VALDI; ALPHA 1-2

440 32 0
                                    

Dering suara jam beker mengaduhkan mimpi indah dari seseorang yang menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Tanganya memeluk erat sebuah boneka berbentuk kucing. Namun setelah jam beker membangunkannya ia segera merapikan tempat tidurnya dalam keadaan mata tertutup. Untung saja dia sudah shalat subuh jika tidak neneknya pasti sudah menyiramkan air padanya.

"Valdi!" seruan seorang wanita paruh baya dari luar kamarnya membuatnya bangkit berdiri mengambil handuk.

"Valdi!"

Ia keluar dari kamar sambil mengucek matanya, "iya nek. Ini masih pagi lo".

"Nenek juga tau kalo ini pagi, kamu dibilangin jangan tidur lagi kalo udah shalat masib aja ngebo" kata Nenek sambil meletakan nasi goreng di meja ruang tamu.

"mata Valdi masih minta diisirahatkan" kata Valdi berjalan lambat.

Tanpa pikir panjang Nenek menepuk bokong Valdi hingga mata Valdi terbuka lebar. Ia mengusap bekas pukulan Neneknya itu yang masih kuat memukulmya dengam keras.

"ah Nenek kenapa?" tanya Valdi dengan wajah kesal.

"kamu dibilangin suka ngeles mulu" kata Nenek diakhiri tawa.

Valdi hanya memajukan bibirnya lalu masuk ke kamar mandi. Ia tidak kesal dipukul Neneknya tersayang itu. Nyatanya Neneknya sudah merawatnya dari kecil disaat dia tidak tahu orang tuanya kemana. Ia sangat sayang Neneknya dan Kakeknya.

Dari dalam kamar mandi Valdi berseru, "Nek Kakek dimana?".

"Kakek udah pergi ke rumah Rafa" jawab Nenek dengan suara yang tidak kalah nyaringnya dari Valdi.

Valdi menghela napas. Padahal Kakeknya sudah berangkat pagi ke rumah Rafa untuk mengantarkan keluarga Rafa. Tapi kenapa Rafa selalu saja terlambat bahkan lebih terlambat dari dia yang naik sepeda. Ia mengelengkan kepala.

"liat aja hari ini tuh bocah telat lagi".

000

Valdi mengowes sepedanya dengan santai hingga saat didekat gerbang sekolah ia mengerem sepedanya lalu berjalan sambil menuntun sepedanya. Sejujurnya ia bersyukur bisa masuk sekolah swasta yang favorit bahkan ia mendapatkan beasiswa disana. Tidak perduli dengan beberapa siswa yang menanggapnya miskin tapi ini hidupnya. Coba saja satu hati dibalikan maka orang-orang yang mengatainya tidak bisa sekuat dia saat menjalani hidupnya.

"pagi Mang Engot" sapa Valdi saat berpapasan dengan satpam sekolah.

"morning Valdi" balas Mang Engot sok berbahasa Inggris.

Valdi memberhentikan sepeda sebentar, "wah mang engot makin jago aja bahasa inggris" pujinya bertepuk tangan.

Mang engot tertawa keren, "saya mah emang jago ngomong bahasa inggris".

Tanpa sepengetahuannya seseorang tidak sengaja menabrak bahunya. Saat ia melihat siapa yang menabrak ternyata adalah siswa selama ini ditakuti oleh siswa lain.

"Aska" kata Valdi pelan.

Aska menenggoknya sebentar dan menatapnya tajam. Kemudian memasukan tangan kirinya di saku celananya.

"gue heran deh Mang kok si Aska tu sering datang tepat waktu tapi telat masuk kelas" celutuk Valdi.

"ah mas Valdi nggak usah sok heran sama mas Aska" kata Mang Engot santai.

"kenapa Mang, nggak usah heran sama badungnya gitu?" tanya Valdi.

Mang Engot mengelengkan kepala, "ye mas anak badung pun cerita kenapa mereka bisa nakal" kata Mang Engot.

Valdi menganggukan kepalanya, "wah mang Engot bahasanya mantab jiwa" kata Valdi secara pergi meninggalkan Mang Engot yang senyum-senyum dipuji Valdi terus-terusan.

SUPEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang