Aska menutup matanya. Sejak dia datang ke sekolah tadi dia hanya rebahan di bangku roop top, jika bel sekolah berbunyi nyaring. Dia akan datang ke kelas jika sudab lewat 5 menit lebih. Baginya roop top adalah tempat dimana kesepian adalah kesendirian yang tidak terasa, dimana dia bisa menenangkan diri dan merasa damai.
Percuma saja baginya menjadi anak baik yang diharapkan orang tuanya jika tidak ada yang mendukung. Dia juga tidak perduli jika harus terus-terusan masuk ruang bk. Lagipula siapa yang akan mengeluarkannya dari sekolah ini.
TENG TENG TENG TENG
Bel bunyi nyaring tapi Aska tetap diam dibangku roof top. Matanya berusaha untuk tidur tapi ini terlalu pagi untuk tidur dan dia terlalu lelah untuk terus merutuki kehidupannya. Ia pun bangun dari tempatnya, meregangkam tubuhnya lalu berdiri.
Disetiap lorong-lorong sekolah, siswa lain yang menemuinya akan lebih menunduk atau berjalan menghindarinya. Itu lebih baik baik mereka daripada menerima pukulan darinya. Ia juga tidak perduli apakah itu perempuan atau laki-laki. Jika dia menganggu maka habislah.
Aska sampai di depan kelas bertuliskan kelas 12-IPA 3. Kenapa pula dia dimasukan di kelas penuh orang-orang sok pintar ini. Padahal alasan nilai Aska bagus adalah dia malas berlama-lama di ruangan yang mematikan itu. Ia pun membuka pintu dengan keras, tanpa perduli semua orang memandanginya ia tetap masuk dengan santai. Mungkin lebih terlihat angkuh. Ia langsung duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua lengan besarnya.
"dia selalu datang telat dan sampai kelas tidur" ucap salah satu dari siswa yang membuat Aska spontan berdiri. Pagi hari dia masih malas mengeluarkan tenaganya. Tapi siswa itu tidak berhak mengomentari kelakuannya.
Namun sebelum Aska memukul siswa itu, seseorang berdiri, "pak Sobrun datang!".
Aska menatapnya sesaat, ia berpikir mungkin siswa itu sengaja menghentikannya untuk memukul seseorang. Ia melihat badge di jas siswa itu. Ahmad Rafa. Setelah itu Aska kembali ke posisinya seperti semula.
000
Aska memejamkan matanya lagi di pinggir kolam. Setelah berenang dia hanya merebahkan badannya di pinggir kolam. Tidak perduli siswa-siswa yang lain pergi ke ruang ganti untuk menganti seragamnya. Dia hanya ingin istirahat.
"Aska!" seru Pak Sobrun.
Aska membuka mata perlahan, "ada apa pak?".
"ada apa katamu. Kamu nggak masuk pelajaran?" tanya Pak Sobrun.
Aska menutup matanya lagi karena pertanyaan Pak Sobrun adalah pertanyaan klise untuknya, "ah bosan pak".
"astagfirullah ini anak. Kalo kamu nggak masuk bapak laporin ke orang tua kamu" kata Pak Sobrun sambil berkacak pinggang.
Dalam hati Aska benar-benar merutuki guru yang bernama Sobrun ini. Menurutnya nama bapak yang satu ini tidak ada sabarnya meski ia tahu arti sobrun itu sabar. Tapi Aska tetap saja berada diposisinya membuat Pak Sobrun tambah kesal kemudian menarik tubuh berotot Aska.
Bukan Aska namanya jika dia tidak melawan. Ia malah sengaja menumpukan berat badannya seolah ia dan lantai adalah satu kesatuan. Pak Sobrun sendiri mengeluarkan tenaga menarik siswa badung ini. Melihat usaha Pak Sobrun yang terus-terusan menarik membuatnya bangkit namun Pak Sobrun malah terduduk di lantai.
"aduh!" seru Pak Sobrun.
Aska merengangkan tangannya ke atas, "lah bapak ngapain duduk kan nyuruh saya bangun tadi. Malah bapak yang duduk" kata Aska berpura-pura tidak tahu.
"kurang ajar kamu!" seru Pak Sobrun.
"ya ajarin saya lah pak kalo saya kurang ajar" balas Aska polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPEREGO
Teen Fiction[SELESAI] | [BMSeries] Ketika pendidikan adalah ladang usaha para pembisnis berkedok pelajar. Tiga siswa Aska, Valdi, dan Rafa mengetahui bahwa sekolah mereka tempat pengerukan pundi-pundi uang. Berbekal nekad dan sok pahlawan, 3 siswa yang masih me...