4 | Hari Yang Semakin Sial

1.7K 113 0
                                    

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

******

********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

********

Alana berjalan di koridor sekolah dengan earphone yang menyumbat kedua telinganya. Hari Rabu. Dimana Hari Minggu masih terasa sangat jauh bagi Alana. Ia berjalan terus hingga terhenti begitu melihat Alzetta yang tengah menghalang jalannya.

"Minggir ga?" Alana menatap tajam Alzetta seolah berharap cowok itu tau maksudnya apa.

"Ga, sebelum lo jawab pertanyaan gue." Balas Alzetta menantang.

"Bisa tidak lo ga ada di kehidupan gue? Gue capek mesti ketemu lo —bahkan tiap hari. Apa lo ga malu terus godain cewek yang sama sekali tidak tertarik sama lo?" Tanya Alana yang membuat hati Alzetta memohok. Itu pertanyaan apa cabe? Pedas bat.

Tapi itu tidak membuat Alzetta bergeming. Kini wajah cowok itu semakin menantang Alana. "Yang goda lo? Siapa bilang?" Tanya Alzetta balik.

"Gue. Kenapa? Ada masalah?" Jawab Alana ketus dan berjalan meninggalkan Alzetta.

Alana membuka pintu kelasnya dengan keras yang membuat sorotan mata tertuju padanya.
"APA LO SEMUA LIHAT-LIHAT GUE?! GUE PUNYA HUTANG SAMA KALIAN SEMUA?!" Teriak Alana yang sudah risih akan teman-temannya. Ia berjalan di bangkunya dan menenggelamkan wajahnya di lekukan sikunya.

"Kenapa sih Lan? Ada masalah?" Kini Kiana membuka suara. Tumben sekali Alana pagi-pagi begini sudah seperti amukan harimau betina.

"Diem ga?" Pertanyaan itu sukses membuat Kiana terdiam. Bukan nada biasa yang dikeluarkan Alana. Melainkan nada kematian bagi Kiana jika melanjutkan pertanyaan keponya.

•   •   •

Alana memakan baksonya dengan wajah yang sepertinya tidak selera sama sekali.

"Ada apasih Lan? Ga mau cerita gitu?" Alana menatap Kiana yang sudah menatapnya dengan wajah penasarannya.

Kiana memejamkan matanya sesaat kemudian menggeleng. "Gapapa."

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang