hendak meletakkan cincin tersebut di dalam semangkuk sup ikan. Tapi ia tidak memesan sup itu. Improvisasi dari pelayan di restoran itu mungkin.

Wajahnya memerah mengingat kejadian tadi. 

Cincin di jari manisnya hanya membuat wajahnya semakin panas ketika darah berdesir menaiki wajahnya. Tadi, dengan berani ia berkata akan menerima cincin Miles. Astagaa ... Ia memukul kedua pipinya dengan perlahan, ketika akal sehatnya kembali, baru disadarinya semua yang ia lakukan adalah tindakan yang teramat berani.

Menerima orang yang baru dikenalnya selama beberapa hari sebagai suaminya.

Berbagai pertanyaan terbesit dalam benaknya, menanyakan keyakinannya terhadap keputusan yang akan mengubah hidupnya ini, apakah ia sanggup mengikuti gaya hidup Miles yang pasti berbeda, dan apakah ia sudah melihat semua sisi dari kepribadian Miles?

Dua belas hari ....

Orang akan mengatakan itu adalah waktu yang singkat.

Tapi, setelah dipendamnya dalam-dalam semua pertanyaan itu, meskipun dirinya baru kenal dalam hitungan hari yang masih bisa dihitung jari, ia ternyata tidak ragu mengambil keputusan seberani ini.

Menerima laki-laki itu sebagai suaminya.

Ayahnya yang sudah berteman lama dengan Miles, kesaksian satu-satunya pria yang paling ia percaya, menguatkan niatnya. Mengusir setiap keraguan yang hendak muncul lagi. Terbayang dalam benaknya ketika ayahnya memeluknya tadi setelah ia pulang bersama Miles. Hanya satu perasaan di jendela hati orang tua tunggalnya.

Kebahagiaan.

Dan ketika seandainya semua itu tidak cukup untuk menumpas tuntas setiap keraguan yang ada, perlakuan Miles yang membuatnya kembali percaya, menariknya dari setiap traumanya, menolong tanpa perlu berusaha, perasaan cintanya yang tumbuh seiring dengan bertambahnya jumlah buket mawar di rumahnya, kebaikan Miles yang mengubahnya ke arah yang lebih baik, semua itu cukup untuk membuatnya tersenyum dan mengatakan satu kata yang paling pantas untuk diucapkan saat ini.

Ya.

Ia meraih handphone yang sedari tadi berada di sudut terjauh meja belajarnya. Layar benda itu berpendar ketika menerima sentuhan jarinya.

Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Miles.

Jarinya bergerak perlahan ketika mengetikkan satu-persatu kata yang selalu diulanginya sejak ia meraih handphone-nya. Bukan keraguan yang menggerakkan jarinya, tapi perasaan malu yang menambah rona wajahnya terhadap keberanian yang membuncah dalam dirinya.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang