Chapter 24 - His Inner Circle

122 15 0
                                    

Up date : 30th November 2018

***********
Cerita sebelumnya......

Dengan permintaan Miles dan Edward, Ami mulai menjelaskan detail isi pesan yang dia gunakan untuk membuat Marco Jacobs menemui Will Smith. Karena pertemuan mereka itulah Miles mendapatkan tanah yang dia mau dari Will Smith. Dan tanpa sengaja, Miles menyebutkan bahwa pesan itu karena Ami pada Parco, yang mencintai saudara kembarnya sendiri.

Tidak ada alasan bagi Jacobs Brother untuk tidak membenci Ami hingga ingin mencelakakan gadis itu - menurut kepercayaan Miles -, jadi Miles memutuskan untuk menambah pengamanan di sekita Ami, yang dirasajan cukup berlebihan.

Mulanya Ami keberatan, tapi demi Miles, agar pria itu tidak lagi khawatir, Ami menyerah.

Hingga Ami melihat koper-koper yang berisi bajunya sendiri.

**********

Pemilik dari sepasang mata yang berwarna sama dengan miliknya memutuskan untuk tetap menatapnya dengan tajam, seakan sedang menunggu dirinya untuk menemukan sesuatu disana.

Tapi setiap detik yang berlalu dalam keheningan, hanya membuatnya semakin tenggelam dalam perasaan kecewa. Ia tidak bisa melihat apapun disana. Ia tidak bisa menemukan apa yang selalu dipikirkan oleh istrinya. Dan tebakan liarnya ... tidak pernah tepat.

Dirinya masih sangat amatir dalam semua ini – menjadi seorang suami. Banyak kesalahan, maupun kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang suami yang baik tapi tidak dimilikinya. Terkadang, ia bisa menebak, tapi sering kali, ia tidak bisa. Ia tidak pernah melihat semua ketidakmampuannya sebagai sebuah masalah, sampai saat ini.

Yang ia tahu, jika dirinya membuat Ami mengatakan semuanya, gadis itu akan lebih terluka. Hanya itu. Sama seperti dulu.

Cobaan macam apa ini ....

Tapi dirinya adalah Miles.

Anggap saja ia menyerah dari cobaan ini, dan Ami tersakiti karenanya, well, bukannya nggak mungkin aku menyembuhkannya 'kan?

"Heo, kamu kenapa?"

Dan ia pun bertanya.

Perlu waktu sekian detik bagi Ami untuk bersuara. Ia merasa semakin frustasi ketika tidak dapat menemukan penyebab dari getaran di tangan Ami ketika menunjuk sebuah koper.

"Ke-kenapa semua bajuku di dalam sini ...?"

Ia melongo mendengar pertanyaan Ami. Aren't we done with that? Bukannya tadi ia sudah menjawab?

"Dear, kamu nggak mungkin mau memakai baju yang sama setiap hari 'kan?" Panggilan 'Sayang' yang diucapkannya tidak mampu menggantikan raut di wajah Ami dengan ekspresi kebahagiaan. Padahal ini kali pertama ia memanggil seperti itu!

Ia mendesah dengan lesu. Kalau kamu nggak bilang, aku nggak akan tahu .... Apa aku seharusnya tahu? Apa setiap suami seharusnya nggak kayak aku? Pertanyaan itu bagaikan semen yang sudah membatu di kakinya, menyeretnya lebih jauh ke dalam lautan kekecewaan.

Ia tidak mengerti darimana perasaan sedih yang menggurat di wajah istrinya. Ia tidak tahu apapun. Wait, have I said, I'm newbie?

Dengan terpaksa ia mengacak rambutnya, pandangannya mengedar ke arah koper-koper yang berjajar di hadapannya. Apa karena koper ini? Kopernya jelek jadi Heo nggak suka?

Sekilas ia melirik ke arah gadis yang masih berdiri mematung disamping koper pertama. Heo bukan orang seperti itu.

Lantas kenapa?

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang