GAMMA 1-5

215 15 0
                                    

Rafa membuka file folder berisi profil siswa beasiswa. Sedangkan Valdi dan Aska membaca informasi apa yang bisa mereka dapatkan. Bagaimanapun mereka tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

"folder isinya cuma profil biasa, nggak ada yang tandai" kata Rafa lalu menekan tombol print.

"sama. Disini nggak ada tanda juga cuma profil biasa aja" kata Valdi membaca cepat.

"apa mereka menandainya pas di ruang rapat ya?" duga Aska membuat yang lain juga berpikir hal yang sama.

Suara mesin printer meletakan tinta dikertas hitam terdengar. Mereka benar-benar tenang mencari tahu soal pemangkasan beasiswa. Rafa kembali membaca detail isi folder itu hingga ia sadar bahwa satu halaman berisi siswa yang nilainya turun.

"guys, sini!" kata Rafa menunjuk layar komputer.

"nilai-nilai siswa beasiswa yang mengalami penurunan" kata Valdi.

"nama lo nggak ada Val" kata Aska bahagia setelah menunjuk layar.

Valdi menanggukan kepala. Tapi ada satu nama yang sangat familiar dengam Valdi.

"Aditi Aswarya" kata Valdi.

"itu cewek yang anak osis dulu itu kan? Yang suara bagus banget pas baca Al-Qur'an" kata Rafa.

Valdi hanya menganggukan kepala lalu melihat lagi transkrip nilai Aditi dengan teliti.

"siapa?" tanya Aska.

"Aditi" kata Rafa kembali mencari catatan di atas meja.

"aneh" seru Valdi membuat Aska segera mendekat, "nilai Aditi lebih baik dari Rangga atau siswa beasiswa lain diangkatannya tapi dia dimasukan ke dalam daftar ini".

Aska pun membuka folder berwarna pink ditangannya, "Aditi itu tinggal di panti asuhan, benar-benar berasal dari keluarga kurang mampu. Tapi prestasinya banyak juga".

"terus kenapa dia jadi sasaran pemangkasan?" tanya Valdi.

Aska hanya mengangkat bahunya tidak tahu. Namun matanya melihat sebuah bingkai foto di meja Arden. Ia melihat satu persatu orang-orang yang ada di foto. Difoto itu ada empat orang termasuk Arden.

"eh Val, liat deh ini orang mirip sama lo" kata Aska menunjuk seorang laki-laki berkulit putih dengan tatapan mata tajam. Tatapan yang juga dimiliki Valdi.

"yang kulitnya kayak porselen itu?" tanya Valdi memastikan.

"mirip lo dingdong" kata Aska tertawa.

"mata lo picek napa ya? Manusia putih kek gitu dibilang mirip gue, kulit gue tan begini lebih mirip sama yang paling tinggi itu. Lo yang mirip" kata Valdi.

"bodo ah" ucap Aska masih tertawa karena melihat tatapan mata yang sama dengan milik Valdi.

"ah ini!" seru Rafa sambil membawa sticky notes, "ada catatan".

Valdi dan Aska segera mendekati Rafa. Mereka membaca tulisan tangan seseorang yang seperti tali tambang.

"tolong masukan siswi bernama Aditi Aswarya ke dalam nilai rendah, by kepsek" baca Rafa.

Aska membuka lembaran sticky notes berikutnya, bukan tulisan tangan yang sama. Tulisan yang ini tidak bisa dikatakan lebih baik karena tidak mengunakan bahasa Indonesia atau Inggris tapi hanggul.

"berasa buta huruf gua" kata Rafa melihat tulisan berbentuk-bentuk.

"ya udah foto aja yang penting nanti biar kita simpulkan" perintah Aska sigap mengambil ponselnya, "dan lo Raf, benerin dulu bekas yang lo print".

SUPEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang