"Kenang masa lalu untuk di simpan. Ukir masa depan dengan pria tampan"
-Beauty Cantika-
🌻
Sudah hampir sebulan Rangga dan Beauty saling mendekatkan diri. Mengenal lebih jauh satu sama lain.
Sejauh ini, semua terasa manis. Walau kadang ada pertengkaran kecil yang justru malah menjadi bumbu penyedap bagi masa 'pendekatan' alias pdkt bagi mereka berdua.
Walaupun, status mereka tak berubah. Masih hanya sebatas 'gebetan', tapi perkembangan akan kedekatan keduanya cukup signifikan.
Sebulan masa pendekatannya dengan Rangga juga menjadi sebulan papanya, Dewo menetap di rumahnya. Walaupun awalnya agak canggung, tapi akhirnya Beauty perlahan dapat menerima papanya kembali. Hanya Dewa yang belum bisa menerimanya. Karena kesalahan papanya di masa lalu benar-benar keterlaluan.
Sebenarnya, Beauty juga kadang masih kesal dan benci saat mengingat sifat papanya di masa lalu. Namun, seperti Rangga, papanya juga pasti dapat berubah.
Jika Beauty bisa begitu mempercayai Rangga, kenapa dia tidak bisa mempercayai papanya sendiri? Karena itulah Beauty belajar percaya.
Toh, setelah papanya tinggal kembali bersama mereka, mamahnya terlihat lebih hidup dan bahagia. Bahkan, mamahnya tak pernah melamun lagi. Wajahnya selalu dihiasi senyum berseri.
"Sarapan dek" ucapa Anita saat Beauty menghampiri meja makan pagi ini.
"Iya mah. Nasi goreng buatan mamah ya? Enak banget ini pasti" ucap Beauty sambil mengambil piring yang berisi sepiring nasi goreng dan telur mata sapi setengah matang kesukaannya dari tangan Anita.
"Pasti dong dek, papa aja mau nambah ini" Dewo menimpali ucapan Beauty.
"Dek, kamu pergi sama siapa hari ini? Dijemput Rangga lagi?" Tanya Dewa.
Pasti Dewa ingin cepat-cepat pergi ke kantor karena tidak mau terlalu lama satu ruangan dengan papanya, Dewo. Seperti yang Beauty katakan tadi, Dewa masih belum bisa menerima kehadiran Dewo kembali ke dalam keluarga mereka.
"Iya, Bang. Adek di jemput kak Rangga lagi" jawab Beauty jujur. Dia memang punya janji untuk pergi bersama lagi dengan Rangga.
Selama sebulan ini, Beauty memang rutin pulang pergi bersama dengan Rangga. Rangga pun sudah cukup kenal dengan keluarganya. Bahkan, sudah cukup dekat dengan abangnya, Dewa.
"Abang suka kamu sama dia, cepet jadian ya. Jangan cari cowok lain" ucap Dewa bermaksud menggoda adiknya, Beauty.
"Apa sih, bang" ucap Beauty pelan. Nah kan, pipi Beauty jadi memerah.
"Yaudah, abang pergi duluan ya dek. Mah, pa, Dewa pergi" ucap Dewa lalu berlalu meninggalkan ruangan itu.
Beauty menatap papanya yang menatap Dewa dengan pandangan sedih. Pasti, papanya merindukan kedekatannya dengan Dewa seperti dahulu.
Dewa dulunya memang sangat dekat dengan papanya, Dewo. Mereka sering melakukan banyak hal bersama, seperti berenang, memancing, bermain bola, berkuda, dan berbagai aktifitas lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...