Warning!:Typo's!! No Edit!
🍉🍉🍉
"Kak Rangga? Kakak ngapain disini?" Tanya Beauty heran.
Hell! Dia baru saja memikirkan lelaki ini beberapa saat lalu dan sekarang lelaki ini sudah berada disini? Itu cukup mengejutkan bagi Beauty.
"Lo ngapain disini?" Alih-alih menjawab, Rangga malah berbalik melemparkan pertanyaan yang sama seperti yang diucapkan Beauty.
"Aku...duduk disini. Kakak ngapain?" Beauty kembali bertanya.
"Gue sering kesini" Beauty menatap tak percaya Rangga yang dengan santainya duduk disebelahnya.
Ini benar Rangga kan? Rangga yang menyuruh Beauty menjauhinyakan? Lalu kenapa sekarang mau duduk dekat dengan Beauty?
"Lo kayaknya gak pernah kesini. Rumah lo juga jauh dari sini. Lo sebenernya ngapain kesini?" Rangga kembali bertanya.
"Mengenang masa lalu kak" kode Beauty.
Mana tahu Rangga langsung peka dan mengingatnya. Tapi sepertinya tidak mungkin. Rangga tak akan mengingatnya.
"Masa lalu pas pertama ketemu sama gue?"
"Eh? Kakak inget?" Beauty menatap Rangga tak percaya? Serius? Rangga inget semua? Beauty kok ragu ya?
"Kenapa harus lupa?" Rangga terkekeh pelan melihat Beauty yang makin menatapnya tak percaya.
"Jadi selama ini kakak inget aku?" Rangga mengangguk mengiyakan ucapan Beauty.
"Tapi kakak perlakuin aku kaya gitu?"
"Kaya gitu gimana?"
"Yaaa...gitu. Kakak kan dulu pas pertama ketemu baik sama aku. Tapi.."
"Jahat pas SMA? Gitu?" Beauty mengangguk pelan.
"Kakak selalu berusaha jauhin aku. Ngeluarin kata-kata yang bikin aku sakit hati. Jutek ke aku. Galak. Bikin aku sedih. Bedaaaaa banget sama Kak Rangga yang aku temuin di taman ini" jelas Beauty.
"Aku bahkan sempet mikir kalo kakak itu bukan Rangga yang aku temuin di taman ini"
"Aku kira kakak itu kembaran kakak" Beauty mulai bicara ngawur.
"Maafin kakak ya"
"Maafin kakak yang udah nyakitin kamu terlalu dalam" desah Rangga pelan.
Dia menyesal. Menyesal menyakiti Beauty yang bahkan tak memiliki satu kesalahanpun padanya.
Semua ucapan Mike menyadarkan Rangga. Bahwa dia tak boleh menyakiti Beauty lagi. Dia tak boleh membiarkan gadis ini hidup dalam luka yang dibuat olehnya.
Seperti kakaknya yang hidup penuh penderitaan karenanya. Cukup Cantika saja. Jangan sampai Beauty juga merasakan rasa sakit yang sama.
"Gak papa. Aku tahu kakak punya alasan ngelakuin itu" Beauty tersenyum kecil.
Satu kenyataan yang keluar dari mulut Rangga membuatnya bahagia. Rangga ternyata tak melupakan momen yang menurut Beauty adalah salah satu bagian terbaik dari hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...