39 | Akhir Dari Semuanya [X-tra]

1.2K 51 2
                                    

****************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****************

Author POV

Hari berjalan seperti biasa.

Yang telah pergi akan selalu di kenang, dan yang merasa bersalah sudah menjalani hari-harinya seperti biasa.

Jason berjalan melewati beberapa makam dengan sebucket bunga yang— memang bunga itu salah satu bunga favorite adiknya.

Tiba di makam Alana, dia berlutut sambil menatap batu nisan yang terdapat nama adiknya. Air mata jatuh begitu saja tiba mengingat kejadian itu.

"G-gue menyesal ga bisa selamatin lo Al, dan sekarang gue kesepian." Lirih Jason.

Apa yang bisa dia dapatkan setelah menangis di hadapan makam Alana? Tidak ada.

"G-gue kangen lo, g-gue kangen kita bisa ngabisin waktu sama-sama, gue kangen ma-manja lo sama gue Al, gue kangen semuanya." Ujarnya lagi yang kali ini sangatlah terluka baginya.

"Kenapa secepat ini lo tinggalin gue?"

Sekarang hanyalah rasa penyesalan yang bisa di rasakan semua orang terdekat Alana. Tidak ada lagi ucapan ketus yang dikeluarkannya dan tidak ada lagi kebahagiaan yang dia bawa dikeluarga Charles.

• • •

"Gue pengen ke makam Alana."

Alma menoleh dan mendapati Alzetta yang tengah berdiri dibelakangnya. Alma berjalan mendekat kemudian memegang pundak Alzetta sambil tersenyum hangat.

"Aku bakal temani. Kan udah janji bakal ada disetiap hari-hari kamu." Jawabnya.

Alzetta menghela nafas dan mengangguk setuju. Sebelum pergi ke makam, mereka terlebih dulu membeli beberapa bunga.

Alzetta berjalan pelan dengan nafas yang sesak. Ia tidak kuat jika dirinya harus melihat tempat peristirahatan terakhir mantan pacarannya itu. Semua kenangan mulai memenuhi pikiran Alzetta.

Dengan pelan ia menunduk dan menyimpan bunga yang ia bawa.

"Hay, aku datang nih. Kamu apa kabar disana?" Tanya Alzetta pelan sambil tersenyum kecut menatap batu nisan Alana.

"Come on Lan."

"Kenapa? Waktunya tinggal dikit lagi kok. Gue bilang kan tinggal bersabar aja."

"Gue takut."

"Hah? Maksudnya?"

"Gue takut kehilangan lo."

"Pfttt Lebay! Santai gue ga kemana-mana kok."

"Udah janji, ga boleh ingkari."

"Iya, gue kan emang selalu ada karna lo kenang setiap saat hehe."

Air mata sudah membasahi pipi Alzetta. Ia mengusapnya dengan kasar. Merasa benci dengan dirinya karna telah menyianyiakan waktu menyelamatkan Alana.

Kalau saja dia tidak terima pertunangan itu, Alana pasti masih ada disini. Masih menjalani hari-harinya bersama Alzetta.

Alma memegang bahu Alzetta.
"Jangan sedih, m-maafin aku. K-karna aku, Alana meninggal. Dan s-semua orang ga terima d-dengan kepergiannya. Maaf," ucapnya dengan suara yang pelan.

Alzetta tidak menjawab. Ia terus memandang batu nisan yang tertulis Edlyna Eleanor dengan air mata yang masih mengalir begitu saja.

Tersisa penyesalan yang mereka dapat.

• • •

Vano menatap Riko yang hanya sedaritadi duduk terdiam di kamarnya.

"Rik. Keluar yuk, kita ke makam Alana." Ajak Vano yang sudah berdiri di hadapan Riko.

"Pergi saja. Gue ga ikut." Jawab Riko dingin.

Vano menghela nafas kemudian menepuk pundak Riko pelan.
"Semoga lo cepat berubah ya. Maafkan Alana juga karna sudah berbohong sama kita semua. Sekarang bukanya lo sudah tahu apa yang lo penasarankan dulu?" Vano berjalan keluar kamar meninggalkan Riko yang masih termenung.

Bukan tidak mau melihat tempat peristirahatan terakhir Alana. Tapi ada banyak rasa penyesalan terhadap cewek itu.

Riko menetup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Suara isakan tangis terdengar pelan.

•   •   •

Renggo mengelus bahu Luna yang sedaritadi terisak.
"Tenang mom, kalau mom gini terus yang ada Alana bakal sedih disana." Ujarnya.

Luna menggeleng.
"Tidak sayang, mom masih ga percaya kalau Alana bakal pergi secepat ini. Gadis kecil mom yang sangat mom sayangi telah tinggalkan kita semua." Lirihnya.

Tracy terdiam dan sesekali mengusap airmatanya yang jatuh begitu saja. Kenapa semuanya terjadi begitu cepat. "Mom y-yang sabar ya, mungkin Tuhan lebih sayang Alana. Dan dia pasti sudah bahagia disana." Ujarnya.

Charles yang sedaritadi duduk terdiam menatap batu nisan Alana, seketika berdiri.
"Ayo kita pulang." Ujarnya yang diberi anggukan Renggo dan Tracy.

"Tidak sayang, mom belum mau pulang. Mom masih mau disini, temani Alana. Dia pasti kesepian disana." Mohon Luna.

Renggo menghela nafas.
"Sudah mom, tenanglah. Alana disana sudah bahagia. Jangan bersedih terus. Ayo pulang," ujarnya.

Luna mengangguk pelan dan berjalan keluar dari area pemakaman.

Kami semua merindukanmu, Alana.

"Ketauhilah bahwa move on bukan berarti memaksa untuk melupakan. Tapi gue mencoba untuk merelakan. Karna yang pergi selamanya, tak akan pernah kembali lagi."

—Alzetta Denmuazzar

🥀
H o p e

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang