MEET; ALPHA 1-4

293 25 5
                                    

Rafa berjalan beriringan dengan Valdi menuju parkiran. Ia sudah berniat untuk pergi ke perpustakaan bersama Valdi karena evaluasi mingguan akan dimulai bulan depan. Apalagi saat ini mereka kelas tiga jadi banyak sekali mengikuti kegiatan.

Valdi mengambil sepedanya di parkiran. Sepeda berjenis cross country xc adalah sepeda andalan Valdi dari dulu. Ia merasa sangat cocok dengan sepeda yang dikatagorikan sebagai hardtail frame. Sepeda berwarma hitam biru itu telah menjadi menemaninya kemana saja. Bukan tanpa alasan Valdi mengunakan sepeda ia tidak ingin memberatkan Nenek Kakeknya hanya untuk sebuah kendaraan. Lagipila dia menjadi lebih sehat dan bisa mengurangi polusi yabg ada di Jakarta. Untungnya sudah ada jalur bersepeda di Jakarta.

Sedangkan Rafa memilih naik dibelakang Valdi. Ia baru saja menelpon Pak Ujang untuk tidak menjemput di sekolah lagipula dia pergi bersama Valdi, cucu Pak Ujang.

"kenapa lu tadi pagi telat?" tanya Valdi walaupun ia tahu kalau terlambat adalah hobi Rafa tapi Rafa selalu punya alasan kenapa dia bisa terlambat.

Rafa menjentikan jarinya, "oh itu. Gue bantuin anak smp yang nganterin adeknya ke rumah sakit. Adeknya demam dbd. Parah amat banyak taksi yang nggak mau berhenti".

"ya zaman sekarang mau gimana lagi, lu nggak berduit gue nggak bisa bantu lo. Gitu kan prinsip orang zaman sekarang. Prinsip para materialistik dan egoisme" kata Valdi mengelengkan kepala.

Rafa menganggukan kepala menyentujuinya, "bisa-bisa entar cuma gue yang berhati malaikat".

"emang ada malaikat bilang dirinya malaikat" ejek Valdi.

"eh sialan lu tong!" kata Rafa sambil mengeplak kepala Valdi.

"sakit pret" balas Valdi memukul Rafa.

Valdi bersiap ingin naik sepedanya namun ia tidak sengaja melihat seorang gadis yang sedang berdiri di dekat halte. Wajah gadis yang meneduhkan dan ia juga mengenakan kerudung putih diantara siswa Sma Pelita Bangsa yang tidak mengunakannya. Gadis itu sedang membuka tutup botolnya lalu berjongkok untuk minum. Tanpa sadar Valdi tersenyum melihat itu.

"Val, lu kapan naik?" tanya Rafa yang aneh melihat Valdi terdiam selama semenit. Ia pun mengikuti arah pandangan Valdi.

"masyaallah nak, tundukan pandanganmu!" seru Rafa sambil menundukan paksa kepala Valdi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"masyaallah nak, tundukan pandanganmu!" seru Rafa sambil menundukan paksa kepala Valdi.

"lu bocah ngapain coba?" tanya Valdi menjauhkan tangan Rafa.

Rafa memukul Valdi, "lu mah ngefreeze kaya es di kulkas ngeliat tu cewe".

Valdi tidak perduli, ia tetap mencoba melihat gadia itu yang mulai naik ke dalam busway. Saat busway itu lewat didepannya, ia spontan menunduk.

"ya pengecut, pas lewat didepan nggak dipandang!" seru Rafa.

Valdi memukul Rafa, "lo bilang suruh nundukin pandangan. Bacot banget".

SUPEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang