Bagian 6 - Hari Kelima Bermain Hago

1.2K 76 3
                                    

Jika saat ini orang-orang sedang sibuk war, maka aku sedang sibuk merindukanmu

🕹🎮🕹

Gue membuka kelopak mata gue perlahan. Pertama kali yang tertangkap oleh pupil mata gue adalah langit-langit rumah yang berwarna putih dan bergaris kotak-kotak. Gue berusaha mengumpulkan nyawa gue yang masih terkumpul separuh.

Gue segera meregangkan otot-otot gue yang terasa kaku. Gue menguap lebar-lebar seakan ingin menelan semua benda yang gue lihat.

Gue meraba hp gue yang biasanya terletak di samping bantal gue. Gue merasa benda itu tidak ada. Gue spontan bangun untuk mencarinya.

Gue menghela nafas lega melihat hp gue tercharger di atas nakas. Gue baru ingat gara-gara kemarin malam nungguin baterai hp gue tercharger full, gue jadi ketiduran.

Gue segera mengaktifkan data hp gue untuk mengecek notifikasi hago.

"Loh kok nggak bisa?!" Pekik gue berulang kali me-refresh game hago gue.

Meskipun gue refresh berkali-kali, nyatanya tidak ada satupun notifikasi yang masuk. Gue jadi khawatir kalau game hago gue bermasalah.

Gue membuka whatsapp untuk menge-chat sembarangan kontak untuk mengetes letak permasalahan yang sebenarnya. Alhasil chat whatsapp gue pending.

Gue menepuk jidat dan baru ingat sekarang kalau tadi malam kouta gue habis. Gue terkekeh dan menghembuskan nafas lega.

Gue segera mencari kartu data yang kemarin lalu gue beli.

"Lo kok nggak ada sih?" Ujar gue memeriksa laci nakas yang gue gunakan untuk menyimpan kartu data kemarin.

"Kemarin kan gue simpan disini," bisik gue menggigit bibir bawah dan berusaha mengingat-ingatnya kembali.

"Iya, gue nggak mungkin salah," ujar gue lagi.

Gue mencoba mencari di tempat lain dan memang kartu itu tidak menampakkan diri.

Gue segera keluar kamar dan menuju kamar Kak Ally, siapa tahu dia yang mengambil kartu data gue.

"Kak, kak!" Teriak gue sambil menggedor-gedor pintu Kak Ally.

"Kak!" Teriak gue dengan suara naik dua oktaf lantaran kak Ally tidak kunjung membuka pintu.

"Nyari siapa?" Tanya Mama tiba-tiba muncul di belakang gue.

Gue berbalik arah dan menatap Mama.

"Ma, kak Ally mana?"

"Udah berangkat kerja bareng papa," Jawab Mama.

"Kalau Cassy?" Tanya gue lagi.

"Mereka bertiga sama-sama berangkat," jawab Mama. "Emangnya ada apa?" Mama menautkan alis.

"Mama liat nggak kartu data yang aku beli kemarin dan aku simpan di laci nakas?" Tanya gue kepada mama.

"Jangankan kartu data, masuk kamarmu aja mama nggak pernah," balas Mama menggelengkan kepala kemudian lekas pergi.

"Mama ih," gue berdecak kesal.

Gue mengacak rambut gue dengan perasaan frustasi. Hari ini benar-benar kampret day. Kartu data gue hilang dan gue nggak punya sisa kouta sama sekali untuk bertanya kepada Kak Ally, Papa udah pergi dan nggak mungkin ngasih gue uang, dan begitu juga Mama, nggak mungkin dia ngasih gue uang karena mama tahu gue cuma mau beli kouta untuk main game. Seorang guru apalagi sosok mama yang notabene keras didikan pastinya tidak mau memfasilitasi anaknya untuk hal-hal negatif. Gue sadar kalau main game kebanyakan mudarat-nya dibandingkan faedahnya.

14 DAYS MEET IN HAGO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang