5. Kembali

2.6K 175 84
                                    

Setelah pingsan cukup lama hingga sampai beberapa hari, akhirnya ia tersadar dengan kepala yang telah dibalut kain seadanya akibat luka benturan yang sepertinya akibat membentur bebatuan di sungai. Beberapa bagian lain dari tubuhnya pun mengalami kondisi yang sama. Luka di punggung, tangan dan beberapa luka di bagian lainnya sudah terbalut kain yang sama, sama-sama seadanya.

"Rupanya kamu sudah sadar?" Seseorang masuk ke ruangan tempat ia dirawat. Ruangan yang juga seadanya walaupun dindingnya terbuat dari tembok yang terlihat masih kokoh, namun dinding itu tampak telah berlumut dibeberapa bagian.

"Saya dimana, pak? Kenapa saya disini?" Ia langsung memberondong banyak pertanyaan pada orang yang masuk ke ruangan di mana ia dirawat. Wajahnya terlihat kebingungan. Ia tak mengingat apa yang telah terjadi sehingga ia seperti itu.

"Tenang, kamu ada di rumah saya, saya menemukan kamu di sungai, saya kira kamu sudah meninggal, tapi ajaibnya, kamu masih hidup, walaupun dengan kondisi yang bisa kamu lihat sekarang ini." bapak itu bercerita tentang bagaimana ia menemukannya dengan kondisi yang mengenaskan hingga akhirnya pertanyaan yang keluar dari mulut bapak itu membuatnya tersentak.

"Nama kamu siapa, nak?"

"Nama? Namaku? Siapa namaku? Kenapa aku tak ingat dengan namaku sendiri? Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tak mengingat apapun?" Ia merasa kebingungan dengan semua yang telah hilang dari ingatannya.

"Tenang nak, jangan memaksakan diri." Melihat orang yang telah diselamatkan nya panik dan mulai merasakan sakit di kepala akibat berusaha mengingat tentang siapa dirinya, bapak itu membaringkannya lagi ke tempat tidur.

"Sekarang lebih baik kamu istirahat saja dulu, setelah pulih nanti baru kamu bisa pergi untuk mencari tahu siapa kamu sebenarnya." Setelah itu, bapak penolong itu pergi keluar meninggalkan ia sendiri dikamarnya dengan sepiring makanan yang berada di atas meja di samping tempat tidurnya yang dibawakan oleh bapak tersebut.

Ia terdiam, merenung dan berusaha mengingat semuanya, namun rasa sakit dikepalanya membuatnya harus menghentikan kembali usahanya itu.

Ia memperhatikan luka pada tangannya yang telah mengering. Dibukanya sedikit kain yang membalut lukanya itu.

"Sudah kering." Ia masih memperhatiknnya, ada bercak hitam pada bagian tepat di atas luka yang tertutup kain tersebut.

"Kain ini kotor, tapi, aku beruntung masih bisa selamat." ia tersenyum sendiri, namun tak memiliki arti dari senyumannya. Semua terasa hampa, ia tak terbiasa dengan senyumnya saat ini. Ia merasa tak mengenali dirinya sendiri

Setelah satu bulan lamanya ia dirawat oleh orang yang menyelamatkannya, ia memutuskan untuk pergi dan mencari jati dirinya yang kini telah hilang bersama dengan ingatannya.

"Pak, terimakasih buat semuanya, maaf saya belum bisa membalas kebaikan bapak, tapi suatu saat nanti saya akan kembali."

"Kamu jangan memikirkan itu, yang penting sekarang kamu harus fokus dengan kesembuhan kamu sendiri." Ucapan orang itu menambah rasa sungkan dalam hatinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri, suatu saat dia akan membalas kebaikan yang telah ia terima.

Setelah berpamitan, ia memutuskan untuk pergi ke ibukota. Ia berpikir bahwa dari sanalah ia berasal, walaupun itu sesuatu yang tak pasti, namun instingnya mengatakan seperti itu. Dari tempatnya pergi, ia membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk sampai ke ibukota.

"Hutan macam apa ini, jalanan dipenuhi kabut pekat." Dari dalam bus yang akan membawanya ke ibukota, ia tak bisa berhenti memperhatikan samping kiri dan kanan jalan yang semuanya berdiri berjejer pohon-pohon besar menjulang tinggi, menghalangi sinar mentari.

"Mas, mau kemana?" Seorang penumpang yang duduk bersebelahan dengannya mulai menyapa, berusaha mencairkan suasana hening yang sejak tadi tercipta. Melihat ia yang dari tadi melamun dengan serius memperhatikan hutan yang di lewati bus itu.

"Oh, saya mau ke kota pak."

"Kamu baru melewati hutan ini, ya?" Tanya penumpang itu lagi, yang sepertinya bisa membaca apa yang ada dalam pikirannya saat ini.

"Mmmhhh, iya pak, kok bapak bisa tahu?" Penumpang itu pun tersenyum mendengar pertanyaan seperti itu.

"Jangan heran, hutan ini akan selalu seperti ini, kalau kamu jalan di sana sendirian, dijamin kamu akan tersesat." Penumpang itu tak menjawab pertanyaan darinya, namun pernyataannya justru membuat rasa penasarannya semakin bertambah.

"Maksud bapak?"

"Ya, hutan ini terkenal dengan kabut yang sangat pekat, bahkan bisa menjatuhkan sebuah pesawat yang nekat melintas di atas area hutan, seperti kejadian sekitar sebulan yang lalu." Penjelasan penumpang itu semakin membuatnya penasaran.

"Pesawat? Jatuh di hutan ini?" ia mencoba meyakinkan dengan sebuah pertanyaan yang berintonasi penekanan dari setiap kata.

"Ya, semua penumpangnya hampir tewas, yang selamat hanya ada lima orang saja, itupun mereka harus diselamatkan oleh kurang lebih sekitar tiga ratusan orang dari tim SAR, Relawan serta para prajurit TNI.
Aneh, mendengar tentang kejadian itu, sebuah bayangan tiba-tiba muncul di kepalanya, dan ia merasa bahwa ia pernah tahu tentang kejadian itu.

"Ohbl ya, kita belum kenalan, nama saya Samir." Penumpang itu mengulurkan tangannnya.

Sempat terlintas kebingungan dalam benaknya tentang sebuah nama apa yang akan dia gunakan sebagai identitas barunya saat ini, namun keraguan itu ia tepis, dan langsung menerima jabatan tangan dari penumpang di sebelahnya.

"Randy, nama saya Randy, pak." Spontan nama itu keluar dari mulutnya, ia pun tak mengerti kenapa nama itu yang muncul dikepalanya.

Setelah itu, tak ada obrolan lagi di antara mereka, Randy terdiam dengan masih menatap keluar jendela mobil yang masih melaju dengan pelan akibat jarak pandang terbatas.

"Apa aku ada hubungannya dengan kejadian kecelakaan pesawat itu? Apa aku salah satu penumpang yang selamat?" Banyak pertanyaan di benaknya yang membuat kepalanya terasa pusing.

"Setelah sampai disana nanti, aku akan mencarai informasi tentang pesawat itu." ucapnya dengan mantap sambil tangan kanannya memegang sebuah gigi/taring yang cukup besar. Benda itu diberikan oleh orang yang menolongnya kemarin, katanya benda itu ditemukan di saku celana miliknya, namun Randy tak mengingat tentang benda miliknya sendiri itu.

Setelah melakukan perjalanan selama dua hari dua malam, akhirnya Randy tiba di ibukota, rasanya seperti telah kembali ke rumah, walaupun ia tak mengingat sedikitpun tentang rumahnya. Perjalanan sejauh itu seandainya ditempuh menggunakan pesawat terbang mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai empat jam saja, namun Randy tak memiliki uang untuk mengguanakan pesawat. Uang untuk naik bus pun ia dapatkan dari pemberian orang yang telah menolongnya.

"Sekarang aku harus nyari tempat tinggal dulu."

Hai...

Up lagi nih, padahal tadi pagi udah up, tapi karena tadi siang sempet nulis, jadi bisa up lagi deh....

Seperti biasa, setelah selesai baca, jangan lupa vote sama komennya, terus follow juga akunnya, follow IGnya juga jangan lupa ya...

Terimakasih...😅🙏

Tanpa kalian, cerita ini gak ada artinya...😊

PASUKAN MATI (EPS. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang