16 - Kerinduan

942 98 17
                                    

"Jiyeon-ah. Mulai saat ini anggaplah ini sebagai rumahmu juga ya" seru Eunji begitu baik.

"Eunji-ah, tidakah ini terlalu berlebihan. Kau benar-benar ingin aku tinggal bersama mu disini?. Aku tidak apa-apa tinggal di apartemen ku yang lama asalkan aku tidak merepotkan mu" ujar Jiyeon menolak kebaikan Eunji.

"Tidak ada penolakan Ji. Kau tetap akan tinggal disini bersamaku" putus Eunji.

"Tapi aku tidak mau merepotkan mu?"

"Kata siapa kau merepotkan ku?
Aku justru senang bisa membantumu. Lagian jika kau tinggal di apartemen mu yang lama aku tidak jamin kau bisa membayar biaya bulanan mu disana. Kau harus membayar biaya bulanan apartemen mu, memenuhi kebutuhan Jungyeon, kebutuhan rumahmu dan juga kebutuhan dirimu sendiri. Apa kau yakin bisa membayar semua itu dengan kau yang hanya bekerja sebagai pelayan cafe?

Kau tau, kau sama sekali tidak merepotkan ku. Aku senang bisa membantumu mengurangi biaya yang habis untukmu dan Jungyeon" ucap Eunji memegang bahu Jiyeon.

Jiyeon menunduk mendengar penuturan Eunji sahabatnya. Memang benar selama ini kebutuhannya serba kurang, namun ia tak masalah dengan itu. Selama ia tak menyusahkan orang lain kenapa ia harus malu dengan kehidupannya yang serba kekurangan itu.

"Aku...aku tak masalah dengan itu. Jika aku bisa memenuhi kebutuhan putraku sendiri kenapa aku harus merasa terbebani oleh putraku" jawab Jiyeon.

"Ji. Mian" sesal Eunji yang tiba-tiba merasa menyesal telah mengatakan itu kepada Jiyeon.

"Gwaenchana. Aku mengerti kau hanya berniat membantu ku keutji. Jadi tidak apa-apa" sebuah senyuman terukir di bibir tipis Jiyeon setelah mengucapkan kata-kata yang bijak tersebut.

Eunji yang masih merasa bersalah pun memeluk Jiyeon.

"Sekali lagi maafkan aku Jiyeon-ah. Aku hanya tidak menyangka ini akan terjadi padamu. Sekali lagi maafkan aku" lirih Eunji.

"Tidak apa-apa" Jiyeon menepuk punggung Eunji untuk menyatakan bahwa ia baik-baik saja.

Crying

Di sebuah kantor lebih tepatnya Jeon Company atau Jeon Corp.
Jungkook tengah sibuk dengan berkas-berkas yang kini tersusun rapi di depannya. Bayangkan ia harus menandatangani semua berkas yang sama setiap harinya. Berkas yang harus selesai ia tandatangani hari ini juga. Dan melupakan makan siangnya. Tidak hanya sekali dua kali ia melupakan makan siangnya itu, sudah berkali-kali ia melakukan hal yang sama dengan melupakan untuk mengisi perutnya yang sama sekali belum terisi sejak pagi itu. Waktunya ia habiskan hanya untuk bekerja dan bekerja. Bekerja layaknya robot yang bekerja tanpa henti.
Sudah 5 tahun kepergian Jiyeon, selama itu pula ia menyesali perbuatannya. Sudah setengah tahun ia habiskan untuk mencari keberadaan Jiyeon di berbagai tempat namun hasilnya tetap sama saja. Ia tetap tidak bisa menemukan keberadaan Jiyeon beserta anaknya yang mungkin kini telah berusia 5 tahun.

Ia bahkan sudah mengunci hatinya rapat-rapat demi menunggu kembalinya Jiyeon dalam hidupnya. Bahkan usianya saat ini masih status melajang karena ia masih menunggu Jiyeon hadir kembali ke sisinya.

Lalu bagaimana dengan Soul??

Wanita itu kini sudah membusuk di dalam penjara karena setahun setelah menghilangnya Jiyeon tanpa kabar Yoongi membongkar semua kebusukannya seperti apa yang ia janjikan waktu itu kepada Jiyeon meskipun terlambat. Setelah itu semuanya kembali normal dengan terbongkarnya rahasia Yoongi yang ternyata menyukai Jiyeon. Sejak saat itulah hubungan Yoongi dan Jungkook sempat merenggang. Namun seiring berjalannya waktu hubungan mereka pun kembali seperti semula dengan Yoongi yang lagi-lagi mencoba melepaskan Jiyeon demi sahabatnya yang kini terlihat seperti robot berjalan. Raganya hidup namun jiwanya mati semenjak menghilangkannya Jiyeon tanpa kabar 5 tahun ini.

Crying Season 2 [ I'm Fine ] END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang