Mata gue mengerjap untuk beradaptasi, tapi ketukan di pintu makin kencang dengan suara teriakan Mama. "Nick, cepat keluar! Mama nggak ngerti ada apa di luar! Nick!" Gue dengan malas turun dari tempat tidur, masih mengenakan boxer dan kaus tipis warna putih.
Gue buka pintu dan mendapati Mama dengan wajah sedikit panik. "Ada apa, sih, Ma?"
"Itu, banyak wartawan cari kamu. Cepat turun, beresin!" Mama melengos dan begitu saja menuruni tangga meninggalkan penasaran tingkat tinggi, "wartawan?"
Gue menyempatkan gosok gigi dan cuci muka. Dengan sedikit muka tembok, gue semprot parfum di bagian atas tubuh. Ya, biar belum mandi, tapi wangi itu wajib.
Gue berlari menuruni tangga dengan penampilan setengah sempurna. Gosok gigi, cuci muka, basahin rambut, ganti baju semua check list cuma minus belum mandi. "Ada apa ini?"
Mereka berkerumun layaknya semut yang mengendus adanya gula, iya, kayak gitu. "Halo, Nick! Kami dengar kabar kalau Nick adalah si pemilik nama pena Elang Timur, yang buku pertamanya laris dan sekarang masuk ke cetakan ke-tiga?"
Kaget. Dari mana mereka tahu?
"No coment!"
Gue yang kaget dengan kedatangan mereka ditambah dengan pertanyaan yang sama sekali nggak terduga memilih kabur dan mengunci rapat pintu depan.
"Ada apa sebenarnya?" selidik Mama dengan sorot tajam.
"Ma, Nick nggak tahu mesti mulai dari mana, tapi yang jelas Nick minta maaf," ucap gue.
"Apa benar yang mereka bilang?"
Gue berpikir sejenak. Gue nggak mau Mama semakin marah. Otak gue mencoba merangkai kalimat sebagai jawaban, tapi gagal terlontar. Mama sudah begitu marah karena Diva dan masalah ini hanya akan membuatnya semakin kecewa sama gue.
"Iya, Ma...."
Sangat jelas terlihat amarah berkobar di mata beliau. Gue yakin, semua usaha gue akan sia-sia, usaha untuk mendapat restu dengan Diva, ataupun usaha gue dalam mewujudkan cita-cita menjadi seorang penulis. Tadinya gue berpikir biarlah dunia nggak mengenal wajah gue yang penting tulisan gue dikenal dunia.
Mama berlalu ke kamarnya, hal yang selalu akan dilakukan saat marah.
***
Terungkap, Inilah Wajah Pemilik Nama Pena Elang Timur yang Buku Perdananya Sudah Masuk Cetakan Ke-tiga
Menggunakan Nama Elang Timur, Inilah Wajah Bule di Baliknya
Elang Timur, Novelis Baru yang Bukunya Laris Ternyata Bule?
Itu hanya beberapa contoh judul di portal berita online hari ini. Otak gue buntu, sama sekali belum menemukan solusi terbaik untuk masalah ini. Saat gue masih termenung memandangi layar komputer di kamar, tiba-tiba ponsel berdering.
"Halo, Dhi!" sapa gue lemah.
"Heh, itu apa-apaan ada berita seperti itu?" cecar Adhi langsung.
"Gue nggak tahu, Dhi. Padahal cuma kita berdua yang tahu rahasia ini." Gue menarik napas, lalu mengembuskannya kencang sambil menjambak rambut dengan frustrasi.
"Jadi maksudmu, aku yang bocorin?"
"Nggak gitu, tapi ... gue nggak habis pikir, siapa yang tahu tentang ini selain kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Love #ODOCTheWWG
RomantizmSaat seorang wanita bisa menolak gue, di situ aura ketampanan gue serasa lenyap bagai asap. Yaelah, tapi itu nyata. Wanita itu beda, dia malah terlihat ketakutan setiap gue berusaha mendekat. Entah di mana letak salahnya, yang jelas gue penasaran. L...