Bab 20. Diva: Because Of You

437 36 3
                                    

I will not make the sama mistakes
That you did
I will not let my self
Cause my heart so muchmisery
I will not break the way you did
You fell so hard
I've learned the hard way
To never let it get that far

Because of you
I never stary too far
From the sidewalk
Because of you
I learned to play on the safe side
So I don't get hurt

Because of you
I find it hard to trust
Not only me
But everyone around me
Because of you
I am afraid

I lose my way
And it's not too long before
You point it out
I cannot cry
Because I know that's weakness
In your eyes
I''m forced to fake
A smile, a laugh everyday
Of my life
My heart can't possibly break
When it wasn't even whole
To start with

I wathced you die
I heard you cry every night
In your sleep
I was so young
You should have known better
Than to lean on me

You never thought of anyone else
You just saw your pain
And now I cry, in the middle
Of the night
For the same damn thing

Because of you
I try my hardest just
To forget everything
Because of you
I don't know how to let anyone else in
Because of you
I'm ashamed of my life
Because it's empty

Because of you
I am afraid
Because of you
Because of you

Aku merutuki diri karena berani membuka hati dan diri bahkan untuk pria yang belum kukenal baik.

Air mata terus mengalir mengiringi setiap jengkal kenangan manis yang pernah kulalui bersama pria itu. Pria yang bahkan layak disebut Pangeran karena hidupnya yang memang serba berkecukupan dengan keluarga lengkap, karena dia pernah bercerita bahwa ayahnya adalah seorang yang sangat penyayang. Hal yang sangat jauh berbeda denga hidupku yang memang sudah hancur sejak lama, sangat lama, bahkan sebelum aku mengerti apa arti sebuah kehidupan.


Papa menghancurkan kebahagiaan kami, orang pertama yang akan memelukku saat aku menangis setelah Mama, orang pertama yang akan menangis saat aku bersedih setelah Mama, dan orang pertama yang akan marah saat siapa pun menggangguku. Papa adalah idola, sebelum kehadiran orang lain yang nggak menyukai kebahagiaan keluarga kecil kami. Wanita yang bahkan adalah sahabat Mama sendiri tega merebut Papa dari kami. Aku yang masih sangat belia bahkan belum begitu paham tentang semua kejadian pahit itu.

Yang aku tahu, Papa yang penyayang berubah menjadi monster paling menakutkan. Nggak ada lagi pelukan saat aku menangis, nggak ada lagi air matanya saat aku bersedih, apalagi melindungiku dari semua mulut atau tangan jahat di luar sana yang berusaha menyakiti. Kasih sayangnya padaku lenyap begitu saja.


Hari-hari ceriaku berubah menjadi kelabu, bahkan gelap, terlebih saat mendapati Mama mengalami hal yang aku sendiri kurang paham apa yang dirasakannya. Beliau yang selalu tersenyum manis dan berkata lembut, hanya akan menangis dan berteriak sepanjang hari, bahkan tengah malam. Aku yang ketakutan sering kali bersembunyi di dalam kamar mandi sambil memeluk kedua lutut, berharap ada sedikit kehangatan yang kudapat.


Hingga hari itu tiba, Mama dibawa dengan mobil berwarna putih dalam keadaan yang sangat menyedihkan.


Aku meraung, menangis, bertanya pada Tuhan kenapa semua ini harus terjadi. Lirik demi lirik mengalir dan semakin menenggelamkanku pada masa kelam, hingga sebuah pelukan hangat membutku sadar, ada seseorang yang memang benar-benar ada untukku. Tante Ayu berusaha tersenyum, meski aku melihat ada kaca di kedua matanya.

Wanita itu hadir untuk kedua ketiga kaliny, pertama saat Mama dijemput hari itu, kedua saat hidupku hampir hancur karena laki-laki brengsek bernama Alex, dan kali ini dia hadir lagi di saat hatiku kembali hancur karena orang yang berbeda. "Menangislah, Sayang. Tente akan selalu ada buat Diva dan Al!" Tante Ayu berbisik di telinga yang membuat isakanki semakin menjadi.

Tante Ayu hidup dengan menjauhkan diri dari laki-laki yang kuyakin ini semua karena ulah Papa. Papa yang berbuat jahat pada wanita, dan adik perempuan satu-satunya yang menjadi korban, dan mungkin saja apa yang terjadi padaku juga karena kesalahan Papa di masa lalu. Aku lelah, ingin rasanya keluar dari lingkaran derita yang seolah sudah mendarah daging dan menyatu dalam detak kehidupanku. Aku hanya ingin bahagia. Itu saja.


"Aku ingin sendiri dulu, Tante," desahku.


Tante Ayu melepas pelukan dan tersenyum sambil menyeka bekas air mata di pipiku. Merapikan rambut, lalu mengecup dahiku sebelum melangkah pergi menuju pintu dan menghilang di baliknya. Aku yang masih dihinggapi rasa sakit bangkit mencari sesuatu.

'Diva, maaf aku belum cerita tentang profesi yang memang kusembunyikan. Aku menutupi karena Mama memang nggak menginginkanku jadi penulis. Aku nggak mau membuat Mama marah. Aku sayang Mama. Tolong kamu mengerti, dan kita cari jalan untuk mendapatkan restu Mama sama-sama, ya!'

Sebuah pesan panjang dari Nick yang bahkan hanya membuat nyeri si hatiku bertambah. "Mungkin harus aku lakukan ini biar tahu rasanya sakit itu seperti apa!" gumamku sambil mengetik sebuah pesan kepada seseorang. Setelah itu aku menyadari ada beberapa pesan di messenger dan isinya sedikit membuat hati ini bergetar dan sesak dalam waktu bersamaan. Entah apa yang akan terjadi besok, aku lelah.


Biar Tuhan yang menjawab semuanya, Nick! Sungguh aku nggak sanggup berpikir jernih saat ini. Rasa sakit yang teramat bahkan memaksaku untuk memilih pergi dari semuanya. Aku lelah!


***

Up tengah malam.

Bagaimana bab ini?

Kritik saran masih boleh dikomen, ya!

Salam,

Nofi

Tangsel, 20 Agustus 2018

Blue Love #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang