Aruna ingin melarikan diri sekarang juga. Atau kalau perlu ia mau bersembunyi jadi tempat sampah agar keberadaannya tidak diketahui Jefri.
"Na?"
Sapaan Jefri tidak digubrisnya, terlalu kaget seharusnya bukan jadi ekspresi yang ditunjukkan ketika bertemu Jefri.
Perlahan senyum kikuk Aruna tampilkan. Mengangkat sebelah tangannya, "h-hai."
Ayo dong Na yang santai. Kaku amat.
Teman-teman reuni Aruna ikutan kaget dan bingung. Tiba-tiba, orang yang disinggung pas makan udah muncul sekarang.
Semua pada bingung, soalnya dari enam orang, yang disapa Aruna doang. Jadi semua pada diam terus saling pandang pake kode bertanya 'ini kita dikira properti syuting ya?'
Gak mungkin Jefri gak kenal teman-teman reuni Aruna ini. Kan Jefri satu ekskul voli sama Farid dan Daru. Gama partner olimpiade kimianya Jefri. Tiara sekelas sama Jefri dan Aruna waktu kelas sepuluh. Sedangkan Ranti, temen satu ekskul cheerleaders Aruna yang pasti Jefri kenal karena sering main ke kelas Aruna.
Kaget kan Aruna ikutan cheerleaders? Kalo sampek grup Leon Walras tau Aruna pernah gabung cheerleaders pasti diketawain karena dikira ngarang.
Tapi semua temen-temen reuni pada positive thinking, mungkin matanya Jefri mulai minus kebanyakan baca buku tebal sambil coding (skill prorammer untuk menyusun kode menjadi software). Atau mungkin kelilipan, jadi yang lain keliatan ngeblur terus yang fokus dipandangan Jefri cuma Aruna?
"Kamu masih suka roti abon ya?"
Bodoh. Ngapain tanya gitu.
Harusnya kan nanya "long time no see Jef. How's Sydney?" bukan malah nanya roti abon. Duh Arunaaa tenggelam aja udah.
Jefri melirik merek kantong plastik yang dibawanya, isinya memang roti abon. Kesukaannya. Dan Jefri senang, Aruna masih mengingat kesukaannya.
Di tengah ramainya mall, kenapa Aruna hanya merasakan hawa canggung menyelimuti mereka berdua?
"Ngg kayaknya aku harus per-"
"Na, makan bareng yuk!"
Aruna tau betul itu bukan pertanyaan yang harus dijawab bisa atau tidak. Tapi itu ajakan. Yang harusnya Aruna terima.
Tolak Na. Ngapain juga lo harus semeja sama Jefri yang gak tau deh ini Jefri lo anggep temen atau mantan temen deket?
"EKHEM, AUS BANGET NIH." Sindiran keras dari Gama, menginterupsi Aruna yang akan membuka mulut. Selameeet.
"Oh, hai temen-temen. Apa kabar?"
Tiara memutar bola matanya, "template banget sih pertanyaan lo Jef?"
Jefri tersenyum kecut merasa dimaki Tiara. Salahnya memang, mendiamkan dan mengabaikan teman-teman Aruna. Membuat Aruna yang tidak bersalah jadi merasa agak tidak enak ke teman-temannya. Padahal bukan mau Aruna juga ketemu Jefri di sini saat situasi begini.
"Sorry guys, bukan maksud gue-"
"Iyaa kita tau kok, fokus lo cuma ke Aruna. Sans aja kali." Daru menepuk sebelah pundak Jefri agar tidak tegang.
"Lo mau makan Jef? Naaaaah kebetulan, si Aruna nih tadi belum makan." Gama agak mendorong sedikit bahu Aruna agar lebih mendekat ke Jefri.
Aruna melirik judes ke arah Gama yang sembrono.
"Gue tadi kan makan bareng kalian."
Dikira Aruna itu tempat tusuk gigi sampek gak dianggap.Daru menambahkan, "lo tadi gak makan, cuma ngaduk-ngaduk makanan sambil galau."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Fiksi RemajaJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.