Bagian 35. Bertemu Kembali

946 62 15
                                    

Jika waktu bisa diputar kembali. Aku ingin kembali dan memilih untuk tidak mengenalmu. Karena mengenalmu adalah sebuah luka yang sangat sulit untuk diobati.

🕹🎮🕹

Saat jam makan siang berlangsung. Diandra tengah menyantap semangkuk bakso di kantin kampus. Asap yang mengepul menandakan baksonya masih sangat panas. Namun hal itu tidak membuatnya mengurungkan niat untuk tetap melahapanya.

Entah karena semangat ataukah lapar, tidak cukup satu menit bakso Diandra hampir ludes. Tinggal satu butir bakso lagi akan masuk ke dalam mulutnya, tiba-tiba iphonennya berbunyi sehingga Diandra meletakkan kembali baksonya ke dalam mangkok. Diandra segera merogoh iphonennya di dalam tas.

"Halo assalamualaikum kak."

"Waalaikumsalam dek. Kamu ada dimana?"

"Lagi di kampus nih kak."

"Bisa nggak hari ini kamu absen dulu. Kakak mau ditemenin ke bandara, soalnya Papanya Lion lagi penerbangan pulang dari Bengkulu."

"Oke kak. Kita ketemu dimana?"

"Kita ketemu di bandara aja."

"Jam berapa nih kita ketemu di bandara kak?"

"Kira-kira jam dua. Kamu makan dan shalat dzuhur dulu karena kakak masih ada di jalan menuju ke Makassar."

"Sip lah kak. Hati-hati yah."

Tut tut tut.

Diandra segera mengunyah satu-satunya bakso yang ada di mangkuknya sebelum pergi. Sayang kalau nggak dimakan. Mubadzir katanya. Setelah itu Diandra bergegas ke mesjid kampus untuk melaksanakan shalat dzuhur.

Usai menunaikan shalat dzuhur Diandra mempercepat langkah kakinya menuju parkiran. Sesampai disana, ia segera mencari motor scoopy-nya diantara puluhan ribu motor lainnya.

Setelah menemukan motornya, Diandra mencari kunci motornya di dalam tas. Sebelum Diandra memasukkan kunci tersebut ke secure key shutter tiba-tiba sebuah tangan mencekal lengannya.

"Bu, mau kemana?" Tanya Bagas yang entah sejak kapan berdiri di samping Diandra.

Diandra memutar tubuhnya, memandang Bagas yang kini menebarkan senyuman manisnya. Manis tapi sayang berondong, pikir Diandra.

"Mau ke bandara." Jawab Diandra lirih.

"Mau ngapain ke bandara Bu?" tanya Bagas menatap Diandra penasaran.

"Mau jemput kakak ipar."

"Oh, aku ikut yah, Bu?" Bagas memasang tampang memelas.

"Heh, kamu nggak kuliah?" Diandra memelototi Bagas.

"Udah berakhir Bu saat jam 12 tadi. Bagas boleh ikut yah Bu?" Bagas memamerkan giginya.

Diandra menghela nafas. "Ibu naik motor, kalau ada yang liat kita boncengan kan gawat. Entar ada fitnah lagi." Kata Diandra berusaha mengelak.

"Bu, kita pakai mobil aja. Aku bawa mobil kok hari ini. Lagian siang-siang gini pasti macet parah, pasti di jalan bakalan lama, kan sayang kalau kulit ibu dibiarin kelamaan kena sinar matahari. Entar jadi eksotis." Cecar Bagas memainkan kedua alisnya.

Diandra berpikir sebentar. Benar juga kata Bagas. Lagipula ia juga malas mengendarai motor disaat matahari sedang terik ditambah macet. Sebaiknya dia menerima saja tawaran Bagas. Tidak ada salahnya bukan.

"Baiklah, kita pakai mobil kamu." Putus Diandra.

"Yes," sorak Bagas kegirangan kemudian segera membuka pintu mobil untuk Diandra lalu ikut menyusul masuk.

14 DAYS MEET IN HAGO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang