Part 40- Ada apa dengan ibu?

208 24 10
                                    

Hari ini Aruna sudah siap, ehm maksudnya terpaksa kembali ke Semarang.

Raganya benar-benar tidak mau meninggalkan liburan, Jakarta dan kamarnya tercinta.

"Dimi ayo buruan nanti ketinggalan pesawat." Ibu menyadarkan Aruna dari kegiatannya yang hanya memandang kamarnya dengan tatapan kosong dan memelas.

Kakinya sungguh tidak ingin meninggalkan kamar tidurnya, "see you liburan semester depan." Pamitnya pada kasur dengan nada sedih. Sudah seperti akan menjalani LDR dengan ayang.

"Dim, semester depan pulangnya jangan sendirian lah." Pesan ibunya.

"Lah terus sama siapa? Kan aku gak punya temen dari Jakarta di kampus."

Kemudian ibu mengingat, "ituuu temen kamu yang kemarin ngajak kamu main di Jakarta, sama itu ajaaa."

Waduh.

"Gak bisa bu, dia cuma main di Jakarta bukan asli Jakarta." Elak Aruna.

"Yaudah tanyain aja siapa tau dia semester depan rencana main lagi ke Jakarta. Kan ibu tenang kalo kamu pulangnya gak sendirian. Mana bawaannya banyak kan."

"A-aku gak deket sama dia." Jelas Aruna.

Ibu mengerut heran, "mana ada gak deket tapi ngajak main. Gimana sih Dim? Jangan-jangan kamu di kampus jadi orang yang jutek, cuek gitu ya?"

Aruna mendelik kaget, "enggaaaak ya ampun ibu suuzon. Temenku banyak, cuma sama dia belum akrab. Iyaa belum akrab. Typo."

"Makanya akrab, bersosialisasi sama orang Dim. Udah kuliah kok masa mau jadi anak bawang terus. Kalo kamu gak bersosialisasi nanti gimana kamu membangun koneksi?"

Mulai deh...

"Bu, ayah jadi nganter kan? Yuk berangkat nanti macet." Aruna memotong duluan sebelum ibunya menggelar nasehat yang untuk saat ini Aruna tidak mau dengar.

============================

"Dim, kemarin si Kana cerita kalau kamu rencana daftar asdos?"

Aruna yang sedang makan pilus hampir tersedak.

Ngarang apalagi si Kanaaaa, gue tonjok virtual beneran tuh anak.

"Oh itu. Masih belum ada lowongan tapi." Kalau Aruna sampai bilang tidak minat, enggak atau jawaban penolakan, maka yang terjadi selanjutnya adalah omelan panjang ibunya yang akan menambah mual kemacetan ini.

"Mau daftar asdos matkul apa rencananya?" Kini ayah yang bertanya.

Aruna nampak berpikir untuk mengarang jawaban, "ekonomi mikro, makro."

Sotoy abis. PR aja masih nyontek Naura.

"Gak usah dipaksa kalau kuliahnya udah padat, nanti malah ganggu. Mending fokus disatu hal daripada banyak hal tapi gak konsisten." Ayah menasehati.

Aruna memberi gerakan hormat, "siap ayah sayang."

"Tapi buat pengalaman gak papa lho Dim. Kan lumayan buat menjalin koneksi ke dosen." Ibu menginterupsi nasehat ayah.

Teteuuuupppp.

Aruna hanya meringis, "Dimi usahain."

============================

"Dim inget ya jaga kesehatan, belajar dan bangun koneksi karena kuliah ini kesempatan buat kamu nyicil pengalaman." Pesan ibunya saat Aruna sudah akan berpamitan dengan orang tuanya.

"Anak ayaaah, padahal baru aja kamu di rumah sebentar, eeh udah mau pergi lagi. Ayah bakal kangen deh dimasakin mi instan lembek sama kamu." Aruna mencubit kecil perut ayahnya dengan sebal kemudian ayah terkekeh.

Kisah Kasih KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang