20. Memulai Pertempuran

1.6K 98 29
                                    

Dimas menyandarkan punggung pada pohon besar di belakangnya, beberapa kali ia menengok memastikan bahwa orang-orang itu tak lagi mengejarnya. Nafasnya tersengal, tenaganya mulai habis digunakan untuk berlari sebelumnya.

Di tempat lain, pada ruangan gelap yang hanya di terangi oleh lilin-lilin besar yang berada di tengah ruangan membentuk lingkaran serta sebuah bintang di tengahnya, terdapat enam orang yang telah bersiap untuk melakukan apa yang mereka rencanakan sebelumnya, tiba-tiba datang seseorang dari pintu dengan tergesa, ia langsung membisikan sesuatu pada salah satu dari enam orang tersebut. Daniel telah berlari sekuat tenanga agar bisa cepat sampai pada tempat ini untuk menyampaikan informasi yang ia dapat pada kejadian tewasnya tiga anggota baru setelah pertarungan melawan Danu.

"Dia kembali, dan telah membunuh beberapa anggota baru kita."

Lima orang yang sedang mempersiapkan ritual dengan terpaksa menghentikan aktifitas mereka masing-masing.

"Rupanya kita memang harus benar-benar memastikannya mati."

Mereka telah mengambil keputusan, perburuan Danu segera dilakukan. Beberapa dari mereka kini telah dilengkapi dengan senjata api, membuktikan bahwa saat ini Danu memang harus benar-benar mati.

"Segera bergerak dan bunuh dia."

Tanpa perintah dua kali, mereka membubarkan diri lalu menyebar ke segala arah untuk memastikan keberadaan Danu serta membunuhnya.

Dari pintu keluar bangunan tua dalam hutan itu tampak beberapa dari mereka sedang berjaga, beberapa penjaga baru untuk menggantikan posisi dari anggota yang telah tewas oleh Danu.

Dalam ruangan lain, Anita terkurung bersama Aini dalam satu ruangan yang hanya diterangi cahaya remang. Anita baru saja tersadar dari pengaruh bius yang membuatnya pingsan, namun Anita dapat melihat Aini tengah duduk bersandar pada salah satu dinding gelap ruangan tersebut, tak menyadari sahabatnya yang mulai mencoba bangkit untuk duduk. Anita merasa heran, Aini masih tak bereaksi ketika ia mulai mendekatkan posisinya dan hanya menyisakan jarak yang tinggal sejengkal saja.

"Ni."

Anita mencoba menyadarkan Aini yang mungkin saja fikirannya sedang kosong sehingga tak menyadari keberadaannya, namun ia tak bereaksi. Anita masih mencoba, kali ini ia sedikit mengguncangkan tubuhnya, dan hasilnya Aini bergerak dari posisi sebelumnya bahkan sampai ia tergeletak di lantai dengan mata yang masih sama, menatap kosong tanpa terlihat tanda kehidupan padanya.

Sontak Anita kaget melihat sahabatnya jatuh tak berdaya. Anita berusaha mengecek nadi dan embusan nafas Aini, namun ternyata Aini tak seperti yang ada dalam bayangan Anita, ia masih bernafas serta denyut nadinya pun normal, namun ia tetap tak bereaksi apapun ketika Anita beberapa kali mencoba untuk menyadarkannya dengan berbagai macam cara, bahkan termasuk menamparnya, tapi hasilnya masih sama, tak ada perubahan apapun padanya, ia masih gak sadarkan diri namun dengan mata terbuka serta tatapan kosong. Anita lupa bahwa salah satu sahabat wanitanya tak bersama mereka, ia di kurung secara terpisah serta mendapat perlakuan yang berbeda sebagai salah satu permintaan kesepakatan yang telah di buat.

Anita memeluk Aini dengan penuh rasa takut serta khawatir, khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya melihat kondisi aneh sahabatnya itu.

"Ni, loe kenapa? Plis jangan bikin gua takut."

Tanpa sadar Anita meneteskan air mata ketika ia memeluk tubuh sahabatnya yang mulai terasa dingin.

Dalam pekatnya hutan, Arda dan Daniel menjelajahi area sekitar dimana Daniel sebelumnya menyaksikan sendiri Danu membunuh dua anggota baru mereka begitu mudah, hanya dengan sekali serangan saja. Darah masih belum sepenuhnya mengering, jejak kengerian serta kekejaman Danu masih berada di sana, lewat ke dua jasad yang tergeletak itu bukti sudah dapat jelas terlihat bahwa jangan sekali-kali meremehkan Danu seperti sebelumnaya.

"Loe yakin yang tadi loe liat itu bener-bener Danu? Atau mungkin loe salah lihat? Dan sebenernya Dimas yang lakuin ini."

"Gua yakin Ar, kalau orang biasa, gak mungkin ia bisa ngebunuh orang dengan cepat can segampang itu."

Apa yang dikatakan oleh Daniel memang sesuai dengan apa ia lihat, bukti kekejaman Danu membuat nyali Arda dan Daniel sedikit menciut, tapi mereka sudah terlalu jauh melangkah serta mengorbankan segalanya, bahkan dari jauh-jauh hari Arda telah menyelidiki keberadaan Aini sampai harus mengatur rencana agar seolah-olah mereka bertemu tak sengaja pada sebuah pesta. Pada awalnya rencananya berhasil bahkan bisa sampai membuatnya begitu dekat dengan Aini, namun kembalinya Danu membawa ancaman besar pada rencana mereka.

"Kita kembali."

Arda mengajak Daniel untuk segera meninggalkan tempat itu, firasat Arda mengatakan bahwa ada bahaya besar yang sedang mengincar mereka dari kegelapan, tapi langkah mereka terhenti ketika sekilas mendengar teriakan tertahan dari tempat yang tak jauh dari mereka berada. Arda serta Dimas dengan waspada menyembunyikan diri mereka pada semak-semak yang tak jauh dari sana seraya mencari asal sumber suara teriakan sebelumnya.

Tak jauh dari mereka berdua, sekitar sepuluh meter dari tempat mereka bersembunyi, sedikit terlihat semak bergoyang-goyang sebelum akhirnya sesaat kemudian berhenti perlahan. Arda dan Dimas dengan waspada mendekati tempat itu, sebilah belati tergenggam di tangan mereka masing-masing, mereka secara perlahan mendekat hingga akhirnya menemukan penyebab bergoyang dari semak yang mereka tuju. Tampak darah berceceran pada batang pohon serta dedaunan di semak-semak yang dibawahnya telah tergeletak dua jasad baru dengan luka dalam yang menggorok bagian leher hingga hampir terputus. Melihat kondisi anggota mereka mati mengenaskan, mereka Arda dan Daniel mulai faham alasan mereka mendengar teriakan tertahan itu, itu semua karena mereka sedang di gorok oleh Danu.

Dengan langkah cepat namun seraya tetap menyembunyikan diri agar tak bertemu dengan keganasan seorang Danu, Arda serta Daniel bergegas kembali ke tempat ritual, mereka merasa dengan jumlah anggota yang lebih banyak bisa melindungi atau bahkan melawan Danu.

Danu kembali menyeringai menampakkan barisan gigi kuning serta sebuah belati berlumur darah merah segar para korban sebelumnya. Ketika mangsanya kembali menampakkan diri, ia sangat senang membayangkan ekspresi dari wajah kesakitan korban ketika meregang nyawa.

Merasa yang muncul dihadapannya adalah ancaman, maka mereka secara otomatis bersikap waspada. Belati dengan panjang dan bentuk serta ketajaman yang sama masing-masing telah keluar dari sarungnya, bersiap menghunus hingga bermandikan darah, hanya mungkin mereka akan mampu melakulannya atau tidak.

Danu masih terdiam, matanya mengawasi dan memprediksi apa yang akan mangsanya lakukan. Tanpa membuang waktu, Danu menerjang keduanya yang belum sepenuhnya siap dengan pertahanan diri, dan hasilnya mereka mati seketika namun kali ini dengan cara berbeda.

"Beruntung kita gak ketemu sama dia, kalau ketemu, pasti kita gak akan bisa lepas gitu aja."

Apa yang mereka berdua rencanakan sepertinya berhasil dan terbukti mampu menyelamatkan hidup mereka berdua.

PASUKAN MATI (EPS. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang