-- kuliah pasca UTS --
"Selamat pagi semuaaaaa!" Sapa Gabriel dengan ceria saat memasuki kelas.
*krik*
Satu kelas hening. Yaiyalah orang gak ada siswa di kelas, cuma Gabriel doang.
"Nih harusnya kalo ada komting awards, aku kudune dike'i predikat sebagai komting paling rajin tekone awal dewe." Gabriel bergumam sendiri.
(*Nih harusnya kalo ada komting awards, aku harusnya dikasih predikat sebagai komting paling rajin datangnya awal sendiri.)"El, rajin amat datangnya." Sapa Aruna saat memasuki kelas dengan Naura di belakangnya.
Gabriel tersenyum bangga, "Halo Na. Gimana liburannya?"
"Nanya siapa lo?" Gabriel baru menyadari nama Aruna dan Naura sering disapa dengan nama pendek yang sama yaitu 'Na'.
"Kalian berdua deh." Putus Gabriel.
Aruna mencebik kesal, "gue kan gak pulang, libur cuma seminggu yang ada gue ntar males balik ke sini."
"Kamu kalo dikasih libur setahun juga males balik pasti." Gabriel memukul bahu Aruna dengan gemas.
"Heheheh." Cengir Aruna.
"Aku gitu-gitu aja, paling di rumah." Naura menjawab tanpa minat.
"Gitu-gitu aja yang kamu maksud belajar kan Nau?" Jari Gabriel membentuk tanda kutip saat meyebut kata 'gitu-gitu aja'.
"Hmmmmm. Nyicil buat UAS." Jawaban Naura sukses membuat Gabriel dan Aruna melongo. UTS baru selesai seminggu yang lalu pada pertengahan bulan Oktober, sedangkan UAS baru akan diadakan akhir tahun. Gini kalo sekelas sama orang cerdas. Yang lain masih merajut mimpi alias tidur, Naura udah curi start duluan.
"Kalo lo?" Tanya Aruna sembari menaruh pantatnya dikursi. Hari ini moodnya duduk dikursi barisan depan, berseberangan dengan meja dosen.
"Naik gunung doong."
"Oh." Hanya itu respon Naura.
"Mau denger gak cerita gue naik ke gunung..."
Sebelum Gabriel menyelesaikan perkataannya, Naura sudah memotong "nggak, makasih."
Terlihat Gabriel agak muram mendengar jawaban cepat Naura. Aruna bisa melihat Gabriel ingin sekali bercerita tentang pengalamannya naik gunung. Sebenarnya Aruna tidak minat juga mendengar cerita Gabriel karena pertama dia tidak suka liburan naik gunung atau ke pantai, jadi ia beropini ia tidak akan nyambung dengan cerita Gabriel nanti. Kedua, Aruna bukan pendengar yang baik, kadang ia gatal ingin memotong pembicaraan.
Tapi, Aruna akan mencoba menjadi pendengar yang baik. Semoga, mulut dan pikirannya bisa diajak kerja sama.
"Gimana rasanya naik gunung?" Aruna mulai bertanya.
Wajah Gabriel seolah kembali ceria, ia menceritakan pengalamannya dengan mata yang berkilau dan bersemangat. Aruna mengulum senyum maklum.
Meski respon Aruna hanya sebatas "oh ya?"
"masa?"
"terus-terus?"
"wooooow!" Dan kalimat kagum lainnya. Tidak lupa dengan ekspresi tertarik seperti mendengar obrolan gosip. Omongan Gabriel terdengar seperti angin lalu ditelinganya, Aruna ini mudah sekali gagal fokus dan pelupa."Gitu deeeeh. Pokoknya asyik banget. Kapan-kapan aku ajak kamu ndaki." (*mendaki)
"Hahahah aku males daki gunung, mending bobo aja."
*BRAK*
"REEEEEEK!" Teriak Alex saat berlari mendobrak pintu kelas.
"Itu pintunya kalo rusak suruh ganti sama fakultas." Peringat Naura.
![](https://img.wattpad.com/cover/65974412-288-k34235.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Подростковая литератураJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.