"Lupakan yang telah berlalu. Karena hidup selalu berjalan maju"
🍉
Beauty mengetuk pintu kamar Dewa pelan. Berharap sang pemilik kamar mau keluar menemuinya.
"Abaaaaang" Beauty berucap cukup keras setelah menetuk beberapa kali namun tak kunjung mendapat respon.
"Abang! Buka pintunya, adek mau ngomong" Beauty kembali berteriak karena masih belum mendapat respon.
"Ab-"
Ucapan Beauty terpotong saat sosok Dewa telah membuka pintu kamarnya. Wajah kusut khas orang baru bangun tidur. Matanya pun masih sedikit bengkak. Belum lagi rambutnya yang acak-acakan.
"Abang! Kok belum siap-siap sih? Kita udah mau berangkat ini!" Omel Beauty kesal.
Bagaimana tidak kesal, Beauty sudah bersiap dari tadi. Sekarang, Beauty sudah tampil cantik dengan gaun selutut berwarna hitam yang membuatnya nampak lebih kurus dari pada biasanya.
Papa dan mamahnya pun sudah siap di bawah sana. Beauty memanggil Dewa karena memang mereka harusnya sudah berangkat, namun Dewa tak kunjung turun. Dan ternyata dia enak-enakan tidur!
"Abang gak ikut deh, dek. Males abang, ada papa" ucap Dewa sambil menguap. Dia masih mengantuk ternyata.
"Gak boleh! Pokoknya harus ikut" tegas Beauty.
Dewa menatap adiknya dengan memelas. Memohon pengertian bahwa Dewa memang belum ingin kembali dekat dengan papanya. Dewa masih belum bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan Dewo di masa lalu.
"Cuci muka, ganti baju. 5 menit. Aku tunggi disini" ucap Beauty.
"Dek"
"Atau jangan harap kakak bisa ngomong sama aku lagi" ancam Beauty akhirnya.
Dewa yang mendengarnya pun terlihat kaget. Lalu berlari masuk ke dalam kamarnya lagi.
"Tunggu di bawah aja, abang bentar lagi turun" teriak Dewa dari dalam kamarnya.
"Cepet!" Teriak Beauty sambil tersenyum puas.
🍉
"Abang kok diem aja?" Beauty bertanya sambil tersenyum menggoda pada Dewa. Beauty cukup peka, kalau Dewa masih sedikit sebal karena harus 'terpaksa' ikut makan malam bersama papahnya.
Ya, hari ini, Dewo membawa keluarga kecilnya keluar untuk makan malam bersama. Sebagai bentuk syukur karena hubungan mereka yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun, masih banyak hal yang harus ia perbaiki lagi. Memperbaiki kepercayaan Dewa misalnya.
Makan malam ini juga diharapkan Dewo dapat lebih mendekatkan dirinya dengan kedua anaknya. Beauty dan Dewa.
"Mungkin abang capek, dek. Abang kan beberapa hari ini lembur terus" ucap Anita.
"Pura-pura lembur iya nya" Beauty berkata pelan agar tak didengar mamahnya.
Tenti saja dia tahu kalau Dewa tidak lembur. Tapi, sengaja pulang malam untuk menghindari papanya. Bahkan, Dewa kadang lebih memilih menghabiskan malamnya di hotel dari pada di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...