"Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pandangan sebelah mata dari sesama manusia biasa"
💐💐💐
"Loh kok gak ada ya?" Beauty memandang seisi kelas Rangga bingung. Kenapa Rangga tidak ada?
"Apa kak Rangga ke kantin?" gumam Beauty tidak yakin.
Rasanya tidak mungkin bila Rangga ke kantin. Dia tidak pernah menyukai tempat ramai seperti itu.
"Kemana ya? Padahal aku mau ngembaliin jaket juga" Beauty melirik sekilas bahunya yang masih tertutupi jaket milik Rangga.
Lalu matanya melirik kotak bekal di tangannya. Dia lapar, tapi Rangga tidak ada.
Rasanya aneh jika memakan bekal ini sendirian, karena biasanya dia memakannya bersama Rangga. Walaupun tak obrolan menyenangkan diantara mereka.
"Nyari siapa?" tiba-tiba ada seorang perempuan berkacamata menghampiri Beauty.
Beauty tidak tahu siapa dia, tapi Beauty tahu kalau dia teman sekelas Rangga. Beauty sering melihatnya di kelas saat makan bersama Rangga.
"Kak Rangga. Dia kemana ya kak?" tanya Beauty.
Perempuan berkacamata itu mengangguk pelan, lalu menjawab pertanyaan Beauty.
"Dia gak masuk hari ini, dek. Sakit" jawab perempuan itu.
Beauty sedikit terkejut. Rangga sakit? Kenapa? Kok bisa? Apa karena kehujanan semalam?
Tiba-tiba rasa bersalah menghampirinya. Jika Rangga semalam tak berbalik menyusulnya, pasti dia tidak akan kehujanan dan sakit seperti ini.
"Yaudah ya dek, kakak mau kesana dulu" perempuan berkacamata itu pun pergi setelah Beauty mengiyakan ucapannya dan mengucapkan terima kasih.
"Maaf ya kak" Beauty mengelus pelan jaket yang dipakainya.
"Kalau bukan karena aku pasti kakak gak bakal sakit kaya gini. Semua ini salahku" Beauty menyalahkan dirinya sendiri. Padahal ini hanyalah hal sepele.
Mungkin, Rangga hanya demam atau flu di rumahnya. Tapi, Beauty merasa bersalah seperti dia sudah membuat Rangga terkena kanker mematikan.
Berlebihan. Tapi, bukannya Beauty selalu baperan setiap dapat bulan?
💐💐💐
"
"Ra, please! Gue mohon banget sama lo. Mau ya? Please mau" Beauty membujuk Tiara untuk kesekian kalinya.
"Gak! Gue gak mau" dan Tiara pun menolak untuk kesekian kalinya.
Setelah tahu Rangga sakit, Beauty langsung kembali ke kelasnya. Seperti biasa, bekalnya akan dia makan bersama Tiara.
Dan saat makan bersama itulah muncul ide cemerlang dari Beauty.
Tapi, sayangnya Tiara menganggap ide cemerlang Beauty itu adalah hal aneh yang sulit, ralat yang enggan dia lakukan.
"Ra, gue bener-bener mohon banget sama lo. Gue gak minta lo nerima kak Mike jadi pacar lo kok, gue cuma minta lo bujuk kak Mike buat jenguk Rangga. Gue kalo tahu rumah Rangga juga gak bakal minta tolong lo" Tiara menghembuskan nafas lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...