18. Hilang

2K 145 20
                                    

Seperti biasa, matahari pagi mulai beranjak dari peraduannya, memancarkan cahayanya yang hangat namun tetap menyilaukan, semua begitu sempurna dengan suasana air laut yang hari ini begitu tenang, Dimas, Daniel, Arda dan Vika tengah duduk-duduk dipinggir pantai menikmati matahari terbit dan tak mau melewatkan sedetikpun anugerahnya. Anita yang masih terlelap sepertinya tak akan mendapatkan jatah terindah dari hari terakhir liburan mereka, karena yang tersisa hanya saat ketika matahari terbenam saja.

"Hhhmmmm...bagus juga ya..." Ternyata Anita sudah terbangun dari tidurnya, dan dia langsung bergabung dengan yang lainnya, Anita duduk disamping Vika yang duduk paling ujung disamping suaminya Dimas.

"Putri tidur kita baru bangun rupanya..." Vika menggoda Anita yang kini ikut menikmati sisa sunrise hari ini. Dia tak menanggapi apa yang dikatakan Vika barusan, matanya terlanjur terpejam tersiram hangatnya sinar mentari pagi.

"Aini mana Ta?" Anita menggelengkan kepalanya, dia tak menjawab apa yang Vika tanyakan.

"Gua bangunin dulu ya..." Anita membuka matanya, Dia tak mengerti dengan apa yang akan Vika lakukan.

"Bangunin? Bukannya Aini udah bangun dari tadi ya? Tadi pas gua bangun dia udah gak ada" semua saling bertatapan, suasana tegang kembali tercipta.

"Jangan bercanda Ta, kita disini dari tadi loh dan Aini gak ada kesininya, tenda kalian juga masih ketutup, dan baru loe doang yang keluar dari tenda" Dimas mendesak Anita untuk jujur, dia masih berusaha berfikir positif dengan keadaan sekarang.

"Gua serius, kalau kalian gak percaya coba aja cek tendanya..." Akhirnya mereka bersama-sama mengecek tenda yang ditempati Aini dan Anita, dan Aini memang tak ada ditendanya.

"Kita harus cepet cari Aini..." Anita panik, namun tak hanya Anita saja, yang lain pun panik mendapati Aini menghilang.

"Gua nyari kesana, kalian kesebelah sana..." Dimas, Vika dan Anita mencari kearah yang berlawanan dengan Arda dan Daniel, dengan cepat mereka menyebar sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

"Perasaan Gua gak enak Vi..." Anita sudah sangat khawatir dengan hilangnya Aini.

"Gua yakin dia gak akan kenapa-kenapa Ta..." Vika berusaha menenangkan Anita, walaupun dia sendiri merasa khawatir dengan keadaan Aini.

"Aini..." Mereka berteriak menelusuri pantai dipinggiran hutan, berharap Aini sedang berada disekitar tempat itu dan mendengarkan teriakan mereka, namun hingga hampir berada diujung pantai yang berbatasan dengan muara sungai dan belum ada tanda-tanda keberadaan Aini, bahkan sebuah jejak pun tak mereka temukan.

Dimas, Vika dan Anita kembali tanpa hasil begitu juga dengan Arda dan Daniel, mereka tak menemukan apapun.

Ditengah perjalanan kembali mereka pada tenda yang hanya tinggal beberapa meter lagi, Anita menghengikan langkahnya lalu menahan Vika dan yang lainnya untuk berhenti.

"Kenapa Ta?" Vika tak mengerti maksud Anita menyuruh mereka berhenti, tatapan Anita memandang kearah tendanya sendiri dengan ekspresi heran.

"Tadi gua ninggalin tenda dengan posisi pintunya kebuka..." mereka memperhatikan tenda Anita sekarang ini dengan posisi tertutup, dan mereka mengerti apa maksud Anita.

Perlahan mereka mendekati tenda yang Anita tempati dengan mengendap-endap dari arah samping, pasir pantai menguntungkan mereka karena dengan begitu langkah mereka jadi tak terdengar, Dimas sempat mengambil sebatang kayu yang dia temukan ketika melakukan pencarian, yang sekarang dia gunakan sebagai senjata guna mengangisipasi kemungkinan bahwa yang didalam tenda tersebut adalah sesuatu yang buruk.

"Aaaahhhh..." Hampir saja Dimas memukulkan kayu yang dia bawa ketika tiba-tiba saja pintu tenda terbuka dan menampakkan orang didalamnya.

Aini ketakutan dengan sikap teman-temannya yang tiba-tiba saja ingin menyerangnya.

"Aini? Ko loe disini?" Anita dan yang lainnya kebingungan namun mereka juga lega, sesuatu yang mereka khawatirkan tak terjadi.

"Iya, emang kenapa?" Aini yang tak mengerti dengan sikap teman-temannya memperhatikan wajah serius mereka satu persatu.

"Kita tadi nyariin loe tau, emang loe tadi kemana sih? Ngapain aja?" Merasa tak enak, Akhirnya Aini pun menjelaskan semuanya dan meminta maaf karena dirinya sudah merepotkan.

Setelah kejadian itu, mereka melanjutkan menikmati liburan hari terakhir mereka ditempat ini dengan kembali bersenang-senang pada air laut yang sepertinya sangat mendukung mereka untuk menikmatinya, air yang jernih dengan ombak yang kecil membuat mereka betah berlama-lama didalam air.

Menjelang sore hari, rencana mereka yang sebelumnya akan pulang pada esok hari kini berubah, mereka akan pulang sore itu juga. Waktu masih menunjukkan pukul 15.23, tandanya masih cukup waktu untuk mereka melewati hutan yang cukup gelap itu hingga sampai ke jalan utama yang mulai dipadati pemukiman penduduk.

"Apa gak sebaiknya kita pulang besok aja?" Vika merasa khawatir mereka tak akan bisa melewati hutan itu sebelum gelap.

"Gak apa-apa Vi, kita pasti bisa lewatin hutan itu sebelum gelap" Dimas berusaha meyakinkannya walaupun dia sendiri tak yakin, namun baginya melewati jalan ditengah hutan bukanlah hal yang menakutkan.

Perjalanan pun dimulai.

Suara deru mesin mobil yang sudah beberapa hari tak dihidupkan memberikan pertanda untuk sepasang telinga dikegelapan pohon yang berbaris tak beraturan, matanya yang tajam mulai kembali memperhatikan apa yang Aini lakukan, dan melihatnya saja Danu sudah merasa senang.

"Mereka gak akan dapetin loe, loe cuma milik gua..." Danu kembali menghilang, seperti kebiasaannya selama ini, sementara yang lain telah datang untuk menggantikan mereka yang telah hilang.

"Mereka berangkat..." Semua bergerak menunggu mangsa yang akan mendekat.

Dalam perjalanan yang baru berlangsung sekitar setengah jam, dalam mobil yang mereka tumpangi terasa sunyi untuk Aini, dia tak ikut bergabung dengan obrolan yang lainnya, tatapannya selalu mengarah pada jendela mobil yang menembus pada gelapnya hutan.

"Ni...Aini..." Anita yang duduk disamping merasa ada yang berbeda dengan sahabatnya itu.

"Eh...iya, kenapa Ta?" Aini tersadar dari lamunannya.

"Loe kenapa Ni? Dari tadi perasaan ngelamun aja" Aini tersenyum hampa untuk menjawab pertanyaan Anita.

"Liburannya kurang kali..." Vika menimpali bermaksud membuat suasana lebih rileks dengan candaan, dan usahanya berhasil. Semua kini mulai bicara dan bercanda, namun seketika saja semua kembali hilang oleh kejadian tak terduga yang mereka alami.

Duarrrr...

Semua tersentak oleh suara ledakan yang sepertinya tak jauh dari mereka. Mereka saling pandang dengan tatapan bertanya-tanya "kenapa? Ada apa? Apa yang terjadi?"

Dimas berinisiatif turun dari mobil untuk memeriksanya, dia merasa suara itu tepat ada didepannya. Dan benar saja, suara ledakan itu berasal dari ban mobilnya sendiri yang pecah akibat tertusuk oleh sebuah besi yang tajam.

"Besi? Kenapa ada ditempat kayak gini?" Belum terjawab pertanyaan dalam hati Dimas, pandangannya mulai buram seiring sebuah balok kayu yang menghantam pundak dan lehernya...

PASUKAN MATI (EPS. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang