RAFA; ALPHA 1-1

754 47 0
                                    

Jakarta, September 2016

Matahari sudah naik sepenggala, cahayanya berpedar menghangat bumi yang menjadi dingin saat malam. Kicauan burung-burung kecil dan tetesan embun pagi menyapa orang-orang yang beraktivitas pada pagi hari. Dimana orang dewasa pergi berkerja, anak-anak sekolah, dan segala runitas lainnya.

Sama seperti yang lain sebuah mobil hitam berbentuk sedan melintasi jalan ibu kota. Didalamnya dua orang berbeda usia menikmati pagi hari dengan cara yang juga berbeda. Yang tua menyalakan radio, mendengarkan siaran sedangkan yang muda mendengarkan musik melalui earphonenya.

Laju mobil mulai melambat saat mendekati kawasan dimana anak-anak berseragam sekolah hilir mudik. Lelaki yang lebih muda menenggok melalui jendela yang tertutup. Ia mengaitkan tas ransel bermerek adidas dan siap keluar dengan memegang gangang pintu mobil.

"sabar atuh den" kata lelaki yang lebih tua melihat melalui kaca spion saat lelaki yang muda hanya memberikan cengirannya.

Mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolah, sekita juga dia keluar dari mobil.

"makasih Pak Ujang" katanya semangat sampai berlari.

"iya den".

Lelaki itu berlari memasuki sekolah dengan nama SMA Pelita Bangsa. Ratusan remaja yang mengenakan seragam yang sama dengannya yaitu setelan kemeja putih dibalut rompi hitam berpola wajik merah dilapisi jas abu-abu tua dan celana hitam. Ia masih mengenakan earphone saat berlari di koridor menuju kelasnya. Bel akan berdering dalam waktu 3 menit 33 detik lagi dan ia terus berlari bahkan saat menaiki tangga.

TENG TENG TENG TENG

Bel berdentang 4 kali bersamaan dengan dia melangkah memasuki kelasnya. Ia bersyukur setidaknya hari ini dia tidak telat 5 menit setelah bel berbunyi. Ia melangkah menuju salah satu kursi dimana di samping kursinya ada seorang siswa lain yang sedang membaca buku. Ia menjatuhkan bokongnya lalu mengantungkan tasnya di samping meja.

"berhasilkan gue nggak telat?!" serunya kepada temannya yang baca buku.

Temannya itu menutup bukunya, "Raf, lo itu datang di ujung tanduk. Pas bel bunyi lo baru masuk kelas".

Lelaki yang bernama Rafa itu menghela napas, "sebenarnya kenapa sih gue diitung telat, kan gue sampe pas jam enam kurang lima puluh lima di sekolah. Emang kalo gue ke kelas lewat jam tujuh, itu disebut telat?".

"menurut lo aja deh!" katanya malas menangapi.

Rafa tertawa meliat reaksi temannya yang sudah hapal kebiasaan telatnya. Bahkan Rafa termasuk sering di hukum karena terlambat. Dia bisa terlambat entah karena ada panggilan alam atau karena supirnya harus mengantarkan ayahnya lebih dulu.

"bacaan apaan lo Val?" tanya Rafa sesaat sadar bahwa temannya yang ia panggil Valdi sedang membaca, "lo kan males baca buku".

"kalo hari ini nggak ujian juga gue nggak baca buku" balas Valdi santai, "lo kan tau huruf-huruf di buku itu seolah bernyanyi nina bobo dengan halus menidurkan gue".

Rafa tertawa mendengar celotehan Valdi yang ia iyakan, pasalnya sering kali Rafa mengajaknya ke toko buku namun berakhir dengan Valdi yang tertidur di meja. Jadi ia akan mengajak temannya itu ke cafe yang menyediakan buku komik karena Valdi selalu tahan baca komik.

"komik aja lo jago tong" kata Rafa seraya memgeluarkan buku fisikanya.

"komik sih urusan lain Raf. Kan ada gambarnya, ada visualnya jadi jelas dan menarik" kata Valdi dengan serius.

"bener juga lo" kata Rafa.

Tiba-tiba obrolan mereka berhenti saat pintu kelas terbuka dengan keras menimbulkan suara kedebuk. Semua orang melihat ke arah pintu dan bisa menemukan seorang lelaki yang berbadan proposional dengan rambut yang hitam yang bercampur coklat muda. Ia melangkah masuk dengam wajah angkuhnya lalu duduk di kursi paling belakang kemudian menelungkupkan wajahnya diantara lengannya yang besar.

SUPEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang