Jakarta, Januari 2017
Aska menghempaskan joystick di tangannya ke lantai. Kaset-kaset game bertebaran di atas karpet beserta jenis stick game. Dari semua game yang dia coba tidak ada satu pun yang bisa membuat lupa dengan dokumen yang ia temukan sebulan lalu. Ia juga tidak lupa dengan pesan singkat Mamahnya.
Awalnya dia masih menimbang apakah dia akan memberitahukannya pada dua temannya bahkan sampai ujian berakhir dan sekarang liburan. Tapi penyelidikannya belum berakhir. Ia tidak mau teman-temannya kenapa-napa. Apalagi ini berhubungan dengan banyak pihak. Papah, dia, siswa yang lain, dan temannya.
Bagaimana jika nanti beasiswa Valdi dicabut? Atau seseorang yang selalu ingin dilihatnya juga dicabut beasiswa? Alasan apa yang menyebabkan beasiswa itu dicabut? Bagaimana jika teman-temannya marah karena tahu dia anak kepala yayasan yang membuat kekacauan ini nanti? Ia mengacak rambutnya kesal.
Aska menepis bayang buruk yang mengetahuinya selama liburan ini. Dia benar-benar tidak ingin merusak pertemanan yang baru saja dia jalin menjadi hancur begitu saja. Apalagi ini tentang sekolah dan masa depan mereka. Ia benar-benar takut ditinggalkan. Tapi bukankah sebagai teman dia tidak boleh mencurigai temannya sendiri?
"nggak, nggak. Gue nggak boleh berpikir mereka bakalan ninggalin karena ini. Gue harus ngasih tau mereka, biar Valdi bisa prepare" ucap Aska sambil mengaruk kepalanya.
Ya dia tidak boleh kehilangan kesempatan untuk memiliki sahabat. Semenjak orang tuanya bercerai, Aska memang tidak ingin siapa-siapa. Namun kelamaan dia memang membutuhkan seorang teman. Sekarang ia mendapatkannya dan dia tidak mau kehilangan.
Aska mengambil ponselnya lalu menekan sebuah nama, ia pun mendekatkan benda persegi panjang itu ke telingganya.
"ya Assalamu'alaikum dengan Rafa disini. Ada yang bisa saya bantu?" suaraRafa yang serius namun bercanda itu membuat Aska ingin tertawa.
"kaya operator telepon lo pendek" kata Aska.
"ye bocah seenaknya ngatain gue pendek bukannya salam main hina orang aja lu" balas Rafa.
"walaikum'salam" kata Cakra, "Raf lo dirumah nggak?".
"eh tumben biasanya gue yang ngajakin ke rumah gue" kata Rafa bingung.
"kenapa?"
"eh iya dateng aje, ni si Valdi juga mau ke rumah. Katanya dia barusan chat lo".
"seriusan nggak tau gue".
"makanya kalo punya hape dipake, gagal teknologi lo ya".
"nyolot amat lo, Raf!" kata Aska sambil mencek ponselnya dan benar saja Valdi baru saja mengiriminya ajakan ke rumah Rafa.
"eh bocah masih idup kan lo?" tanya Rafa.
"bacot lo, ayok dah! Kalo lo nggak bukain pintu, liatin aja gue bakalan neken klason terus" ancam Cakra bercanda.
"serem amat lo, hobi bikin keributan. Iye ntar gue bukain. Asslamu'alaikum".
Aska segera mengambil jaketnya berserta kunci dan dompet lalu turun ke bawah untuk pergi ke rumah Rafa, "walaikumussalam".
000
Rafa dan Aska memutar batangan pemain pada foosball. Mereka berdua nampak asyik memainkan sepak bola dalam bentuk meja. Sedangkan Valdi hanya menonton sambil memamakan cemilan.
"kalah lo!" seru Aska bahagia.
"aish" desis Rafa lalu duduk disamping Valdi.
"mantab jiwa, jago bener lo masalah main game" puji Valdi saat Aska mengambil snack ditangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUPEREGO
Teen Fiction[SELESAI] | [BMSeries] Ketika pendidikan adalah ladang usaha para pembisnis berkedok pelajar. Tiga siswa Aska, Valdi, dan Rafa mengetahui bahwa sekolah mereka tempat pengerukan pundi-pundi uang. Berbekal nekad dan sok pahlawan, 3 siswa yang masih me...