26 - Sebuah Ikatan

700 90 10
                                    

Vote dulu ya baru baca
Jangan jadi sider plis, aku kecewa loh nanti.

Dan saya sarankan untuk mendengarkan lagu Jin Epiphany sambil membacanya😊😊

.

.

.

Sudah dua hari berlalu semenjak kedatangan secara tiba-tiba Jungkook di apartemen Eunji dan itu sangat berpengaruh bagi Jiyeon. Bayangan akan sosok Jungkook yang berlutut di depan kakinya dengan wajah penuh penyesalan benar-benar mengganggu konsentrasinya dalam bekerja. Terhitung sudah dua hari pula Jungkook tidak datang ke sekolah putranya. Sungguh Jungkook merindukan putranya, tapi ia sudah berjanji untuk memberi Jiyeon waktu untuk memikirkan kembali ucapannya. Sungguh jika ia suami yang kejam mungkin ia akan melakukan seperti apa yang Jiyeon katakan kemarin, merebut sang anak secara paksa. Tapi ia tidak bodoh untuk melakukan itu karena kenyataannya ia begitu sangat mencintai istri dan anaknya.

"Jungyeon-ah, appa neomu bogoshipeo" lirih Jungkook memandang foto sang putra yang ia ambil saat mereka bermain bersama.

"Noona, aku juga merindukan mu. Kapan kau akan memaafkan ku?" Jungkook menunduk untuk menyembunyikan air matanya yang menyeruak ingi keluar.

Tak butuh waktu lama, air mata itu pun benar-benar jatuh. Jungkook kembali menangis, rasa rindu yang begitu mendalam sungguh membuatnya tersiksa bila sehari saja tak melihat wajah putranya.

"Rasanya benar-benar sakit, Noona. Sangat sakit bila aku tak bisa melihat kalian lagi" tangis Jungkook dalam diam.

"Eomma, Guk ajjuchi kenapa tak datang lagi ke cekolah, Jungie?" tanya sang anak polos.

"Jungie, Lindu ajjuchi" ucap sang anak lagi.

"Jungie-ah!" lirih Jiyeon.

"Eomma, ayo temui Guk ajjuchi. Jungie lindu padanya, eomma" rengek Jungyeon.

"Jungie-ah, dengarkan eomma. Eomma tak bisa, eomma masih ragu bertemu dengan ajjushi. Jadi kain kali saja ya, kita temui Guk ajjushi nya?" jelas Jiyeon mencoba memberi pengertian.

"Tidak! Jungie mau cekalang....
Jungie mau beltemu Guk ajjuchi cekalang, eomma..." rengek bocah lima tahun itu.

Jiyeon di buat kewalahan menghadapi putranya sendiri. Jujur saja, ini untuk yang pertama kalinya dalam hidup Jiyeon menghadapi tingkah putranya selama ia membesarkan nya lima tahun ini. Apakah ini yang dinamakan ikatan antara anak dan ayah batin Jiyeon.

"Eomma..." kata Jungyeon.

"Jungyeon-ah, eomma.."

"Eomma tak cayang Jungyeon!" kata bocah itu mulai terisak.

Jungyeon menangis dan Jiyeon paling tidak suka itu. Ia tidak bisa melihat sang putra bersedih sedikitpun karena ia akan menuruti semua permintaan putranya agar sang anak tak menangis. Tapi haruskah ia menuruti permintaan putranya kali ini.

"Jungyeon-ah" panggil Jiyeon.

"Eomma, tak cayang Jungie lagi huwaaa... Eunji imoo... Eomma sudah tak cayang Jungie..." tangis bocah itu meraung-raung seraya berlari ke arah kamar Eunji.

Jiyeon yang melihat itu sontak mengejar putranya takut putranya akan terjatuh atau menabrak sesuatu yang membuatnya terbentur seperti beberapa waktu yang lalu.

"Jungyeon-ah, jangan berlari nanti kau jatuh lagi!" nasehat Jiyeon.

"Eomma, cudah tak cayang Jungie, hiks...hiks..." kata bocah itu langsung menyembunyikan wajahnya di perut Eunji yang kebingungan dengan putra sahabatnya yang tiba-tiba menangis di pelukannya.

Crying Season 2 [ I'm Fine ] END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang