Chapter 26 - His First Date

151 13 0
                                    

Up date : 15th December 2018

***********
Cerita sebelumnya......

Setelah melewati berbagai landmark kota London dari Heathrow Airport, Ami dan Miles tiba ditempat mereka akan tinggal beberapa hari ke depan, sebuah hotel tempat Miles biasa menginap ketika masih kecil. Semuanya terasa menyenangkan sampai mereka dihadapkan pada sebuah permintaan dari Duke of Avenshire, ayah Miles, untuk menyembunyikan status pernikahan mereka disini, dengan cara melepas cincin pernikahan mereka. Miles yang merasa keberatan karena merasa sudah kehilangan sesuatu, merasa heran karena Ami tidak keberatan samasekali dengan permintaan ayah Miles tersebut.

Tapi setelah mendengar penjelasan dan alasan Ami, Miles masih membutuhkan bukti yang menetapkan bahwa Ami masihlah istrinya di Negara ini, bahwa Ami tidak benar-benar menghilang dari hidupnya seperti cincin pernikahannya yang sudah dilepas.

**********

Kelopak matanya berkedut, dan perlahan terbuka. Shit. Perih ... Setelah beberapa uapan dan kucekan mata, semuanya tampak jelas sekarang.

Bayangkan andai dirinya terbangun tanpa ingatan apapun, keadaannya saat ini adalah sesuatu yang rata-rata akan membuat orang bingung dan panik ketika benar-benar terjadi. Tapi ia ingat semuanya dengan jelas, setiap suara, setiap hal yang tersentuh ujung jarinya, tatapan yang dipenuhi ketakutan, senyuman indah yang terbit setelah ia berhasil mengusir ketakutan itu, dan bagaimana ia mendapatkan bukti yang selalu dicarinya setiap pulang ke kampung halamannya ini.

Bukti bahwa kebahagiaannya belum direnggut seperti sebelum-sebelumnya. Dan ia cukup bahagia karena sosok istrinya ternyata lebih kuat dibanding kekuatan Negara ini yang selalu menghancurkan sumber kebahagiaannya. Nope. I'm super happy.

Ia berada di dalam satu selimut yang sama tanpa satu pun pakaian membungkus tubuhnya. Jarak kosong tercipta diantaranya dan gadis itu, yang kini masih tertidur. Bahu telanjang gadis itu membuatnya menarik selimut lebih tinggi agar menutupi seluruh tubuh istrinya yang terbuka.

Ia tertawa kecil. Untung ia mengingat semuanya, jika tidak mungkin saat ini ia akan histeris alih-alih merasa bahagia.

Mata Ami masih terpejam dengan nafas yang begitu teratur. Ia berjuang keras melawan dorongan hasratnya yang menginginkan Ami kembali dalam pelukannya. Geez .... Hold yourself, you horny dog. Ia berucap dalam hati sambil mengacak rambutnya, tapi setelah dipikir-pikir ia tidak keberatan menahan diri.

Menatap istrinya yang tertidur dengan damai juga hal yang menyenangkan. Ia dapat memperhatikan dengan seksama sesuatu yang jarang berada di hadapannya, sedekat ini, selama ini. Wajah Ami yang berbentuk hati, bulu mata alami yang cukup lentik, hidung yang tidak terlalu pesek atau mancung, bibir penuh yang membuatnya ingin kembali menciumi gadis itu. Ia tidak tahu bagaimana mendeskripsikan setiap fitur istrinya agar tidak terdengar seperti fitur yang dimiliki perempuan lain. Satu hal yang pasti, Ami cukup cantik jika disandingkan dengan perempuan lain. Ia menghembuskan nafas sembari mengalihkan pandangan dari wajah istrinya.

Heran aku nggak merasa cemburu dan khawatir punya istri secantik ini. Wait, punya suami seganteng aku juga nggak membuat Ami khawatir. Ahh ... yaa. Keadaannya saat ini membuatnya lupa akan satu hal. Semua ini terjadi karena kewajiban, karena alasan yang jauh lebih rendah dibanding cinta. Karena mereka suami istri, dan ini bukti yang diinginkannya dari Ami, dan sedikit kecil karena perasaan dirinya dan Ami yang sudah menyukai satu sama lain. Tidak ada cinta. Ngomong-ngomong soal cinta ... I remember ... I've said something so outrageous. 

No, I think it's only a dream. Ia memijit dahinya. Shit. Or I really did say that?

Ia memutar tubuhnya kembali, perlahan membuat wajah istrinya – yang tidak memunggunginya seperti biasa – kembali berada dalam jarak pandangnya.

A Rose for an Acre (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang