Bagian 16 - Galau

1K 76 11
                                    

Antara aku dan kamu kini hanya tinggal cerita yang terbungkus oleh air mata.

🕹🎮🕹

Gue tersentak dan spontan bangun ketika mendengar suara adzan subuh berkumandang. Bersamaan dengan itu pula terdengar ketukan dari arah pintu kamar gue.

"Dee, bangun sayang!" Teriak Mama lembut.

Gue memaksakan diri untuk bangun meskipun rasa kantuk dan malas menyerang gue. Gue meregangkan tubuh sejenak sambil menguap lebar-lebar.

Gue bangkit dari tempat tidur untuk membuka pintu kamar.

"Ayo shalat berjamaah," ajak Mama tatkala pintu kamar gue terbuka lebar.

Gue mengangguk pelan kemudian berjalan sempoyongan menuju wc yang terdapat di dalam kamar gue.

Setelah wudhu dan memakai mukena, gue segera bergabung untuk shalat subuh secara berjamaah bersama Mama, kak Ally, dan Cassy. Papa nggak ikut shalat bersama kami karena dia shalat berjamaah di mesjid dan hal itu memang sudah menjadi kewajibannya sekaligus kebiasaanya.

Setelah shalat subuh, gue kembali ke kamar. Sambil berbaring di atas tempat tidur, gue pun mengecek notifikasi yang bermunculan di hp gue. Aneh rasanya jika gue membuka hp dan tidak ada satupun ucapan atau chat spesial. Biasanya setelah shalat subuh Dandi langsung menge-chat gue.

Gue menghela nafas panjang. Dada gue terasa sesak jika mengingat nama Dandi. Rasa sakitnya selalu saja mengekang. Tetapi gue juga nggak punya cara untuk tidak mengingat namanya.

Tangan gue mulai iseng membuka instagram dan men-stalker akunnya. Gue berharap dia galau dan curhat di ig-nya tentang kepergian gue. Tetapi kenyataanya, instastory-nya cuma berisi video rekamannya bermain mobile legends.

Gue tertawa kecil. Sebenarnya gue ini siapa bagi dia yang berharap dispesialkan. Jangan-jangan cuma gue saja yang galau dan merasakan sakit seperti sekarang ini dan dia biasa-biasa aja. Karena menurut fakta yang ada, laki-laki gampang melupakan dan gampang pula mendapatkan sosok pengganti.

Gue meletakkan hp gue di atas nakas sambil melirik jam beker gue dengan jarum jam menunjukkan yang pukul 05.59 Wita. Gue segera bangkit mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Setelah mandi gue pun bersiap-siap dengan menggunakan pakaian ala hijaber yang stylish dan berdandan seperti biasa, natural tetapi kece. Smartphone, iphone, powerbank dan dompet gue satukan di dalam tas mini yang menggantung di bahu gue. Gue segera keluar dari kamar dan menguncinya kembali.

Gue berpamitan kepada Mama dan Papa yang masih sarapan pagi.

"Pagi amat keluarnya Dee, emang mau kemana?" Tanya Papa menatap gue heran.

"Mau nyari udara segar Pa setelah itu mau pergi belanja," jawab gue.

"Kalau mau nyari udara segar, noh di kebun kakek Anjas, kan seger. Tanpa polusi lagi," imbuh Mama terkekeh pelan.

"Emang kamu punya uang?" Tanya Papa menatap gue.

"Punya, tapi kalau mau ditambahin juga nggak apa-apa," kata Gue memamerkan gigi.

"Tapi jangan beli barang sembarangan yah," pesan Papa merogoh sakunya kemudian menyerahkan uang ratusan ribu sebanyak dua lembar.

"Oh, thank you Papa ganteng," ungkap gue senang seraya mengambil uang itu sebelum Papa berubah pikiran.

"Ganteng kalau dikasih uang, kalau nggak dikasih muka papa berubah jadi jelek lagi," sindir mama terkekeh.

"Ih mama, suka bener," ledek gue ikut tertawa.

14 DAYS MEET IN HAGO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang