16. Hasil

2.1K 133 20
                                    

Ting...

Pesan singkat secara serempak masuk pada beberapa orang yang masing-masing sedang berkutat dengan kesibukannya, dan seperti telah mendapatkan hadiah undian dari sebuah lotere, mereka tersenyum begitu bahagia, lalu dengan sekejap mereka meninggalkan aktifitas yang sedang mereka jalani masing-masing untuk berkumpul dan segera melakukan eksekusi dikesempatan terakhir mereka.

*****

Arda segera bersiap. Semua perlengkapan telah masuk ke dalam satu ransel besar yang sama. Berada di balik tumpukan pakaian yang berada paling bawah. Sengaja ia lakukan itu untuk menghindari rahasianya agar tak terbongkar.

"Besok aku jemput, ya." Arda mengirimkan pesan pada Aini, mereka berdua telah memiliki janji ketika mereka berangkat nanti, mereka akan berangkat bersama-sama. Aini membalas pesan Arda tanpa rasa curiga sedikitpun.

*****

Berdiri di atas sebuah gedung tinggi yang telah tak terpakai dan terbengkalai, menatap langit gelap tak berujung. Terpaan angin malam tak membuat hatinya goyah, tujuannya masih sama, untuk mendapatkan Aini. Namun tantangan kali ini semakin berat, ia harus menghadapi musuhnya sendiri, musuh dengan darah dan tujuan yang sama, tapi mata itu tak pernah ragu, bahkan untuk membunuh serta membantai semuanya sekalipun, ia akan tetap melakukannya.

Pagi kembali menjelang, Arda, Daniel, Dimas, Vika, Anita serta Aini telah berkumpul di rumah Anita. Sesuai rencana mereka sebelumnya bahwa hari ini mereka akan pergi ke sebuah pantai untuk berlibur bersama selama beberapa hari. Pantai yang akan mereka kunjungi cukup jauh dari daerah perkotaan, sehingga mereka membawa tiga buah tenda untuk mengantisipasi seandainya di pantai tersebut tak menemukan tempat penginapan.

"Ok, semua beres?" Tanya Dimas yang langsung dijawab oleh yang lainnya dengan begitu bersemangat.

Setelah berpamitan pada orang tua Anita, merekapun berangkat menggunakan mobil milik Dimas. Perjalanan yang akan mereka tempuh cukup jauh hingga bisa memakan waktu tempuh sekitar enam jam perjalanan dengan tanpa kemacetan, namun semua rasa lelah mereka akan terbayar lunas begitu mereka tiba di pantai yang akan mereka tuju.

"Masih jauh gak, Dim?" Setelah menempuh sekitar tiga jam perjalanan, Anita sudah mulai merasa kelelahan. Ia merasa sudah tak sanggup melanjutkan perjalanan lagi.

"Lumayan, sekitar tiga jaman lagi." mendengar ucapan Dimas, hilang sudah semua semangat Anita yang sebelum berangkat tadi begitu menggebu ingin segera berlibur.

"Sabar, Ta, lebih baik ditidurin aja, biar gak kerasa." Aini berusaha menenangkan Anita yang semakin tak nyaman dengan kondisi diperjalanan saat ini.

Jalan yang semakin jauh dari perkotaan, mulai memasuki daerah hutan yang cukup lebat dan gelap, namun beruntung jalan yang mereka lewati masih cukup bagus sehingga tak begitu mengganggu kenyamanan perjalanan mereka.

"Kita menepi dulu aja gimana? Kasihan Anita nih." Vika yang tak tega melihat kondisi Anita yang sepertinya sudah mulai merasa tak enak badan menyuruh suaminya untuk menepi dan beristirahat selama beberapa waktu, udara segar dipinggiran hutan mungkin saja bisa memberi kesegaran bagi mereka.

Mereka semua turun dari mobil untuk sekadar melemaskan otot-otot mereka yang kaku setelah tiga jam perjalanan tanpa beristirahat ataupun berhenti.

Anita duduk di bawah pohon besar yang sedikit jauh dari mobil, suasana yang begitu sejuk membuatnya merasa lebih baik.

"Ta, udah enakkan?" Aini menghampirinya dengan membawakan sebotol air mineral lalu kemudian duduk disampingnya.

"Lumayan, udah gak terlalu pusing."

Setelah kurang lebih setengah jam mereka beristirahat, akhirnya perjalanan pun dilanjutkan kembali, namun kali ini karena Dimas merasa kelelahan, Arda menggantikannya duduk dibalik kemudi.

Hari telah menjelang siang. Perjalanan dari rumah Anita hingga ke tempat sekarang mereka berada telah memakan waktu hampir empat jam. Hutan yang sejak tadi didominasi oleh pohon-pohon besar dengan jalanan yang sedikit naik turun, kini telah mulai berganti menjadi pohon-pohon yang umumnya tumbuh di daerah pesisir, yang artinya tak lama lagi mereka akan sampai pada tujuan.

Waktu menunjukan sekitar pukul dua siang dan mereka tiba diakhir perjalanan yang melelahkan, namun itu semua terbayar ketika suasana pantai yang indah dan masih sangat asri tersaji dihadapan mereka. Tenaga yang sempat hilang kini telah kembali bersama semangat mereka untuk segera menikmati sapuan ombak kecil pada air laut yang masih jernih dan bersih dari kotornya ulah manusia.

Vika dan Anita segera berlari dengan terlebih dulu melepaskan sepatu mereka, Aini yang tak begitu antusias dengan terpaksa harus mengikuti mereka ketika tangannya ditarik paksa oleh sahabatnya, Anita.

Sementara itu, Dimas, Daniel dan Arda hanya bisa tersenyum menyaksikan tingkah para wanita yang menurut mereka sedikit konyol, namun mereka juga mengabadikan beberapa momen untuk menjadi kenangan mereka ketika liburan kali ini.

"Akhirnya, kebayar juga capeknya." Anita duduk berdua dengan Aini, menikmati langit sore bersama matahari yang terus meredup di balik luasnya lautan. Dengan sebuah senyuman lepas, mereka berdua tampak bahagia, jarang sekali mereka bisa menikmati momen seperti saat ini yang membuat perasaan mereka lega.

Senyum yang sama tergambar di wajah Dimas, Daniel dan Arda yang tentu saja mereka juga merasa bahagia namun dalam arti yang berbeda. Dimas bahagia bisa melihat mereka semua tertawa lepas, Arda bahagia karena bisa mendekati Aini, sedangkan Daniel bahagia hanya pura-pura saja, beban yang ia pikirkan saat ini begitu berat.

Tiga buah tenda telah berdiri di bawah pohon kelapa yang tak jauh dari bibir pantai. Jarak antara tenda satu dengan yang lainnya tak begitu jauh namun juga tak begitu dekat, sengaja mereka buat seperti itu agar mungkin saja ada di antara mereka yang tak ingin merasa terganggu oleh yang lainnya dan butuh privasi menikmati liburan kali ini.

"Hey, sekarang bagian cewek-cewek nih buat beresin barang-barangnya, kita mau nyari ranting sama kayu bakar dulu buat nanti malam." teriak Dimas dari kejauhan, tanpa menunggu jawaban dari para wanita yang sedang sibuk tertawa, mereka bertiga pun pergi menuju ke dalam pinggiran-pinggiran hutan yang hanya didominasi oleh pohon-pohon khas daerah pesisir. Cukup sulit bagi mereka mencari kayu dan ranting di tempat seperti itu, dan juga daerah pinggiran hutan tersebut tak begitu lebat, mereka bertiga kembali dengan membawa ranting dan kayu yang tak seberapa.

"Susah nyari kayu sama ranting di sini." Dimas mengeluh, staminanya tak setangguh dulu.

"Udah, segini juga cukup, kan bukan buat penerangan, yang penting ada buat bikin api unggunnya aja." Arda benar, mereka butuh itu hanya untuk pelengkap acara berlibur mereka saja, mereka tak menyadari bahwa di dalam kegelapan selalu ada sepasang mata yang mengawasi dan menunggu yang lain memulai misi, sebuah misi terakhir yang akan menentukan keberadaan mereka nanti, namun senyum di balik kegelapan itu meyakini bahwa takkan semudah itu untuk mengakhiri apa yang terjadi.

"Akan kubunuh kalian semua!" Ia tersenyum lalu perlahan menyeringai dengan kekejaman yang pasti akan ia tunjukkan sebagai sebuah hukuman, sebelum benar-benar kembali pada kegelapan.

PASUKAN MATI (EPS. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang