Hari ini setelah kelas ekonomi mikro, Aruna dan kelompoknya akan mulai diskusi pertama tentang tugas akuntansi biaya. Mereka berkumpul di ruang kelas yang kosong, tentunya janjian dengan pak Dewo-pemegang kunci kelas fakultas Ekonomi dan Bisnis.
"Duh, ini AC nya gak bisa dinyalain aja ya? Gerah nih." Claudia mengeluh kepanasan sesaat setelah memasuki kelas.
Aruna seperti mencari remot AC dilaci meja dosen, tapi tidak ada. "Kayaknya dibawa pak Dewo deh remotnya."
"Ah payah nih, aku gak bisa kalo kepanasan." Aruna segera menyalakan kipas angin kecil satu-satunya yang ada di kelas. Untung nyala, meskipun kekuatannya kalah dengan AC.
"Bisanya cuma kipas nih. Ditahan ya Clau."
Saat ini mereka sudah duduk melingkar, menunggu Yahya belum datang. Katanya ada urusan sebentar sama klub fotografinya.
"Kita nunggu siapa lagi?" Tanya Adi.
Aruna mengecek nama kelompoknya yang kemarin ia foto dipapan tulis, "ooh si Yahya."
"Lamaa mending sekarang aja sih dimulainya. Keburu sore. Aku mau pulang." Rengek Claudia sambil bersedekap tangan.
Aruna berpikir sebentar, "yaudah kita mulai sekarang ya. Biar gak kelamaan."
"Oh iya siapa yang mau jadi notulen?" Tawar Aruna.
Semuanya diam. Ada yang sibuk mencatat padahal diskusi belum dimulai, ada yang sibuk membalas chat."
Menghembuskan napas sedikit kasar, "yaudah gue aja yang notulen. Biar cepet."
"Oke makasih untuk kedatangannya, jadi yang pertama tugas akbi ini kita disuruh buat wawancara ke pabrik yang menggunakan metode JIT (just in time) atau metode ABC (activity based cost). Saran dari kalian ada bidang usaha yang kalian mau wawancara gak?"
"Kenapa gak kamu aja sih yang nentuin? Kan kamu ketua. Kita iya-iya aja kok pasti." Kini Claudia yang balik bertanya dengan sarkas.
"Clau ini tugas kelompok. Pendapat tiap anggota itu penting buat tugas kita. Kalo gue gak nanya kalian itu namanya tugas individu." Timpal Aruna yang mulai kegerahan sama sikap Claudia.
"Pfft payah." Suara Claudia yang berbisik masih bisa didengar oleh Aruna. Tapi masih Aruna tahan. Perjalanan tugas mereka bahkan belum dimulai, tapi Aruna rasanya pingin mengeluarkan Claudia dari kelompok.
"Lidya sama Adi ada saran gak?" Tanya Aruna ke anggota yang lain.
Mereka terdiam. Lalu Lidya dengan suara yang pelan nyaris seperti berbisik berkata, "ngikut kamu aja Na."
Aruna melotot tidak percaya. "Heh?"
"Tuhkan dibilangin semua tuh manut sama kamu. Ngeyel banget sih jadi orang." Omel Claudia.
Menggigit bibir sebentar agar tidak mengumpat, Aruna berpikir kemudian dia mengutarakan keputusannya, "oke. Gue akan cari beberapa tempat untuk wawancara. Tapi kalian ada yang bisa bantu dampingin gue gak untuk cari lokasinya?"
Semua tiba-tiba saling bersahutan tidak bisa. "Sorry Na aku ada acara penting beberapa hari ini."
"Aku gak bisa. Jadwal aku padet. Ada kuliah pengganti yang gak bisa diprediksi kapan."
"Waduh aku gak hapal jalan juga Na. Aku anaknya kupu-kupu banget."
Di tengah suara yang saling bersahutan itu, tiba-tiba Yahya datang. Dengan napas terengah-engah seperti habis berlari dan membawa tas ransel besar.
"Maaf telat." Aruna tersenyum memaklumi.
"Yahya, lo bisa gak ikut gue survey lokasi wawancara buat tugas ini?" Tanya Aruna ke satu-satunya harapan kelompok.
Yahya terlihat berpikir sejenak, "aku ada banyak rapat hima (himpunan mahasiswa) sih." Aruna sudah murung mendengarnya, tapi kemudian Yahya melanjutkan, "tapi nanti aku sempatin deh. Jangan dadakan ya Na." Aruna tersenyum senang dan mengacungkan jempolnya.
"Sekarang tiap anggota harus bikin daftar pertanyaan untuk wawancara. Begitu gue udah ketemu tempat usahanya dan bikin janji wawancara, nanti gue kabarin kalian untuk langsung bikin pertanyaannya. Jadi pastiin kalian ngerti sama materinya, biar pertanyaannya nyambung sama topik wawancara kita." Jelas Aruna.
"Na ini sampek jam berapa ya?" Tanya Lidya.
Aruna melihat jam dinding, sudah setengah jam mereka diskusi. Bukan, maksudnya Aruna yang kebanyakan bermonolog. "Gak tau, kenapa?"
"Aku udah dijemput." Aruna tidak memberikan respon apapun.
"Aku ijin pulang duluan ya." Lanjut Lidya. Lalu tanpa meminta maaf, Lidya langsung membereskan tasnya dengan tergesa-gesa dan keluar ruangan.
"Aku juga balik duluan kalo gitu." Claudia terlihat membereskan tasnya dengan cuek. Sebelum meninggalkan ruangan, Aruna mencekal lengannya. "Diskusinya belom selesai."
"Diskusi gak bisa lanjut dong kalau kelompoknya gak lengkap. Lagian aku juga udah ditunggu teman-teman UKMku." Claudia tidak menggubris perkataan Aruna.
"Siapa lagi yang mau ikutan ngacir kayak mereka?" Tanya Aruna sarkas, dan dengan tidak tau situasinya, Adi ikutan pergi tanpa sepatah katapun.
Aruna memegangi kepalanya yang sekarang terasa pusing.
"Na." Panggil Yahya.
"Udah lo sana ngacir juga, gak usah pamitan."
"Eh? Boleh Na? Yaudah aku duluan ya. Ada rapat hima lagi."
Lalu ruangan menjadi hening. Dan Aruna dengan lemas menundukkan kepalanya dimeja.
"Naura bener."
"Tolong dong ya Allah, ini baru pertama diskusi udah begini???" Ucap Aruna frustasi.
====================================
Halooo semuaaaa!!!Maaf lama gak update. Sebenernya kendalaku adalah aku udah lupa sama materi kuliah. Jadi aku gak pede buat nulis tentang hal-hal berbau akademik. Contohnya kayak akuntansi biaya ini. Aku inget pernah dapet tugas kelompok wawancara begini, tapi sekarang pas nulis kok kayak susah banget?? Udah lupa. Pas nyoba baca lagi. Buset kok susah? Perasaan dulu belajar gak serumit ini?
Tapi ya udah. Nyicil nulis dikit-dikit karena aku udah kangen banget nulis. Kalo ada yang salah tentang bab matkul ini, let me know yaa nanti aku revisi wkwk.
Kalian apa kabaaarr?🙌🏻
Aku punya banyak banget cerita tentang kerjaan, teman, dll. Tapi gak mood ngetiknya, soalnya panjang wkwkwk.😂Semoga tahun 2024 kita semua dikasih kesehatan dan kaya raya aamiin.🤲🏻
01/01/2024
03.31

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Novela JuvenilJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.