05 - Menangis

1K 98 70
                                    

Jeon House
.
.
.
.
.
.
.
.

Sesampainya Jiyeon di rumahnya ia langsung berlari ke kamarnya setelah membanting pintu dan mengunci kamar miliknya. Lututnya lemas hingga ia pun terjatuh di antara kasur miliknya, menelungkupkan dirinya antara batal dan kasur miliknya sambil menangis pilu.
Hatinya sakit mengingat kembali suaminya yang sedang bercumbu dengan wanita lain di belakangnya. Inikah alasan kekhawatiran nya selama ini. Hal yang begitu ia takutkan mengenai suaminya benar-benar terjadi.

Hiks... Hiks...

"Kookie-ya" lirih Jiyeon pedih.

"K... kenapa hiks... Kenapa rasanya sakit sekali hiks..."

"Selama ini aku percaya padamu, inikah balasannya untukku atas rasa khawatir ku selama ini.
Aku sangat mencintaimu, tapi kenapa kau menduakan rasa cintaku itu. Aku membencimu Kookie-ya, aku membencimu" parau Jiyeon di balik lungkupan wajahnya.

Tok

Tok

Tok

"Noona, kau di dalam?"

"Noona, ku mohon buka pintunya.
Aku akan menjelaskan semuanya Noona, ku mohon buka pintunya" kata Jungkook menggedor-gedor pintu kamarnya bersama Jiyeon.

Jiyeon menatap pintu kamar yang ia kunci dengan pandangan kosongnya. Hatinya terlalu sakit saat ini. Ia tidak ingin bertemu siapapun termasuk suaminya Jungkook yang sudah menorehkan luka padanya.

Hiks... Hiks...

Lagi-lagi Jiyeon hanya bisa menangis. Hatinya benar-benar sakit. Ia benci pada dirinya sendiri karena terlalu pecundang karena tidak berani mendengarkan penjelasan suaminya sendiri. Ia takut bila harus mendengar penjelasan suaminya yang seandainya mengatakan bahwa ia mulai bosan padanya ia sangat takut. Lebih baik ia mengurung dirinya di dalam kamar dari pada harus melihat wajah suaminya dan mendengarkan penjelasannya yang beberapa saat lalu menyakitinya. Untuk saat ini ia hanya ingin sendiri, merenungkan kesalahan apa yang ia perbuat sehingga suaminya memilih selingkuh di belakangnya. Hanya itulah yang bisa Jiyeon pikirkan saat ini.

Skip

Tiga hari kemudian

Selama tiga hari Jiyeon masih betah mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia merasa enggan keluar kamar bahkan hanya sekedar mengisi perutnya yang sudah tiga hari berturut-turut sama sekali tidak terisi oleh makanan apapun.

"Noona, jebal keluarlah. Ku mohon jangan menyiksa dirimu dan bayi yang ada di dalam perutmu hanya karena diriku.
Maafkan aku noona, aku menyesal. Ku mohon keluarlah.
Sudah tiga hari kau tidak makan apapun noona. Ku mohon, setidaknya pikirkanlah bayi kita itu noona. Aku tidak apa-apa jika kau membenciku, tapi ku mohon jangan menyiksa diri kalian"

Kata Jungkook sudah tiga hari berturut-turut mencoba membujuk Jiyeon yang enggan keluar kamar.

Jiyeon mengelus perut buncitnya yang terlihat semakin membesar tiap harinya dengan pandangan sayunya.

"Aegi-ya, Miane. Eomma merasa bersalah karena ikut membawamu ke masalah eomma. Miane karena eomma tidak memberi asupan gizi padamu. Kau pasti lapar kan?" Lirih Jiyeon memandang perutnya hingga bayi yang berada di kandungannya tidak terasa menendangnya.

"Miane" sesal Jiyeon.

"Setelah ini ayo kita makan. Eomma tidak mau bayi eomma lahir nanti tidak sehat" getir Jiyeon mencoba berdiri bertumpu pada tempat tidurnya.

Cklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok wajah Jiyeon yang sedikit memucat dari biasanya.

"Noona" panggil Jungkook hendak mendekat.

"Jangan mendekat" seru Jiyeon.

"Pergilah. Aku masih ingin sendiri" sambung Jiyeon berjalan menuju dapur dan menemukan bibi Jung yang sedang mencuci piring kotor.

"Bibi Jung" panggil Jiyeon begitu pelan dan tak bertenaga.

Meskipun pelan wanita berumur itu masih bisa mendengar suara Jiyeon yang memanggilnya.

"Omo, nona" kejut wanita berumur itu melihat wajah pucat majikannya yang sudah tiga hari tidak keluar kamar.

"Nona, duduk dulu" wanita berumur itu pun membantu Jiyeon untuk duduk di salah satu kursi yang ada di dapur itu.

"Apa nona ingin sesuatu?"

"Iya. Tolong buatkan coklat panas untukku serta roti panggang saja" ujar Jiyeon tersenyum kecil.

"Kenapa wajah nona begitu pucat. Saya buatkan bubur saja ya nona, beserta susu khusus ibu hamil bagaimana?"

"Terserah Bibi Jung saja" kata Jiyeon.

"Tunggu sebentar ya nona" Jiyeon hanya mengangguk kecil sebagai jawaban karena jujur tubuhnya begitu lemas saat ini.

Tidak jauh dari sana Jungkook memandang wajah pucat istrinya. Dalam hatinya terbesit rasa penyesalan yang amat besar di hatinya. Ia tidak menyangka akan menyakiti perasaan istrinya beserta calon bayinya sampai seperti ini. Hingga ia pun bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan Soul.

"Miane noona. Aku akan segera mengakhiri semuanya bersama Soul" gumam Jungkook.

Skip

"APA!!! Mengakhirinya?" Teriak seorang gadis di sebuah restoran yang sudah menjadi langganannya bersama sang kekasih yang tak lain adalah Jungkook.

"Iya Soul. Maafkan aku. Aku tidak mau menyakiti perasaan istriku lebih dalam lagi. Sudah cukup sampai disini hubungan kita" jelas Jungkook kepada gadis yang tak lain adalah Soul.

"Shireo!! Aku tidak mau. Aku sudah terlanjur mencintaimu Oppa" ujar Soul mencoba menarik tangan Jungkook namun dengan cekatan Jungkook menjauhkan tangannya dari Seoul.

"Miane Soul-ah. Semua ini tidak benar. Aku sudah punya istri dan kau pun tau itu"

"Tapi aku tidak mau hubungan ini berakhir. Selama kita saling mencintai semuanya sah-sah saja bukan" kekeuh Soul dengan tidak tau dirinya.

"Tapi maafkan aku. Aku tidak mencintaimu lagi aku hanya mencintai Jiyeon noona istriku yang dengan bodohnya aku hianati" jelas Jungkook lagi.

"Tapi-"

"Miane Soul-ah, aku harus pergi. Aku harus menjelaskan semuanya kepada Jiyeon noona" setelah itu Jungkook benar-benar pergi meninggalkan Soul yang mengepalkan kedua tangannya.

"Lihat saja nanti kau akan kembali ke dalam pelukanku" tekat Soul.



To be continue....

Hai hai double up nih sesuai permintaan @Jeanamnda
Good lah Kook dari dulu² Napa begitu kan Jiyeon nya gk perlu ngurung diri sampe tiga hari karena sakit hati 😣😣😣

Soul lebih baik minggat deh gk usah ganggu hubungan eonnikuh dan jukikuh...

Vote and coment guys silahkan bintang nya di tekan🙏

Crying Season 2 [ I'm Fine ] END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang