Kamu tau, aku selalu minta sama tuhan supaya tuhan ambil nyawa aku satu hari sebelum tuhan ambil nyawa kamu. Supaya apa? Supaya kamu tau rasanya kehilangan!
___
Disambarnya slim bag hitam bermotif kumis kucing lalu diselempangkan ke pundaknya dan segera berjalan keluar untuk menghampiri si pemilik mobil yang sudah menunggu sedari tadi.
"Lama ya" ucapnya
Pria itu menggeleng "enggak"
Ia tersenyum dan segera membuka pintu mobil dan duduk di samping pengemudi.
Devano, sang pengemudi memutar sebuah lagu yang cukup menghibur suasana di pagi ini.
Bibir Steffe kumat kamit mengikuti lirik lagu yang terputar. Keduanya kelihatan sangat bahagia sekali pagi ini.
"Steef?"
"Heemm" Steffe menoleh
Devano tersenyum "jangan pernah ninggalin aku ya" ucapnya
Steffe tersenyum lebar dan sedikit mengangguk. Devano mengusap puncuk kepala Steffe pelan.
"Kalo misalnya nanti kita ada masalah jangan pernah pergi, kita selesaian baik baik ya" Steffe bingung dengan perkataan Devano yang semakin tidak jelas.
"Kamu ngomong apa si sayang" Steffe meletakan kepalanya di bidang dada Devano.
"Aku sayang kamu" Devano memeluknya sambil menyetir.
"Aku juga"
***
"Baal mau kemana si"
Iqbaal menarik tangan Salsha untuk pergi ke suatu tempat.
"Ikut aja dulu"
"Ya mau kemana?"
"Gini ya, ini kan negri orang jarang jarang juga kan lo kesini makanya gua kau ngajak lo foto. Disana pemandangannya bagus beda banget sama indonesia." Jelas Iqbaal.
Salsha hanya menuruti permintaan Iqbaal.
"Eh tunggu deh"
"Ada apa?"
"Gue ke toilet dulu ya bentar lo tunggu disini dan jangan kemana mana"
"Iya iya tapi cepetan!"
"Selow" Iqbaal perlahan pergi meninggalkan Salsha.
Tak lama kemudian seseorang menepuk pundak Salsha.
"Udah?" Salsha terkejut ketika ia menoleh, ia kira itu adalah Iqbaal ternyata bukan.
"Heii"
"Ngapain kamu kesini"
"Aku mau ketemu kamu"
"Iqbaal yang ngasih tau?"
"Malah Iqbaal yang ngerencanain ini semua supaya kita bisa ketemu"
Salsha tak menggubris melainkan pergi meninggalkan Aldi.
"Sha, sha!" Aldi menarik tangan Salsha
"Aku mau ngejelasin semuanya"
"Gak perlu!" Salsha kembali pergi
Kali ini Aldi tidak menahan tapi dia hanya memanggilnya dan Salsha berhenti.
"Orang bilang hubungan itu bisa hancur bukan karna orang ketiga, tapi karna runtuhnya sebuah kepercayaan, kamu mau kita kaya gitu?" Ujar Aldi
Aldi melangkah sedikit mendekati Salsha "kamu inget gak sekarang hari apa?" Salsha tertunduk tak berani menatap Aldi "sekarang ini tanggal jadian kita"
"Harusnya kita rayain, tapi kenapa kamu malah marah marah kaya gini? Kamu tau, selama ini aku nyariin kamu, aku mikirin kamu, Aku khawatir sama kamu. Kalo Kamu gak pergi dulu mungkin aku akan nolak perjodohan ini aku akan bilang kalau aku udah punya pacar. Sha, Aku sayang sama kamu aku gak mungkin macem macem. Apa kamu gak bisa percaya sama aku setelah lama kita menjalin hubungan?" Salsha mulai meneteskan air matanya
"Aku cuma mau kamu percaya sama aku" ucap Aldi sangat lirih matanya berkaca kaca.
"Sesuatu yang kita gak liat itu belum tentu gak ada. Cinta gak ada artinya tanpa sebuah kepercayan" ujar Salsha
"Kamu gak percaya sama aku?"
"Gimana aku mau percaya sama kamu"
"Satu satunya orang yang meragukan sebuah arti kepercayaan itu kamu"
"Aku? Selama ini aku selalu percaya sama kamu, dari dulu aku gak pernah marah sama kamu karna kamu yang selalu buat aku yakin kalo kamu bener bener sayang sama aku, tapi nyatanya apa? Semuanya gak sama kaya apa yang kamu bilang"
"Sha, Aku..
"Aku tau, sulit rasanya melupakan kita yang dulu. yang tersulit itu bukan mengucapkan selamat tinggal tapi untuk membiasakan diri disaat aku melewati tempat yang dulu pernah ada, pernah ada aku dan kamu, jejak kamu tertinggal, tertinggal pada tempat yang dulu pernah kita singgahi. Aku udah sebut semuanya itu Masa lalu." Air bening itu mulai meluncur di pipi Salsha
"Setidaknya kamu pernah membuatku merasa nyaman pernah membuat jatuh cinta dan pernah membuatku merasa bahagia. Kamu ingat kamu pernah janjii gak akan ninggalin aku tapi apa? Itu semua basi kaya makanan yang udah kamu diemin berhari hari. kamu ninggalin aku. Senang? Kamu bilang tidak akan pernah ada kata pisah. Tapi aku lelah, lelah berharap pada kata kata yang pada akhirnya tidak seperti yang kamu bilang. Seperti malam itu, rasa sakit itu tidak akan pernah kamu ketahui rasanya kehilangan, rasanya kehilangan orang yang selalu membuatku tersenyum tapi apa sekarang kamu selalu membuatku menangis. Aku ingin tertawa bahagia, tapi kamu tau sampai detik ini pun aku belum bisa menemukan hari dimana aku bisa tertawa lepas bahagia seperti bersamamu. Ingat caffe itu? Tempat dimana kita pertama kali ketemu, tempat dimana kamu duduk disampingku, tempat dimana kamu membuat aku bahagia untuk yang pertama kalinya. tapi sekarang aku duduk disini menatap kekosongan, menatap kesepian, kehilangan kamu yang dulu pernah ada disampingku yang selalu membuat aku tertawa bahagia. Sekarang bantu aku untuk melepaskannmu."
"Sha..
Aldi serentak memeluk Salsha. Salsha menangis dalam pelukan aldi, Aldi mengusap puncuk kepala Salsha pelan lalu menciumnya."Maafin aku sha"
"Aku selalu berusaha buat lupain kamu tapi gak bisa"
"Gak perlu, kamu gak perlu lupain aku. Karna aku disini buat kamu"
Air mata Salsha terus mengalir membasahi baju Aldi. Aldi melepas pelukannya dan mengusap air mata Salsha
"Maaf ya bikin kamu nangis"
"Aku yang minta maaf di" Salsha kembali memeluk Aldi
"Maafin aku, udah bikin kamu khawatir, udah bikin kamu nyariin aku, aku minta maaf, hiks"
"Aku yang salah"
"Aku di aku yang salah aku di"
"Enggak sal" Aldi memeluk Salsha dengan hangat
"Sekarang kita pulang ya"
Salsha mengusap air matanya dan mengangguk.
***
Seehh gak nyambung wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
promise❌idr
Fanfictionkisah cinta Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan dengan (namakamu).