Sepanjang belajar kelompok Aruna tidak fokus, entah kenapa. Mungkin karena pandangan dan pendengarannya terganggu oleh satu manusia yang menjadi pusat perhatian teman sekelas Aruna.
"Aruna ada yang gak dipahami?" Tanya Dion tiba-tiba yang membuat Aruna gelagapan.
"Ha? Gak dipahami? Ada, eh enggak kok. Paham semua." Jawab Aruna gugup dengan senyum kikuknya.
Gundulmu paham.
Beberapa temannya menoleh ke arah Aruna, tapi Aruna pura-pura menyalin tulisan Dion dipapan.
"Nau gue pamit pulang ya?" Bisik Aruna.
Naura mengernyit heran, "baru juga mulai setengah jam masa udah pulang? Ini buat ujian, bukan buat PR yang bisa disalin dari temen ya."
"Iya tau buat ujian, ngg mendadak gue ada urusan." Tak lupa Aruna menyunggingkan senyum palsu.
Kerutan didahi Naura tambah banyak, "urusan? Kamu kan tipe orang pemalas, emang punya urusan?"
Damn, Naura kalo ngomong emang suka bener.
"Ada lah, gue gak pemalas itu juga sampek gak punya kegiatan penting."
"Ooh organisasi?" Tebak Naura sambil menulis jawaban kertas kerja.
Aruna tampak berpikir sebentar, "oh... Iya... He'eh organisasi!"
"Mau uas kok masih mikirin organisasi sih? Jangan-jangan kamu udah diperbudak sama organisasi ya?" Tuding Naura.
"Ngaco, enggak lah, gue masih bisa atur waktu. Ya pokoknya yang ini penting, gue udah keseringan absen yang ini jangan sampek absen lah. Ntar gue gak dibolehin ikut lagi."
"Organisasi apa sih? Perasaan kamu gak pernah ikut gitu-gituan deh."
Ya ampun Naura keponya gak ketulungan.
"Udah ya Na gue pamit ke lo-"
"REK INI ARUNA MAU PAMIT PULANG."
Deyyyyym Naura!!!
Aruna yang akan berdiri terhenti dengan posisi sebelah kaki sudah menekuk dan satunya belum persis seperti orang yang berdiri digaris start lomba lari, lalu tersenyum canggung dihadapan Dion yang berhenti menjelaskan materi dan teman-temannya yang tadinya fokus ke Dion sekarang fokus ke Aruna.
"Eh, ngg nganu.. Gue pamit sekarang ya, ada urusan mendadak."
"Urusan apa ya Aruna kalo boleh tau?" Tanya Dion.
"Gak boleh tau." Aruna menjawab cepat.
"Udah ya byeee." Aruna melambaikan tangan lalu berlari memakai sepatu dengan asal tanpa mengikat talinya dan menstarter motornya dengan panik seperti dikejar rentenir.
Kenapa sih gue tadi? Rutuknya dalam hati.
================================
"Lah kok gak ada?""Cari apa Na?" Tanya Tiyas. Dulu Tiyas awal kenal Aruna selalu panggil pake imbuhan 'mbak' setelah Aruna ngambek kalo dipanggil mbak, dia gak mau sekamar sama Tiyas akhirnya Tiyas belajar panggil Aruna, gak pake 'mbak'.
"Buku catetanku, gak ada." Jelasnya dengan nada sedih.
"Biasanya kan kamu nyatet dibinder."
"Beda, ini buku rangkuman buat ujian."
"Gak ketinggalan di kelas?"
"Aduh kalo ketinggalan mampus gue, kan kelasnya dipake bergilir sama angkatan senior." Aruna frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Teen FictionJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.