Bagian 20 - Mama yang Baik

1.1K 77 47
                                    

Kucoba untuk lebih dekat dengannmu untuk hancurkan dinding pertahanan hatimu.

🕹🎮🕹

Author POV

"Sayang, koper besar yang ada di teras itu milik siap—"

Baik Diandra maupun Dandi kini sama-sama menilik ke arah pintu utama. Dandi terlihat melepaskan pelukannya dari Diandra dengan wajah terkejut.

Seorang wanita paruh baya dengan penampilan glamour yang baru saja masuk itu serta-merta mendekat ke arah mereka. Ia memicingkan mata ke arah Dandi. Ekspresinya yang tadi terlihat terkejut kini berganti menjadi cerah ceria.

"Dan, siapa dia?" Tanya Marisa, Mama Dandi.

Dandi mengusap tengkuknya dan menunjukkan ekspresi malu-malu. Dia tidak tahu menjawab apa dengan pertanyaan Marisa.

"Pacarmu?" Tanya Marisa lagi menaikkan sebelah alisnya.

Dandi masih diam sedangkan Diandra terlihat gelisah.

"Mama suka dia," kata Marisa mengedipkan sebelah matanya ke arah Dandi.

"What?" Ungkap Dandi Refleks.

Baru kali ini Marisa menyukai cewek yang dekat dengan Dandi. Biasanya juga Marisa menolak mentah-mentah karena tidak ada satupun cewek yang masuk kriterianya sebagai calon menantu. Mencari pasangan untuk anak laki-laki satu-satunya tidaklah mudah. Marisa tidak ingin Dandi hanya dipermainkan kemudian ditinggalkan. Dia tidak ingin pula kejadian serupa oleh Kakak perempuan Dandi satu-satunya menimpa adiknya. Marisa tidak ingin hanya karena harta mereka mencintai keluarganya.

Entah mengapa pula saat Marisa melihat Diandra tadi, justru dia merasakan aura kepantasan Diandra untuk bergabung di dalam clan keluarganya. Satu hal yang pertama dia nilai pantas dari Diandra karena Dia cantik dan memakai hijab. Aura Diandra juga terlihat tulus dan penyayang terhadap oranglain.

"Dan, nemu dimana?" Tanya Marisa setengah bercanda.

Dandi nge-flat, "Nemu di empang, Ma." imbuhnya.

Diandra menatap sebal ke arah Dandi. Bisa-bisanya dia ngomong menyebalkan seperti itu. Dia bukan ikan ataupun duyung yang bisa ditemukan di empang.

"Sini, ikut duduk sama Mama," ajak Marisa menuntun Diandra untuk duduk kembali di sofa.

Diandra menuruti kemauan Marisa. Mereka duduk bersebelahan dalam satu sofa. Begitupula Dandi, mau tidak mau ia juga kembali duduk di tempatnya tadi.

"Nama kamu siapa, sayang?" Tanya Marisa lembut.

"Diandra tante, tapi biasanya dipanggil Dee," jawab Diandra lancar.

"Kamu pacarnya Dandi, yah?" Tanya Marisa lagi.

"Bukan, tante. Aku cuma temennya," jawab Diandra menggeleng kecil.

Dandi menghela nafas mendengar jawaban Diandra. Meskipun kenyataanya memang benar mereka teman, tapi setidaknya harus memiliki embel-embel. Apakah itu teman dekat, teman tapi mesra ataukah teman rasa pacar. Bukan teman namanya jika selama ini mereka melewati hubungan kedekatan yang melebihi perlakuan teman.

"Temen? tapi tadi kok pelukan?" Tanya Marisa menatap Diandra dan Dandi secara bergantian.

Tidak ada satupun yang menyahut, suasana pun menjadi hening.

"Tan?" Panggil Diandra memberanikan diri.

"Iya sayang," sahut Marisa menatap Diandra lembut.

"Boleh Diandra ngomong sesuatu?" Pinta Diandra ragu.

14 DAYS MEET IN HAGO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang