17.Tentang Rangga

1.1K 88 2
                                    

"Bukan inginku menyakitimu, tapi aku takut, jika kita dekat aku tak mampu melindungimu"

💐💐💐

"Beauty kenapa yang? Kok nangis?" Tanya Mike bingung.

Di satu sisi dia lega kalau suara tangisan tadi bukan dari mbak kunti ataupun teman-temannya. Tapi, dilain sisi dia kaget dan iba melihat Beauty yang menangis senggugukan disana.

"Gue yakin kak, ini pasti gara-gara kak Rangga!" Ucap Tiara tegas.

"Jangan asal nuduh yang. Rangga itu gak sejelek yang kamu pikirin" Mike membela Rangga.

Mike akui sikap Rangga terlalu berlebihan pada Beauty. Terkesan menarik ulur Beauty. Tapi, Mike tahu itu bukan keinginan Rangga. Itu karena, ah susah mejelaskannya.

"Gue gak ngejelekin dia! Ngapain dijelekin sih!? Udah jelek juga dia"

"Cuma kamu yang yang bilang dia jelek. Yang lainnya bilang dia ganteng"

"Bukan mukanya! Tapi sifatnya!"

"Nih ya kak, tadi sebelum aku nyari Beauty kesana-kesini, kesana-kemari, Beauty itu dipanggil ke kantor. Kakak tau kenapa?" Mike menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Tiara.

Mau bagaimana lagi, dia tidak tahu jawabannya.

"Dia sama kak Rangga di panggil ke kantor karena disuruh mewakili sekolah buat lomba apa gitu gue lupa. Dan sekarang liat, Beauty nangis disini. Karena siapa kalo bukan karena Rangga? Pak Mukhlis?" Tanya Tiara sarkas.

Tiara menatap puas Mike yang kini terdiam. Tak seharusnya Mike membela Rangga. Karena lelaki itu memang salah.

Bukan karena Mike dan Rangga bersaudara, Mike bisa seenaknya membela Rangga. Malah, seharusnya Mike memberi tahu Rangga akan kesalahannya. Agar bisa diperbaiki.

"Mendingan kakak kasih tau ke dia, jangan terlalu kejam sama Beauty. Kasian Beauty, hidupnya udah susah. Jangan dibuat makin susah" dan setelah itu Tiara beranjak pergi kearah Beauty.  Menenangkan gadis itu.

Meinggalkan Mike yang kini menatap kedua sahabat yang saling berpelukan. Meringankan beban satu sama lain.

"Lo gak boleh terlalu jahat sama dia Ngga. Gak boleh"

  💐💐💐

 
Mike memasuki kamar Rangga tanpa permisi. Mengetuk pintu pun tidak. Tak ada senyum diwajahnya. Padahal, biasanya raut wajah itu selalu terisi dengan senyum ramah.

"Ngapain lo?" Tanya Rangga datar.

Saat ini dia sedang duduk dimeja belajarnya. Mengerjakan tugas sekolah yang makin menumpuk setiap harinya.

"Ngasih pencerahan buat lo" ucap Mike lalu ia duduk diatas kasur Rangga. Membuat Rangga memutar kursinya agar menghadap kearah Mike.

"Pencerahan? Maksudnya?" Tanya Rangga bingung.

"Ini tentang Beauty" ucap Mike.

Ya, setelah melihat Beauty menangis tadi, dia baru sadar, bahwa selama ini gadis itu hanya menjadikan tawa sebagai penyembunyi lukanya.

Beauty [End-Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang