[SELESAI] | [BMSeries]
Ketika pendidikan adalah ladang usaha para pembisnis berkedok pelajar. Tiga siswa Aska, Valdi, dan Rafa mengetahui bahwa sekolah mereka tempat pengerukan pundi-pundi uang. Berbekal nekad dan sok pahlawan, 3 siswa yang masih me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jakarta, November 2016
Aska terus memantulkan bola basket dengan gerakan yang cukup baik. Kemudian dia melakukan lemparan dengan taktik lay up. Bola melambung di udara lalu masuk ke ring basket. Sang pelempar bersorak.
Dari bawah ring, Valdi mengambil bola lalu melemparkan dengan lurus ke arah kepala Aska.
"wadaw?!" Aska mengaduh kesakitan, "dendam banget yah lu?"
"Oops! Gue, seng-aja." ucap Valdi berlari mengambil bola basket.
"Valdioleos!" seru Aska mengejar Valdi yang sudah berlari ke belakang ring. Terjadilah kejar-kejaran antara Aska dan Valdi yang hanya disaksikan oleh Rafa yang baru saja datang membawa 3 botol minuman.
Aska menarik bahu Valdi, memelintirnya lalu menjenggal lehet Valdi. Badan Valdi yang lebih kurus daripada Aska yang besar dan bertenaga membuatnya Aska mudah menangkapnya. Ia juga memberikan tonjokan kecil ke kepala Valdi. Namun Valdi hanya tertawa cengengesan.
"nggak sengaja kan lo bilang?" kata Aska seraya menonjok kepala Valdi, "nih nggak sengaja!"
"Lepasin napa Ka, kagak bisa napas ini gue!"
"bodo amat!"
Dari jauh Rafa hanya tersenyum tipis sesekali mengelengkan kepalanya melihat kelakuan dua temannya itu. Dilihatnya Aska melepaskan jengalannya itu kemudian bersama Valdi berlari kecil menghampiri Rafa. Mereka mengambil minuman itu satu-satu.
"widih baik lo" kata Valdi.
"kan gue berhati malaikat nggak kayak lo berdua. Muka aja ganteng, kelakuannya" kata Rafa bercanda.
"lo ngomong dijaga, gue jitak lo" ancam Aska.
Rafa mengeluarkan cengirannya lalu melihat sekeliling sekolahnya. Suasananya mulai sepi tidak ada siswa lagi yang terlihat selain mereka. Bahkan saat mereka diam, suara sapu lidi yang menyapu dedaunan bisa terdengar jelas. Ia juga melihat Mang Engot mulai memeriksa kelas satu persatu kemudian menguncinya.
Namun mereka bertiga tidak juga pergi dari sekolah malah bermain basket dan pulang saat Mang Engot meminta mereka pulang ke rumah. Ini sudah terjadi semenjak mereka berteman. Kapan pastinya mereka tentu saja setelah insiden mereka dihukum. Saat itu Aska mulai terbuka dengan mereka. Ya hanya dengan Rafa dan Valdi, setidaknya Aska tidak segalak dulu.
"nggak pada pulang nih?" tanya Valdi.
Aska kembali berlari sambil memantulkan bolanya, memindahkan bola bundar itu ke kanan dan kiri.
"males" kata Aska kemudian lompat memasukan bola ke ring dan bergelantungan disana.
"gue juga males" kata Rafa kemudian menegak air mineralnya.
Valdi melirik arlojinya, "ya udah kalo gitu gue pulang duluan" ia berjalan mengambil tasnya.
Aska berjalan mendekatinya, "mau cabut lo?" tanya Aska.