6. Bersambut

2.6K 171 51
                                    

Sudah tiga hari sejak terakhir kali Arda berusaha mendekati Aini. Sempat terpikir untuk menyerah, tapi itu hanya sesaat, hingga tak berapa lama kembali ia membulatkan tekad demi tujuan utama yang selama ini ia pendam.

Tttuuuutttt....ttuuuutt....

Arda berusaha kembali menghubungi nomor Aini, hingga akhirnya...

"Halo." Suara merdu dari gadis pujaannya itu kini bisa ia dengarkan setelah panggilan suara darinya diangkat. Jantungnya secara otomatis memasuki mode cepat.

"Halo." Kembali suara itu membuatnya semakin tak karuan senang bukan kepalang, namun dengan cepat Arda berusaha mengendalikan diri dan mengembalikan rasa percaya dirinya.

"Ha halo, ini Aini?" Kata-kata terbata keluar dari mulutnya, pertanda keberanian belum kembali sepenuhnya.

"Iya, ini siapa? Ada perlu apa?" Suara datar di ujung ponsel tak menyurutkan niat dan kegugupannya.

"Aku Arda, aku cuma pengen kenalan sama kamu." Akhirnya perlahan rasa gugupnya hilang setelah mendengar jawaban dari gadis pujaannya itu.

"Oh." Sebuah jawaban singkat dan padat, membuatnya bingung harus membuka obrolan dengan cara seperti apa.

"Apa kamu..." Belum selesai Arda melanjutkan kalimatnya yang susah payah ia rangkai sedemikian rupa dalam benaknya.

Ttuuuuuttttt...

Panggilan tersebut terputus. Tak butuh waktu lama untuk menunggu, Arda kembali menghubungi Aini agar bisa kembali mengobrol. Kembali suara wanita terdengar di ujung ponselnya. Yang kali ini dengan begitu lembut dan sopan.

"Maaf, pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini, silahkan isi ulang kembali kartu prabayar anda." rasa gugupnya kini hilang sudah bersama dengan khayalan indahnya tentang Aini, berganti dengan rasa kesal pada ponsel yang ada digenggaman nya.

"Sial, kenapa sampai lupa isi pulsa sih." Gerutunya seraya melempar ponsel itu ke atas tempat tidur.

*****

"Orang aneh, belum ngomong apa-apa udah ditutup." Aini masih menatap layar ponsel setelah tadi sempat menerima panggilan suara dari orang yang sudah beberapa hari ini mengganggunya.

Aini berbaring di atas kasurnya yang empuk. Suasana rumah yang sepi tanpa kedua orang tuanya yang saat ini sedang tak berada di rumah membuatnya jenuh, namun bukan itu saja, kejadian tragis sebelumnya itu yang menjadi penyebab hidupnya kini tak tenang. Trauma pada kejadian pertama yang hampir hilang, harus kembali terasa pada kejadian kedua.

Krrrriiiiinggggg....

Ponsel yang berada disampingnya berbunyi, tanda kembali adanya panggilan masuk.

"Halo, mulai sekarang jangan hubungin nomer ini lagi!" Aini langsung meluapkan rasa kesalnya pada orang yang saat ini menghubungi. Ia merasa bahwa orang itu hanya main-main saja ketika menghubunginya.

"Lah, kok gua dimarahin gini?" Protes suara orang di ujung ponsel sana dengan bingung, tanpa tahu kesalahan apa yang telah dibuatnya.

"Eh, sori, Ta, kirain bukan lo yang ngehubungin." Aini merasa tak enak telah memarahi orang yang menghubunginya, yang ternyata bukan orang yang sama dengan orang yang sebelumnya sering menghubunginya.

"Emang sebelumnya tadi ada yang nelefon lo?" Anita sedikit ketus menanggapi pembelaan Aini.

"Hhhmmmm iya, tapi gak tahu siapa." Merasa Anita tersinggung dengan ucapannya yang tadi, Aini pun menjelaskan semua yang ingin Anita ketahui, walaupun dengan sedikit kebohongan.

"Ya udah deh, oh ya, besok jalan, yuk? Anter gua ke mall." mau tak mau, Aini kali ini tak bisa menolak ajakan sahabatnya, ia menganggap ini sebagai tanda permintaan maafnya.

"Hhhmmmm iya deh."

*****

Tit...tit...
Bunyi klakson motor matic asal pabrikan jepang telah siap berada di depan rumah Aini. Tampilan motor itu tak secantik orangnya, yang kini tengah duduk di atas motor, mengenakan helm retro berwarna pink motif anime kesukaannya.

"Sebentar." Aini yang hanya tinggal memakai sepatunya saja berteriak dari dalam rumahnya. Tak sampai lima menit ia sudah siap dan segera menghampiri Anita yang sudah menunggu di motornya.
Setelah itu mereka segera melaju menuju ke tempat yang Anita rencanakan kemarin.

"Ta, lo ke mall mau ngapain?" Tanya Aini ketika di perjalanan.

"Gua mau beli baju, sama sekalian cuci mata." Anita tersenyum, ia tak serius menanggapi pertanyaan Aini tadi. Di depan sana kemacetan telah terjadi. Tepat di lampu merah yang berdekatan dengan mall yang Anita tuju. Di lampu merah ketika mereka berdua berhenti karena lampu yang masih menyala merah, mereka di tabrak dari belakang oleh pengendara motor yang kesulitan mengendalikan motornya akibat terlalu banyak membawa barang belanjaannya yang berada di samping kiri dan kanan motor yang ia gunakan. Memang Anita dan Aini tak sampai terjatuh hingga terluka. Aini dan Anita berbalik dan melihat pengendara motor itu, menatapnya dengan sedikit kesal yang tergambar jelas diwajahnya.

"Maaf, mba, saya gak sengaja." Pengendara motor tersebut dengan rasa bersalah segera meminta maaf pada kedua perempuan yang berbalik dan menatapnya dengan benci itu. Seandainya kalau sampai ia dimarahi pun baginya tak masalah karena ia memang bersalah, namun yang terjadi justru di luar dugaannya, kedua gadis itu malah pergi begitu saja dengan kecepatan tinggi memacu motor maticnya ketika lampu sudah berubah menjadi hijau.

"Loh, kenapa mereka? Gadis aneh."

Anita dan Aini pergi dengan kecepatan tinggi, tanpa peduli dengan permintaan maaf dari pengemudi motor yang menabraknya itu, tanpa peduli nyanyian klakson dari beberapa mobil yang hampir saja menyerempet mereka, mereka tak melanjutkan niatnya sesuai rencana semula, mereka memilih untuk kembali ke rumah Aini.

"Ni, tadi gua gak salah lihat, kan?" Anita dengan wajah pucat nya bertanya dengan serius pada Aini yang sepertinya syok melihat orang yang tadi menabraknya. Aini menggelengkan kepala pelan, namun gelengan kepala itu entah untuk jawaban yang berarti tak tahu atau bukan.

"Astaga, semoga saja bukan dia." Rasa khawatir pada raut wajah Anita sangat beralasan, karena ini menyangkut tentang Aini.

"Malam ini, lo harus nginep di rumah gua lagi." Anita mengambil beberapa pakaian milik Aini di kamarnya tanpa menunggu persetujuan sahabatnya, namun setelah kembali, Anita mendapati Aini yang kini tengah menangis terduduk di kursi tamu di ruang keluarga rumahnya. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Suaranya mulai tersedu akibat trauma yang kini harus diingatnya kembali.

"Ni, jangan takut, gua akan jagain lo, dia gak bisa ganggu lo lagi." Anita memeluk sahabatnya. Ia berusaha menenangkan Aini yang semakin ketakutan.

"Kita hadepin dia berdua, lo gak sendiri."

*****

"Hmmm, gara-gara tuh cewek, gua jadi lupa mau beli apa aja." Randy berjalan menelusuri lorong sebuah supermarket yang di samping kirinya berjejer perlengkapan dapur, sedangkan di samping kanannya berjejer peralatan rumah tangga, supermarket itu berada di salah satu lantai sebuah mall yang dekat dengan lampu merah.

Bruk...

"Maaf, bang, gak sengaja." Randy menabrak seseorang yang sepertinya sama dengan dirinya, sama-sama sedang membeli kebutuhan keperluan bulanan. Orang itu menatap Randy lalu kemudian pergi tanpa bicara sedikitpun.

Hai, maaf updatenya kelamaan lagi nih...😂

Sudah mulai ngerti jalan ceritanya kan?

Seperti biasa y, vote dan komennya jangan lupa, terus follow juga akunnya...

Tanpa kalian, cerita ini gak ada artinya...🙏😅

Terimakasih...

PASUKAN MATI (EPS. 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang