Bagian 30. Pertemuan Keluarga

894 57 19
                                    

Layaknya matahari, aku hanya ingin menyinarimu sepanjang masa.

🕹🎮🕹

Author POV

Diandra baru saja selesai mandi pagi terlihat ia melangkahkan kakinya keluar dari wc. Rambut hitam dan tebalnya tampak basah, airnya menetes ke lantai karena ia lupa membawa handuk sehingga tidak membungkus rambutnya. Sebelum Diandra bergerak menuju meja rias untuk mengambil hair dryer dan mengeringkan rambut. Tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Diandra segera membuka pintu kamarnya untuk mengetahui gerangan yang mengetuk pintunya.

"Dek, lo dipanggil Papa di lantai bawah." Kata Alliandra saat pintu kamar adiknya terbuka lebar.

"Papa?" Diandra menautkan alisnya.

"Iya. Katanya, Papa mau ngomong sesuatu sama lo." Imbuh Alliandra manggut-manggut.

"Bukan itu kak, tumben Papa nggak pagi-pagi ke rumah sakit? Ambil cuti?" Tanya Diandra heran. Biasanya juga Herman paling rajin kalau masalah bekerja on time bahkan full time.

"Nggak tau tuh. Kakak juga dilarang masuk kerja hari ini, katanya ada pertemuan keluarga dan semuanya harus hadir kecuali Cassy, soalnya dia kan sekolah."

"Aneh." Gumam Diandra tampak berpikir.

"Pokoknya lo turun aja dek soalnya Papa udah menunggu."

"Oke oke, bilang ke Papa, bentar lagi gue turun soalnya mau berpakaian dulu."

"Sip." Alliandra menaikkan jempolnya.

Setelah kepergian Alliandra, Diandra segera bersiap-siap untuk memenuhi mandat Herman, Papanya.

Dengan menggunakan T-shirt putih polos dan celana monyet panjang, rambut yang tergerai panjang dan hitam legam, Diandra segera menemui Herman di lantai bawah.

Ia mendekati Herman yang sedang duduk santai di sofa, depan TV. Padahal jam seperti ini biasanya Herman telah lengkap dengan setelan jas putihnya untuk bergelut dengan pasien di rumah sakit. Tetapi hari ini tumben sekali ia absen bekerja.

Diandra meendaratkan pantatnya di atas sofa lalu mengambil toples yang berisi kue di atas  meja. Ia mengambil isi toples itu lalu memakannya dengan santai.

"Nggak kerja, Pa?"

"Ambil cuti sehari." Jawab Herman.

"Tumben?" Diandra menatap Herman dengan kadar penasaran tinggi.

"Rahasia." Jawab Herman mengedipkan sebelah matanya.

"Ih Papa nggak seru."

"Hehehe. Oh iya Dee, Papa manggil kamu ke sini karena mau ngomong sesuatu." Herman memperbaiki posisi duduknya untuk memulai berbicara serius dengan Dee.

Buru-buru Diandra menelan makanan yang bergerilya di dalam mulutnya lalu menyimpan toplesnya di atas meja, "Mau ngomong apa Pa?"

Herman menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar. Terlihat raut wajahnya menyimpan kegusaran yang mendalam.

"Dee, masih ingat janjimu kan sebelum ke Bengkulu?" Tanya Herman.

Diandra berpikir sebentar sebelum menggangguk mengiyakan pertanyaan dari Herman.

"Kamu akan menyanggupi kan permintaan Papa?"

"Tergantung permintaannya apa Pa. Kalau disuruh manjat pohon kelapa sambil goyang ngebor, Dee angkat tangan." Lawak Diandra yang justru membuat Herman sama sekali tidak tertawa. Sepertinya Diandra melucu di waktu yang tidak tepat. Herman sedang tidak bergairah untuk tertawa. Alhasil Diandra mengatubkan mulut dan berpura-pura mengalihkan perhatiannya untuk menghilangkan rasa salah tingkahnya.

14 DAYS MEET IN HAGO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang